BAB 49
"Bahaya?" sambut Jackie
dengan gaya kalemnya. "Aku sudah pernah bertahun-tahun berada di sebuah
tempat yang sangat berbahaya terutama untuk orang sepertimu, Xander. Kamu
menakut-nakuti orang yang salah."
Lagi pula, Jackie sudah
mengetahuinya. Vanessa pernah nyaris diracun oleh anggota Sekte Lima Racun.
Dialah yang menyelesaikan semuanya. Tapi apa alasan orang itu ingin meracuni
Vanessa dia masih belum tahu.
Xander menanggapi. "Hei, cowok
sok jagoan, biar aku yang memberitahumu..."
Segera itu raut Vanessa menjadi
muram. Ia menyerobot perkataan Xander. "Xander, tidak usah kamu
membicarakan hal yang kamu ketahui tentang aku pada Jackie!"
Namun rupanya, Xander sudah ingin
merusak kedekatan Jackie dengan Vanessa. la tak menghiraukan peringatan Vanessa
"Vanessa sedang berusaha menguak
kebenaran tentang keluarga tunangannya yang dihabisi. Sehingga, ia menjadi
target... aku pun tidak tahu persis siapa mereka. Sebut saja, orang-orang
berpengaruh yang bekerja dari balik layar!"
Dengan gaya pongah seolah apa yang
dirinya tuturkan itu merupakan sesuatu yang luar biasa, Xander membuat
ekspresinya seperti sangat puas.
Mendengar Xander menyebut bahwa
Vanessa memiliki tunangan, Jackie spontan menoleh pada Vanessa seolah meminta
penjelasan.
Terbersit dalam hatinya, dia tidak
bisa memaksakan diri untuk dapat bersanding dengan Vanessa jika perempuan
cantik itu telah memiliki seorang tunangan.
"Hehe...!" Xander terkekeh
singkat penuh kemenangan. Ia merasa berhasil membuat keakraban Jackie dengan
Vanessa menjadi canggung. Dia berkata lagi.
"Vanessa hanya akan menjadikanmu
pengganti sementara saja, Jackie. Menemani dia hingga ia bertemu kembali dengan
tunangannya. Boleh jadi, Vanessa menolakku. Akan tetapi, dia juga tidak akan
menjadi pasanganmu!"
"Xander, hentikan semua
celotehanmu itu dan pergilah dari hadapanku!" hardik Vanessa.
"Dengar Vanessa, aku dan guruku
bisa membantumu untuk menyelesaikan perkaramu. Silahkan kau pikirkan!"
ucap Xander, lalu ia pun beranjak dari depan Vanessa dan Jackie.
Hening. Jackie hanya bisa terdiam
memandangi Vanessa. Jika ia boleh jujur, harus dirinya akui. Kabar yang baru
saja diungkapkan oleh Xander bak menusuk dan menyesakkan hatinya. Ia tak pernah
tahu. Si putri Halim telah memiliki seorang tunangan. 1
Pada akhirnya, Jackie memberanikan
diri bersuara. "Apakah yang baru saja dikatakan oleh Xander benar adanya,
Vanessa?"
"Benar, Kak Jackie," Yeni
yang menjawab pertanyaan Jackie. "Kak Vanessa memang telah memiliki
seorang tunangan. Jika kamu berpikir bisa bersanding dengan beliau, harap kamu
pertimbangkan kembali."
"Aku tidak bertanya padamu, Kak
Yeni. Aku berbicara pada Vanessa, bukan kamu!"
Seketika itu Yeni tercekat. Untuk
yang ketiga kali, ada orang yang bisa melihat pancaran dingin nan angker dari
kedua bola mata Jackie.
Pertama, Sukiman saat Bunga Gala.
Lalu tadi, Xander juga sempat merasakan betapa menusuknya tatapan Jackie,
seolah bisa mencabut nyawa orang pada saat dia berkedip. Sekarang giliran Yeni
dibuat tertegun oleh sang dokter.
Meski begitu, Yeni mengumpulkan
keberaniannya untuk berkata-kata. "Kenapa kamu sewot begitu? Tidakkah kamu
menyadari apabila Kak Vanessa tidak segera datang, kau sudah babak belur
oleh-"
"Kak Yeni, tinggalkan aku berdua
dengan Jackie."
Yeni terkejut. Tahu-tahu saja Vanessa
berkata pada dia. Sontak, kepalanya menoleh pada Vanessa yang ada di
sebelahnya.
"Tapi Kak..."
"Aku bilang, tinggalkan kami
berdua!" tegas Vanessa.
Tak bisa berbuat apa-apa karena yang
memberinya instruksi adalah majikan yang sudah seperti adiknya sendiri, Yeni
hanya bisa menatap Jackie dengan dongkol. Lalu dia pergi mengasingkan diri pada
sebuah meja di bar tersebut.
"Jackie, mari kita duduk di
sana," ajak Vanessa. Kepalanya bergerak ke arah sebuah meja kosong yang
berada jauh dari tempat Yeni berada.
Mereka pun memesan minuman. Susana
masih terasa canggung karena Xander yang mengatakan bahwa Vanessa seharusnya
sudah memiliki jodoh.
Pada akhirnya, Jackie membuka
pembicaraan. "Vanessa, apa benar apa yang dikatakan oleh Xander, bahwa...
kau telah memiliki seorang tunangan?"
Seutas senyum tipis terukir pada
bibir Vanessa. Terlihat kaku sejenak, Vanessa mengambil napas lalu ia berkata,
"Ya, Jackie. Begitulah," ucap dia sembari mengangguk-angguk kecil
Dihadapkan dengan kenyataan bahwa
Vanessa seharusnya telah memiliki jodoh, hati Jackie bak membeku lalu retak
rasanya.
Vanessa telah membuat dia jatuh hati.
Wanita itu sangat cantik, tulus dan seolah, apa yang tidak dimiliki oleh
perempuan lain ia miliki.
Statusnya sebagai seorang putri Halim
tidak membuat dia tinggi hati. Sikapnya terhadap Jackie juga jauh berbeda
dengan saat Vanessa berhadapan dengan orang lain.
Jika di depan orang lain Vanessa
terlihat tegas bahkan dingin, Vanessa justru sangat lembut dan perhatian
terhadap Jackie.
"Mengapa kamu tidak
memberitahuku bahwa sebenarnya kamu telah memiliki tunangan?" tanya Jackie
lagi dengan lirih.
Lagi, Vanessa terdiam sama seperti
sebelumnya. Ada senyum tipis tertahan pada wajahnya. Sorot mata Vanessa menjadi
redup seolah penuh welas asih.
"Jackie, bolehkah aku jujur
padamu...?" Vanessa malah balas bertanya. Kali itu dia teerlihat seperti
tengah malu-malu.
"Tentu saja, Vanessa. Kau boleh
mengungkapkan apa yang bersarang dalam hatimu kepadaku," Jackie menyambut
dengan antusias.
"Sesungguhnya... dengan
kebersamaan kita setelah Bunga Gala kemarin..., aku... aku merasakan bahwa...
aku telah jatuh cinta padamu."
Sekarang, Jackie tidak tahu harus
bertingkah seperti apa. Semestinya, dia merasa senang. Tapi, baru saja ia
mengetahui bahwa Vanessa telah memiliki tunangan. Di satu sisi, Vanessa sedang
mengungkapkan perasaan dia yang sebenarnya.
"Jackie, aku juga merasa ragu,
apa aku harus memberitahunya padamu atau tidak. Tapi sekarang... kau telah
mengetahuinya."
Untuk beberapa detik, Jackie menatap
kedua mata Vanessa. Terlatih membaca gerak-gerik orang, Jackie dapat mengetahui
Vanessa tidak mengada-ada.
Sang adam terdiam, entah karena
merasa ragu atau tengah berpikir, Lalu, Jackie kembali angkat suara.
"Lalu... bagaiamana? Maksudku..., kamu telah memiliki seorang
tunangan."
Setelah sempat selalu memamerkan
senyum tak kentara, kali itu Vanessa tersenyum lebar-lebar. "Aku rasa...
itu bukanlah sesuatu yang perlu dipikirkan."
"Maksudmu...?" tanya Jackie
spontan dengan alis terangkat karena agak terkejut dengan jawaban Vanessa.
"Jackie, aku sendiri tidak tahu,
apakah laki-laki yang disebut sebagai tunanganku itu masih hidup atau tidak.
Karena, kami dijodohkan sejak kami masih kanak-kanak. Sewaktu terjadi sesuatu
dengan keluarga 'tunangan'-ku itu kami bahkan baru bisa berbicara, mungkin!"
Menghela napas lega, Jackie juga
merasa kocak. Ia tidak tahu apakah Xander mengetahui hal itu atau tidak. Yang
jelas, sekarang dialah yang lebih mengetahuinya. Ternyata, Vanessa belum pernah
bertemu dengan tunangannya. Tidak ada perasaan yang mengikat di antara mereka.
Walau demikian, Jackie salut pada
Vanessa. Demi tunangannya yang tak pernah ia kenal, si Putri Halim rela
mempertaruhkan nyawa demi mencari kebenaran mengenai keluarga si tunangan yang
telah dihabisi entah oleh siapa.
"Baiklah. Karena kamu sudah
mengetahui seperti apa sebenarnya dan... kau sudah menyelamatkan nyawaku dua
kali bukan? Mungkin aku perlu mengisahkan semuanya padamu. Bagaimana?"
tutur Vanessa diakhiri pertanyaan.
"Jika kamu merasa ingin berbagi
cerita denganku, silahkan. Aku siap mendengarkan," Jackie menanggapi
dengan pasti.
Vanessa mulai bercerita.
"Semuanya berawal dari Robert Halim, ayahku, yang memiliki seorang sahabat
bernama Stevie Chandra..."
No comments: