Bab 34
Mendengar apa yang diucapkan oleh
Gerald, segera itu Xander mendelik pada orang yang mengajaknya bicara.
"Siapa si bangsat itu...?"
tanya Xander penuh perasaan dongkol.
Sebelum menjawab pertanyaan si Tuan
Muda Rilley, Gerald tersenyum getir sepersekian detik. "Anak muda yang ada
bersama dengannya itu, kamu melihatnya, bukan?"
"Ya, ya..." sambut Xander.
Bahasa tubuhnya kelihatan gusar.
"Namanya Jackie. Entah tipuan
macam apa yang bisa membuat dia dekat dengan Vanessa. Jimat, teluh, jurus
tipu-tipu... entahlah. Karena, si putri Halim tampaknya otomatis jatuh cinta
padanya."
Dengan sengaja, Gerald menyebut ada
hubungan yang istimewa antara Vanessa dengan Jackie. Padahal sebetulnya, belum
dapat dipastikan apakah mereka telah menjadi pasangan kekasih atau tidak.
Tentu saja, Gerald memiliki misi
untuk membuat Xander panas hati terhadap Jackie. Menurut dia, Jackie bukanlah
tandingan si Rilley muda.
"Begitu rupanya. Punya apa dia
sehingga dapat dekat-dekat dengan Vanessa?" geram Xander bertanya.
"Kamu pasti paham. Status
Vanessa membuat dia bebas memilih siapa yang bisa dekat dengannya, bukan? Yang
jadi masalahnya, Jackie itu hanyalah seorang mantan napi...!"
"Apa?! Tapi Vanessa percaya pada
dia?"
"Aku sendiri juga heran. Yang
jelas, apapun kelebihan yang dimiliki Jackie, menurutku Keluarga Halim pasti
tidak akan mengizinkan Vanessa bersanding dengan bajingan itu!"
Kalah dari Jackie saat mereka kembali
bertemu dan telah dipermalukan di depan banyak orang, Gerald melancarkan
rencana liciknya. Dia menggunakan kesempatan ini untuk memanfaatkan Xander guna
menyingkirkan Jackie.
"Bedebah...! Aku telah
meningkatkan kemampuanku selama sekian tahun dan kalah oleh seorang napi?
Padahal kurang apa aku ini? Harta, tahta, kekuatan, aku punya!"
Pelatihan yang dijalani oleh Xander
ternyata menumbuhkan sifat arogan dalam dirinya. Bagi dia, hanya ia seorang
yang pantas untuk bersanding dengan Vanessa.
"Vanessa itu adalah milikku, tak
boleh ada seorangpun yang boleh mengambil dia dari sisiku!"
Seolah penuh perasaan dendam, Xander
berkata pada Gerald. Matanya menyorot dengan sinis. Lawan bicaranya memandangi
dia dengan puas.
"Betul, Xander. Jangan biarkan
orang lain menjamah Vanessa-mu!" ujar Gerald memotivasi, sekaligus
memprovokasi.
Rupanya, kemarahan Xander setelah
cintanya ditolak oleh Vanessa menarik perhatian orang yang tak menyukai Jackie,
Memperhatikan sejak tadi, Sukarman
bersama Farhan datang mendekat pada Xander yang suasana hatinya masih terlihat
kacau balau.
"Tuan Muda Rilley, aku bisa
memahami perasaanmu. Tidak enak rasanya orang yang telah kamu kasihi sekian
lama menolakmu hanya karena dia memiliki teman baru, bukan?" ujar
Sukarman.
"Tidak usah Bapak berusaha
menghibur saya dengan mengatakan mengerti dengan apa yang saya rasakan
sekarang...!" galak Xander berkata seperti anak kecil yang tengah merajuk.
"Tuan Muda, aku
bersungguh-sungguh. Sebab tadi, Vanessa bak tidak mau lagi mengenalku hanya
karena bocah laknat itu," jelas Sukarman. "Dia juga sok tahu.
Mengungkit-ungkit luka dalam yang pernah aku derita. Dia pikir fisikku selemah
itu, apa?!"
Tidak mau ketinggalan, Farhan
ikut-ikutan. "Padahal ilmu medis pemuda sialan itu tidak seberapa. Tetapi,
Vanessa malah terkesan. Nona Halim tak menyadari bahwa dia sudah ditipu oleh si
berengsek tersebut!" dongkol Farhan.
Sebagai Wakil Komandan Tentara
Nasional Makara. Sukarman telah merasa dilecehkan oleh Jackie hanya karena
Jackie menemukan cedera yang telah ia sembunyikan selama bertahun-tahun.
Lain lagi dengan Farhan. Dia sudah
sebal setengah mati terhadap Jackie karena si mantan napi telah membuat gelar
dokter yang ia miliki tidak ada apa-apanya di mata Vanessa.
Mengetahui Jackie juga ternyata telah
mengusik orang-orang penting, Gerald merasa riang. Bibirnya membentuk senyum
tertahan.
"Jika sampai Vanessa memusuhiku,
mana sanggup Harianto Corp membelaku dari para Halim? Bisa habis aku dibuatnya.
Lalu, orang tuaku akan murka padaku!" Gerald membatin.
Namun kini, Gerald bisa merasa lega.
Kemunculan Jackie ternyata menyebarkan keresahan pada banyak orang yang
dihormati. Dia tak perlu berlelah-lelah membalas perbuatan Jackie terhadap
dirinya.
"Sebentar lagi juga kau akan
mampus dengan sendirinya, Jackie!" senang Gerald lagi dalam hati.
Entah karena berusaha mencari muka
pada Darma atau menaruh simpati betulan terhadap Xander, sebagian tamu yang
mengelilingi dan menyimak pembicaraan mengenai Jackie mulai turut berkomentar.
"Tuan Muda Xander, Anda adalah
pemuda yang paling layak untuk bersanding dengan Nona Vanessa!"
"Jangan risaukan seseorang yang
baru saja keluar dari penjara. Tuan Muda. Anda tentunya jauh lebih baik dari
pada sampah seperti itu!"
"Pasti ada konspirasi di balik
ini. Orang itu harus dihentikan karena sedang berusaha menjilat Vanessa dan
famili Halim!"
Melihat orang-orang malah seperti
turut menyemangati-atau sebenarnya memanas-manasi-Xander, Gerald undur diri dan
tersenyum pada Tina yang juga menyeringai licik.
"Mati sudah si Jackie, semua
orang mulai membenci dia...!" Gerald berbisik dengan nada puas, tepat di
telinga Tina. Senyum kekasihnya semakin melebar saja.
Pastinya, omongan orang-orang di
sekelilingnya membuat Xander semakin panas hati saja saja. Ia menatap ke arah
Darma, lantas berkata-kata.
"Aku akan menghajar orang itu,
Opa. Lihat saja. Dia tidak akan lolos dariku karena telah 'mengguna-guna'
Vanessa!" kata Xander sembari mengepalkan telapak tangan.
"Tuan Muda Xander, ada baiknya
Anda menenangkan diri. Jangan terlalu terbawa emosi!"
Semua orang terkejut, tatakala Siska
yang berada di kerumunan melangkah maju dan berusaha membujuk Xander yang
menatap dia dengan ekspresi keheranan.
"Aku sudah berkenalan dengan
Jackie. Menurutku, Jackie tidak seburuk yang lain katakan," ujar Siska. Kedua
netranya sempat menatap, menyapu semua orang yang menjelek-jelekkan Jackie.
"Bagaimana saya bisa percaya
padamu, Bu Siska? Hampir semua orang di sini berbicara tentang keburukan
Jackie. Hanya Anda yang menyebut dia baik..., cih...!" Xander menolak percaya
pada wanita cantik yang berbicara padanya tersebut.
"Ya, aku memang baru saja
mengenal dia. Akan tetapi, Jackie tampak bukan orang yang suka bertingkah
macam-macam," ujar Siska lagi.
Xander tersenyum disertai dengusan
singkat. "Tak ku sangka. Bu Siska dari PureLeaf yang jelita lagi pintar
juga rupanya sudah terkena teluh bandit itu!" komentar dia.
Ia menuding Jackie telah menggunakan
ilmu hitam untuk memikat para wanita. Tapi dalam hatinya, Xander semakin tidak
tenang. Apakah penampilan fisiknya sudah dikalahkan oleh Jackie sehingga wanita
secantik Siska saja membela Jackie?
"Anda tidak percaya padaku,
bukan?" tanya Siska lembut.
"Aku tidak memiliki alasan untuk
percaya pada Anda, Bu!" tentang Xander kontan.
"Aku hanya ingin mengingatkan.
Ada baiknya Tuan Muda berpikri jernih, dengan kepala dingin. Sebab jika terjadi
apa-apa, Kak Vanessa tidak akan memaafkanmu. Sebab, Jackie pernah menyelamatkan
nyawanya."
Begitu menyelsaikan kalimat-kalimat
yang dirinya ucapkan, Siska melangkah menuju pintu Bunga Central. Melihat apa
yang dirinya lakukan, orang-orang bergunjing.
"Apakah Bu Siska sudah
gila?"
"Dia malah membela napi teman
Vanessa tersebut!"
"Jangan-jangan, bandit itu
memiliki kemampuan hipnotis sehingga bisa mempengaruhi perempuan-perempuan cantik?!"
Tapi kemudian, terdengar seseorang
tertawa kencang dari arah belakang orang-orang yang sedang berkumpul itu.
"Hahahaha...!"
No comments: