BAB 39
Melihat Jackie berkata penuh percaya
diri, jelas saja Sukiman terkejut. Dalam hatinya, dia sudah menyebut Jackie
sudah hilang kewarasannya.
Terlebih lagi, Sukiman tak ingin
putra kawan karibanya itu dipermalukan. Tetapi, Jackie malah bak menantang
Cresia dan Aldo.
"Oh, ayo, ayo! Mari kita
berangkat sekarang. Aku sudah tidak sabar ingin melihat... rumah impianmu itu,
Jackie!" Cresia menyambut penuh gairah. Terang saja, dengan maksud ingin
mentertawakan Jackie hingga puas.
Sesuai permintaan Jackie, ia dan
keluarga Sukiman pergi ke Tatar Nirwana. Komplek Awania merupakan komplek
perumahan termewah di Kota Bunga saat ini.
Berbeda dengan perumahan lain yang
membagi wilayahnya menjadi blok dengan nomor atau huruf berdasarkan urutan
alfabet, perumahan yang berada di sisi Danau Lembang itu memberi label tiap
kawasannya dengan nama yang khas.
Dalam hatinya, Aldo sudah merasa
senang. Sebab, dia masih saja berpikir bahwa Jackie mengada-ada.
Begitu mobil yang dikendarai Aldo
tiba di gerbang Tatar Niwana, petugas kemanan langsung menyambut dirinya.
"Selamat siang, Pak Lovis. Ada
apa gerangan Bapak berkunjung kemari?" tanya petugas keamanan ramah. Dia
menyebut Aldo dengan nama belakangnya. Rupanya di Awania, dia dipanggil
demikian.
"Saya mengantar pemilik rumah di
sini, Pak!" jawab Aldo.
"Oh, begitu. Maaf, yang mana
orangnya, Pak?"
Wajah Aldo menjadi kocak karena
menahan tawa. la menurunkan kaca mobil penumpang belakang, karena Jackie duduk
tepat di pinggir pintu belakang kendaraan yang dirinya kemudikan.
"Ini orangnya, Pak. Apakah Bapak
mengenali dia?"
Segera itu petugas keamanan mengamati
Jackie lekat-lekat, berusaha mengenali wajahnya. "Maaf, Pak, rumah Bapak
yang sebelah mana? Karena, saya belum pernah melihat Anda."
Terang saja Aldo dan Cresia senang.
Mereka sudah ingin menertawakan Jackie karena petugas keamanan sama sekali tidak
mengenal anak laki-laki Hendra tersebut.
Karena apabila Jackie membeli rumah
di sana, petugas keamanan semestinya mengenali dia. Tetapi terbukti, si petugas
berkata tak pernah melihat Jackie.
"Pak, saya membeli rumah saya
melalui perantara dan baru pindah hari ini," Jackie menjelaskan. Aldo
melirik dan menganggap alasan Jackie tersebut konyol. Sedangkan Jackie lanjut
berkata.
"Ini kunci rumah saya,
Pak."
Deg! Sontak Aldo menoleh ke arah
Jackie berada. Mata Cresia membesar. Keduanya merasa percaya tidak percaya.
Ternyata, Jackie memiliki kunci rumah!
Dalam batin mereka, ibu dan anak itu
bertanya-tanya, "Bagaimana mungkin?!"
Dengan mata kepalanya sendiri, Aldo
bisa melihat Jackie memegang sebuah kunci dengan aksesoris yang terbuat dari
logam.
Gantungan kunci tersebut membentuk
logo Komplek Awania yang menyimbolkan huruf A yang merupakan tanda Jackie
memiliki sebuah rumah di sana. Sebagai Manajer Penjualan, tentunya Aldo
mengetahui itu memang kunci rumah di komplek tempat dia bekerja.
"Dari mana kamu mendapatkan
kunci itu?!" tanya Aldo spontan karena terkejut setengah mati.
"Lho, bagaimana kamu ini?
Bukankah aku sudah bilang barusan. Aku membeli rumah di sini melalui
perantaraan seorang teman. Kenapa kau masih bertanya?" santai Jackie
menjawab.
Rasa-rasanya, napas Aldo seperti
terhenti di tenggorokannya. Cresia sendiri hanya bisa terdiam dengan melongo.
Sekarang Aldo bingung sendiri. Jackie
yang baru saja keluar dari penjara mampu membeli sebuah rumah lewat kawannya.
Dia sendiri bisa mempunyai rumah di situ karena ia kerja di sana.
Tidak mau kalah, setelah berpikir
sejenak Cresia berce etuk, "Apakah kunci rumah yang kamu miliki itu asli,
Jackie? Aldo, coba kamu tengok. Siapa tahu itu hanya kunci mainan yang memiliki
gantungan logo Awania."
Berlagak lugu, Jackie mengangkat
kunci yang dia miliki dan menunjukkannya pada Aldo. Sambil mengerutkan kening,
Aldo berusaha menilik kunci tersebut. Bagi dia, kunci kepunayaan Jackie sama
sekali tidak terlihat seperti kunci abal-abal,
Dia tahu benar bentuk kunci
rumah-rumah di Awania. Hulunya didesain sedemikian rupa, menyimbolkan logo
perusahaan properti mereka yaitu Kembang Properti. Namun, dia tidak mau
mengalah.
"Jackie, kamu mesti membuktikan
bahwa kunci tersebut tidak palsu. Jika benar begitu, kamu dalam masalah besar,
Bung!" ujar Aldo gegabah.
Keluarga Jackie terdiam. Hendra yakin
putranya sama sekali tidak berdusta. Sherina sudah ingin tersenyum. Dia tahu,
abangnya bukanlah orang sembarangan sekarang. Tetapi Anita memberanikan diri
untuk bersuara.
"Aku rasa, tidak mungkin Jackie
membawa kunci palsu. Jika anakku seperti yang kalian tuduhkan, buat apa kami
kemari dengan membawa barang sebegini banyak?"
Sempat mengamati situasi yang
terjadi, Sukiman berbicara pada anak dan istrinya. "Kalian itu jangan berprasngka
buruk pada Jackie. Bukankah dia sudah bilang yang sejujurnya, ia membeli rumah
melalui kawannya."
"Ayah, ingat. Orang ini adalah
seorang mantan kriminal! Pasti inudah bagi dia untuk meminta sesorang membuat
kunci palsu!" sanggah Aldo ngotot.
"Iya, benar! Di Bawah Sembilan
Jackie pasti bertemu dengan banyak penipu dan bandit-bandit lain semacamnya!
Menurutku, kunci itu pasti palsu!"
"Pak, tolong periksa kunci yang
dipegang orang ini. Amati baik-baik... sepertinya kunci itu adalah kunci palsu!
Bisa gawat kita kalau perkaranya begini!" pinta Aldo bak mengomel pada
petugas keamanan.
Karena yang dia hadapi adalah
seseorang yang menempati posisi manajer di Komplek Awania, sang petugas hanya
bisa menurut.
"Maaf, Pak. Boleh saya liat
kunci Bapak?"
"Tentu saja," singkat
Jackie menurut dengan sukarela. Ja menyerahkan kunci yang ia pegang pada pria
tersebut.
Sejurus, Aldo dan Cresia mengamati si
petugas keamanan. Kemudian, laki-laki itu mulai bersuara, "Kunci ini
dibuat khusus di Rumah Seni Besi Jenggala..."
"Maksud Bapak, apa?" sambar
Aldo bertanya.
"Jika kunci ini memang palsu,
Pak. Bukan orang sembarangan yang bisa membuat duplikat yang persis seperti
ini. Bahannya sama, begitu mulus pula. Apalagi tukang kunci biasa. Mana mau
mereka membuat ukiran logo perusahaan kita. Biayanya pasti mahal sekali."
"Omong kosong!" Cresia
menyambut penjelasan petugas keamanan penuh kebencian.
"Kamu telah membuat duplikat
pada seorang yang mengkhusukan diri untuk memalsukan barang-barang seperti
bukan?!" Aldo masih saja mendakwa Jackie.
"Begini saja, Aldo. Apabila kamu
masih tidak percaya, satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa kunci yang aku
miliki ini adalah asli hanyalah dengan menggunakannya, bagaimana?" Jackie
kembali berkata kalem.
"Nah, betul itu..., betul! Ayo,
sekarang kita buktikan saja... apakah kunci milikmu itu adalah kunci mainan
atau betulan kunci salah satu rumah di sini!" Cresia berceloteh begitu
berapi-api.
Petugas keamanan membiarkan mobil
milik keluarga Sukiman melewati gerbang Tatar Nirwana. Lalu, Aldo bertanya pada
Jackie.
"Jackie, di mana rumahmu itu
berada? Tatar Nirwana jalan apa?"
"Nirwana Mekar," jawab
Jackie langsung.
Sudah pasti, Wanartolah yang
menyampaikan pada Jackie di mana loaksi rumah yang akan ditempati oleh sang
ketua.
Sementara Aldo nyaris saja tersedak.
Begitu pasti, Jackie mengatakan di mana lokasi rumahnya. Nirwana Mekar
merupakan jalan utama dari Tatar Nirwana. Rumah-rumah di sana bukan lagi
seharga ratusan juta atau puluhan miliar. Melainkan, ratusan miliar!
No comments: