BAB 47
Fendi berucap pada Jackie. "...
kakak-kakak ini sudah melakukan fitnah terhadap Anda sehingga melibatkan
petugas keamanan kami. Apakah Tuan Jackie ingin menempuh jalan hukum untuk
masalah ini?"
Kali itu Gerald dan Tina menjadi
panik. Bisa-bisanya Fendi berpikir demikian. Bagaimana tidak? Yang Fendi ketahui,
Jackie merupakan pimpinan Wanarto.
Sedikit banyak, Fendi juga merasa
bahwa Gerald dan Tina telah mencoreng citra petugas keamanan Komplek Awania.
Dia tidak ingin reputasi Komplek Awania jatuh di mata orang banyak.
Bukan sekedar membela Jackie. Melainkan,
Fendi juga tidak ingin hanya gara-gara Gerald dan Tina, nama Komplek Awania
menjadi jelek.
"Tidak perlu. Tetapi saya
mengerti. Bapak takut citra Komplek Awania tercoreng oleh cecunguk-cecunguk
macam mereka, bukan? Mungkin saya bisa mewakili keresalian Anda."
Sambil berkata-kata, Jackie melangkah
mendekat pada Gerald. Lalu tanpa disangka-sangka, Jackie mendaratkan totok
tepat di bagian bawah paha Gerald, dekat lututnya.
"Aaaarghhhh...!"
Sontak, kaki Gerlad terasa sakit
bukan main, lalu lemas seketika. Dia mengerang dan tubuhnya sekonyong roboh di
atas rumput bantaran Danau Lembang itu.
"Sekarang kau tahu, Gerald.
Mengapa selama ini aku diam saja jika kau dan Tina berkata yang bukan-bukan
terhadapku. Karena, aku bisa merobohkanmu dalam sekali sentuh saja. Aku akan
membiarkanmu menikmati hidupmu... tetapi dengan penuh penderitaan. Paham,
kau?"
Sementara Jackie berkata-kata, Fendi
terlihat puas karena dalam sekali sentuh saja, Jackie membuat Gerald tidak
berdaya sama sekali. Ya, hanya dengan satu jamahan saja, Jackie telah
melepaskan sendi lutut Gerald dari tempatnya.
Sedangkan Omar dan para petugas
keamanan terperangah. Mereka juga bergidik. Para anggota keamanan Komplek
Awania sangat terlatih. Tetapi baru kali ini mereka melihat ada orang yang
menaklukkan lawan menggunakan sebuah sentuhan saja!
Jackie berkata lagi, "Tina
segeralah bawa pacarmu ini pergi dari sini. Oh ya, jangan pernah kalian datang
lagi ke Komplek Awania. Sebab lain kali, aku bakal melempar kalian ke Danau
Lembang," ancam Jackie dengan gaya yang tenang.
Kacau. Tina dan Gerald bermaksud
untuk menjatuhkan Jackie. Tapi sekarang, keadaannya malah berbalik. Mereka
berdualah yang sekarang dibuat kehilangan muka habis-habisan oleh Jackie.
Sudah barang tentu, Tina tak mampu
membalas, Dengan wajah kuyu, día berkata pada Oman. "Pak, bisa tolong
bantu saya membawa pacar saya ke rumah sakit?"
Menyimpan perasaan keki pada Tina,
Oman terpaksa memberi perintah pada bawahan-bawahannya. "Hei, ayo bantu
kakak ini untuk membawa kekasihnya ke rumah sakit!"
Selama beberapa saat, para petugas
kemanan sibuk mengurus Gerald yang akan dilarikan ke rumah sakit. Sementara,
Fendi dan Jackie berbincang-bincang.
"Tuan, sungguh saya meminta maaf
karena saya lalai, sehingga tak dapat menjalankan tugas dengan
semestinya," Fendi memohon pada Jackie. Kliennya itu pun tersenyum ramah.
"Pak Fendi, Bapak sama sekali
tidak salah. Memang mantan pacar saya dan... kekasih barunya itu kurang ajar.
Jadi harap maklum. Toh saya juga sudah memberikan pelajaran untuk mereka,"
balas Jackie.
"Tidak, tidak, Tuan. Izinkan
saya meminta maaf. Biar saya traktir Tuan Jackie makan, bagaimana? Sebab, saya
juga ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting pada Tuan Jackie."
Mata Jackie pun melebar tipis. Fendi
mengatakan ia akan menyampaikan sesuatu padanya. Penting, pula. Jackie akan
makan bareng dengan keluarganya. Sehingga, ia tak mungkin menerima tawaran
Fendi.
"Saya ada janji dengan kelaurga
saya. Bagaimana Bapak beritahu saya sekarang saja, apa yang ingin Bapak
sampaikan pada saya," ujar Jackie.
Sejujurnya, Fendi merasa agak kecewa
karena Jackie menolak ajakannya. Walau demikian, akhirnya ia memenuhi permintaan
Jackie untuk memberitahu apa yang akan dia bicarakan dengan Jackie.
"Jika tidak berhalangan, besok
CEO Arwana akan datang ke Kota Bunga. Itulah kenapa tadi saya dan Pak Oman
lewat kemari. Sebab, beliau menyuruh saya menyampaikan pada Anda, kalau CEO Arwana
akan datang guna menjumpai Anda," jelas Fendi.
Terlihat, mimik Jackie seperti tengah
berpikir. Lantas, dia berujar, "Apakah CEO Arwana itu berasal dari
kelaurga Arwana... yang merupakan pemilik Grup Properti Awania dari Kota
Lintang?"
"Betul, tepat sekali, Tuan. Kami
biasa memanggil beliau seperti itu. Dia adalah Nona Athena Arwana, putri dari
Keluarga Arwana."
Sejujurnya sewaktu Fendi menyebut CEO
Arwana, Jackie membayangkan dia adalah seorang laki-laki dari keluarga Arwana.
Namun kenyataannya, sang CEO ternyata wanita.
"Ada apa sampai Nona Arwana
ingin menjumpai saya?" tanya Jackie.
"Saya sendiri tidak tahu, Tuan.
Tapi setahu saya, Tuan Wanarto memiliki hubungan khusus dengan mereka."
Kota Jaya, Kota Lintang, Kota Langit
termasuk Kota Bunga merupakan kota-kota metropolitan yang indah nan megah di
Makara.
Hanya saja sesuai namanya, Kota Bunga
lebih kecil dari kota-kota tersebut. Tetapi, menawarkan keindahan alam dengan
cuacanya yang sejuk karena dikelilingi oleh pegunungan.
Villa Awania bukan hanya berdiri di
Kota Bunga. Melainkan di beberapa kota lain juga, terutama kota-kota besar
tersebut.
Grup Properti Makara terkenal sebagai
pendiri beberapa kota mandiri kenamaan di Kota Jaya, Kota Lintang dan Kota
Langit. Sedangkan Komplek Awania ini sengaja dirancang oleh Keluarga Arwana
bagi orang-orang kalangan atas.
"Baiklah kalau begitu. Terima
kasih informasinya, Pak Fendi. Jika Nona Arwana datang dan ingin bertemu dengan
saya, Bapak memiliki nomor saya, bukan?" kata Jackie.
"Ya, Tuan, tentu saja. Nanti
saya hubungi Tuan Jackie apabila ada kabar dari beliau."
"Baiklah. Terima kasih,
Pak."
Jackie pun berpisah dengan Fendi. Dia
masih saja memikirkan mengapa Athena Arwana ingin berjumpa dengannya. Sebab, ia
sendiri merasa dirinya sama sekali tidak pernah berjumpa dengan mereka di Bawah
Sembilan seklipun. 1
"Biarkan saja. Kita lihat nanti,
apa yang diinginkan oleh si nona muda," pikir Jackie.
Baru saja Jackie akan berjalan menuju
rumah, ponselnya berbunyi tanda sebuah pesan diterima. Jackie langsung meraih
alat komunikasinya. Vanessa menghubungi dia.
"Jackie, temui aku di Watson Bar
jam 2 nanti. Aku menunggumu."
Bersemangat, Jackie langsung membalas
pesan dari Vanessa tersebut. "Baiklah. Aku akan ke sana setelah makan
siang dengan keluargaku."
Kemudian Jackie teringat akan
persitiwa di Bunga Gala, bagaimana Xander mengungkapkan perasaannya pada
Vanessa.
la sadar. Mungkin bukan hanya Xander
yang ingin menjadi pendamping bagi Vanessa. Kemungkinan, banyak pria lain juga
yang menyukai si putri Halim.
Kalaupun Vanessa menyukai dirinya,
Jackie bertekad. Dia juga perlu menjadi seseorang yang terbaik bagi Vanessa.
Jangan sampai statusnya sebagai mantan narapidana di Penjara Bawah Sembilan
mengganggu jalinan hubungan dirinya dengan perempuan cantik tersebut.
"Semoga Vanessa bisa bersabar
sementara aku meniti jalan untuk membesut diriku, agar terlihat lebih pantas
menjadi pendamping dirinya," pasti Jackie dalam batinnya.
Sesuai janjinya dengan Vanessa,
Jackie tiba di Watson Bar. Ia bermaksud untuk menghubungi Vanessa. Tetapi baru
saja Jackie meraih ponsel dari dalam saku celana, seseorang muncul di hadapan
dia.
"Kamu mencari Vanessa, bukan?
Sudahlah Jackie, sebaiknya kamu pulang saja karena Vanessa sudah pergi. Dia tak
mau berjumpa denganmu!"
No comments: