Bab 27
"Singkatnya..., adikku
dilecehkan oleh seorang anggota keluarga terhormat di kota ini yang tingkahnya
ternyata tidak berkelas..., lalu aku menghajar orang berengsek itu. Tetapi
ternyata, dia melakukan kolusi dengan aparat sehingga aku dicebloskan ke Bawah
Sembilan."
Jackie bertutur tanpa ragu. Matanya
mengarah pada Sukarman ketika dia menyebut kata 'aparat' dengan maksud
menyindir.
Farhan dan Siska sempat saling
bertatapan sekilas. Jackie mengatakan: keluarga terhormat dan orang berengsek.
Pada saat Vanessa keluar untuk
menemui Jackie, keduanya sempat bertanya-tanya ada apa gerangan. Kemudian,
salah satu tamu yang menyaksikan insiden di depan pintu Bunga Central
membisikkan pada mereka.
"Gerald Harianto berulah di
depan. Dia sedang adu mulut dengan seseorang yang tak dikenal."
Sehingga, Farhan dan Siska maupun
Sukarman langsung tahu siapa yang dimaksud oleh pria yang didampingi oleh
Vanessa tersebut.
"Wah...! Kak Jackie ini
pemberani sekali. Tidak takut berurusan dengan anggota keluarga yang dihormati
di kota ini. Adikmu sangatlah beruntung memiliki kakak sepertimu!" kagum
Siska lugu.
Sedangkan Sukarman mendengus lembut
sekali. Bibirnya membentuk senyum miring. "Menurutku, kamu telah melakukan
kebodohan, Jackie. Jika kau berurusan dengan orang yang berpengaruh, seharusnya
kamu mengerti kapasitasmu. Sehingga, tidak bertindak gegabah."
Sebetulnya, Jackie sudah dapat
membaca. Sukarman sepertinya ingin membuat citra dia di hadapan Vanessa jatuh.
Dengan tenang, ia membalas.
"Kalau Bapak sendiri, apa yang
akan Bapak lakukan?"
Pertanyaan Jackie membuat Sukarman
tersenyum lebih lebar. "Tentu saja aku juga tidak akan membiarkan orang
untuk menginjak-injak aku. Tapi, aku akan berpikir panjang dan memperhitungkan
konsekuensi yang mesti aku hadapi," katanya.
Dia melanjutkan. "Kalau aku
bukan siapa-siapa seperti.... dirimu ini, tentunya aku akan sangat
berhati-hati. Menunggu momen yang tepat untuk membalas. Mungkin aku akan
menaikkan dulu derajat dan kemampuanku," jelas dia. Sukarman terus
bertutur.
"Kamu adalah seorang pria.
Lelaki harus kuat! Jangan sampai kau mengandalkan orang lain. Karena bisa saja
suatu saat, orang itu akan meninggalkanmu dan kamu pun menjadi sampah karena
tidak lagi ada yang menghargai dirimu.
Sambil berceloteh, mata Sukarman
sempat bergerak sekejap ke arah Vanessa. Farhan merasa girang. Menurut dia,
perwira tinggi Tentara Nasional Makara itu secara tidak langsung menyiratkan
Vanessa akan mencampakkan Jackie.
Sayangnya, Vanessa sepertinya sama
sekali tidak menyimak semua perkataan Sukarman. Sebab, dia malah melambai untuk
menyapa seorang wanita yang melintas di situ dan keduanya berbincang singkat.
Melihat Vanessa tidak bereaksi dengan
sindiran Sukarman pada Jackie, Siska yang sudah meraba situasi tersebut mulai
berpikir.
"Vanessa sepertinya tak
terpengaruh oleh Sukarman. Jangan-jangan, Jackie ini sebetulnya bukan orang
sembarangan. Dia mungkin memiliki kartu As yang hanya diketahui oleh
Vanessa!"
Sementara Jackie yang menyimak semua
kalimat yang keluar dari mulut Sukarman menatap sang perwira lekat. Kemudian,
dia berucap.
"Saya akui bahwa waktu itu saya
bertindak terlalu gegabah. Tapi sejujurnya, apabila ada yang bertanya apakah
saya menyesali tindakan itu, jawaban saya adalah: saya sama sekali tidak
menyesal," ucap Jackie. Dia berkata lagi.
"Jika waktu berputar kembali, saya
akan tetap melakukan hal yang sama. Bapak sendiri mengatakan, jangan sampai
kita diinjak-injak oleh orang lain. Oleh karena itu, aku akan membuat orang
berengsek itu menderita terlebih dahulu, sebelum mengentaskannya."
Saat itulah Sukarman terkejut. Malahan,
napasnya sempat tercekat. Jackie bertutur begitu kalem. Tidak ada ekspresi
berarti terpampang pada parasnya.
Sebagai seorang tentara, tentu saja
Sukarman mengetahui seperti apa orang-orang yang bernyali kecil dan siapa saja
yang begitu pemberani. Termasuk, mereka yang memiliki aura pembunuh.
Sekejap, Sukarman bisa menangkap hawa
mengancam dari kilat mata Jackie. Terang saja, dirinya dibuat terkejut.
Bingung mengapa bisa Jackie yang dia
anggap sama sekali bukan siapa-siapa dapat membuat dia tersentak, Sukarman
kembali berbicara.
"Memangnya, kamu bisa apa?
Bukankah untuk masuk ke sini saja kamu butuh pertolongan dari Kak
Vanessa?"
Lagi, Sukarman berbicara sinis pada
Jackie. Tetapi orang yang dia ajak berbicara sama sekali tidak terpengaruh
dengan ujarannya.
Lantas, Jackie berucap,
"Tidakkah terpikir oleh Bapak. Jika saya tak bisa apa-apa, mengapa Kak
Vanessa mau berkawan dengan saya?"
Sejak tadi seperti tidak mempedulikan
obrolan yang tengah berlangsung di hadapannya, kali itu Vanessa bereaksi. Dia
tersenyum tipis namun manis ke arah Jackie yang terus menatap Sukarman
bergeming. Jackie kembali bersuara.
"Baik, begini. Saya akui, saya
bukan Gerald Halim, Tetua Rilley atau Pak Wanarto yang banyak dijilat orang.
Tetapi, saya tahu, Ada masalah dengan tubuh Anda, Pak Sukarman.
"Maksudmu...?" balas
Sukarman bertanya. "Maaf, Nak. Saya baik-baik saja. Saya sama sekali tidak
merasa ada yang aneh dari badan saya ini.
Menyangka Jackie sok tahu, sebagai
Dokter Farhan langsung nimbrung. "Jangan sembarangan berbicara kamu! Aku
adalah termasuk dokter yang memantau kesehatan Pak Sukarman. Aku sama sekali
tidak menemukan apa-apa, dasar dokter abal-abal!
"Dok, jika hanya diperiksa
dengan menggunakan stetoskop, diraba sana-sini atau hanya diajak ngobrol, apa
yang terjadi dengan tubuh Pak Sukarman tidak akan tampak," kalem Jackie
menanggapi. 1
"Kamu itu berbicara macam benar
saja! Tentunya, saya juga melakukan cek laboratorium rutin. Begini saja,
bagaimana kalau kamu membuktikan omonganmu itu. Silahkan, kamu boleh memeriksa
aku sekarang juga!" Sukarman menantang Jackie.
"Tidak usah, Pak," Farhan
menyergah. "Saya adalah dokter sungguhan disini dan saya adalah orang yang
mengetahui rekam medis Anda. Tak perlu Anda mempercayai orang yang hanya
menggeretak!"
"Pak Sukarman, dengan hormat.
Silahkan Bapak akui saja bahwa ada sesuatu dengan tubuh Anda. Atau, apa perlu
saya yang menjelaskannya?" Jackie berucap tenang.
"Hei, jangan kamu memaksa orang
yang sehat-sehat saja mengatakan bahwa dirinya sakit!" Farhan meradang.
"Itu artinya kamu memberikan sugesti pada orang, sehingga dia percaya
bahwa dirinya tidak baik-baik saja!"
Sepi. Suasana menegang sesaat. Karena
nada Farhan yang meninggi, Vanessa dan Siska yang sebelumnya berbincang berdua
mengalihkan fokus mereka pada para pria yang ada di sana.
Hingga akhirnya, Jackie bersuara,
"Lima tahun yang lalu, satu sentimeter di bagian kiri Dantian tengah Pak
Sukarman pernah mengalami luka berat. Benar, bukan?"
Dantian tengah yang disebut Jackie
merupakan titik akupunktur yang terletak di tengah dada dan paling dekat
hubungannya dengan cakra jantung.
Deg! Farhan yang merupakan seorang
dokter terkejut setengah mati. Walau tidak memahami sepenuhnya, Siska melongo
pada saat Jackie memaparkan apa yang dialami tubuh Sukarman secara singkat.
Namun, Vanessa terlihat tenang-tenang
saja. Dia menoleh ke arah Jackie tipis saja sembari menghela napas tanda puas.
Masih mengira Jackie hanya asal
menebak, Farhan mengalihkan tatapannya pada Sukarman. Dia melihat, ekspresi
Sukarman menjadi murung.
"A-ap-apakah... yang dikatakan
Jackie benar adanya?" batin Farhan.
No comments: