Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 51

  

BAB 51

 

"Apa kamu... mesti pergi sekarang?"

 

"Begitulah. Dari sini, aku akan langsung ke bandara."

 

Baru saja bertemu dengan Vanessa setelah sekian hari tak bersua dan sekarang Vanessa mengatakan bahwa ia harus segera pergi dari Kota Bunga, belum apa-apa Jackie sudah merasa ia merindukan si putri Halim.

 

"Kamu selalu membawa jimat itu ke mana-mana, bukan?"

 

Sambil berkata, mata Jackie menatap ke arah kalung dengan bandul berwarna kehijauan yang melingkar di leher Vanessa.

 

"Ya, tentu saja. Sejak kau memberikannya padaku, aku selalu mengenakannya ke mana-mana. Meski... Yeni sepertinya tidak suka jika aku memakainya terus-terusan!" Vanessa berujar dengan menyuarakan kalimat yang keluar dari mulutnya belakangan dengan setengah berbisik.

 

Seketika itu Jackie tersenyum disertai dengusan karena gaya Vanessa bertutur agak kocak. "Syukurlah kalau begitu. Aku tahu, kalung itu terlihat seperti perhiasan murahan. Tapi percayalah, ia sangat berguna," ucap Jackie kemudian.

 

Selanjutnya, Jackie dan Vanessa membicarakan hal-hal yang ringan. Seperti bernostalgia ke masa-masa sekolah. pengalaman Vanessa saat berada di luar negeri, maupun hal lucu yang membuat mereka tertawa-tawa ceria.

 

Target Jackie saat ini adalah: dia ingin terus mengenal Vanessa lebih dalam lagi, sebelum bertemu dengan keluarga Halim kelak.

 

Sementara, rata-rata keluarga kaya raya di Makara memiliki latar belakang sebagai pendiri sekte bela diri sejak zaman nenek moyang mereka. Apalagi, Keluarga Halim. Itulah salah satu alasan mengapa mereka sangat disegani sekaligus memiliki pengaruh yang sangat kuat.

 

Sehingga, tidak mengherankan banyak orang yang mencari muka, menjilat hingga iri hati bahkan membenci para Hailm secara diam-diam.

 

"Sementara aku hanyalah seorang mantan napi. Aku mesti meningkatkan statusku dulu agar keluarga Vanessa dapat menerima keberadaanku. Kalau tidak, aku akan dipermalukan dan jangan sampai aku mempermalukan Vanessa."

 

Obrolan Jackie dan Vanessa terus berlanjut dan kadang-kadang sangat serius bahkan mandalam. Keduanya sama-sama tahu. Mereka sangat menikmati pertemuan mereka. Apa daya, Vanessa harus menjalankan tugas yang diembankan keluarga Halim pada dia.

 

Walau belum puas menikmati kebersamaan mereka, pada akhirnya Jackie mengantar Vanessa ke bandara. Kemudian, keduanya berpisah di gerbang keberangkatan.

 

Mata Jackie terus terarah pada Vanessa yang sempat menoleh pada dia beberapa kali. Kemudian, gadis cantik itu melambai dan Jackie membalasnya.

 

Hingga akhirnya, Jackie melihat Vanessa menghilang di balik kerumanan para calon penumpang lain. Begitu dia akan membalikkan badan, terdengar seseorang berkata padanya dari arah belakang.

 

"Sepertinya kamu kelihatan tidak rela ditinggal oleh majikanmu, Jackie!"

 

"Berlapang dadalah, Jackie. Dia itu bukan orang yang pantas untuk bersanding denganmu. Jadi, wajar saja jika kamu ditinggalkan!"

 

"Hahahaha...!"

 

Kedua orang itu tertawa puas seolah ada sesuatu yang sangat menggelikan terjadi di hadapan mereka. Jackie bergeming. Mereka adalah Alex dan Cindy.

 

"Kasihan kamu, Jackie. Pasti kamu merasa sangat sedih karena orang yang menyokongmu meninggalkanmu," kata Alex lagi. Cindy menambahkan.

 

"Itulah upah bagimu, Jackie. Kau sudah membuat Xander uring-uringan dan mematahkan kaki Gerald!"

 

"Dasar kalian tikus-tikus pergaulan tukang menjilat. Kemunculan tikus memang tak bisa diprediski," santai Jackie membalas.

 

Cindy pun langsung geram, "Apa katamu?! Jika kau menyebut kami tikus, lalu dirimu itu apa, lalat penjara?!" balas dia dengan wajah gusar.

 

"Berani-beraninya dirimu yang bagai sampah ini menyebut kami tikus! Kau akan mendapat ganjaran yang setimpal karena telah menjadi tukang hina, Jackie.... lihat saja!"

 

Sambil berkata-kata, Alex meraih ponsel miljknya dari dalam saku celana. Kemudian dia membuat sebuah panggilan.

 

"Halo, Om? Ya, aku sudah di bandara. Om masih menunggu bagasi? Baiklah. Om, kebetulan, aku bertemu dengan Jackie... ya, dia baru saja melepas Vanessa. OK, Om. OK."

 

"Kamu dengar itu, Jackie. Akan ada seseorang dari keluarga Harianto yang akan mendatangimu. Tetapi, Vanessa sudah pergi. Siapa lagi yang akan melindungi kamu?" sindir Cindy.

 

"Terima sajalah nasibmu, Jackie. Karena sampah haruslah dibuang pada tempatnya!" Alex yang selesai menelepon mengatai Jackie. Dia lanjut bercerocos.

 

"Katanya Pak Wanarto juga melindungimu? Omong kosong! Pasti Vanessalah yang menyuruh Pak Wanarto melakukannya, bukan? Tak mungkin seorang mantan napi seperti kamu dianggap sebagai orang penting oleh Pak Wanarto!"

 

Prasangka dari Alex membuat Jackie menarik senyum lebar tanpa menunjukkan gigi singkat saja. "Untung Vanessa sudah pergi dan aku menemani dia sebelum dirinya berangkat. Jadi aku sudah puas berduaan dengannya," ujar dia santai. Jackie berkata lagi.

 

"Jadi, aku akan memiliki cukup waktu untuk menghajar Keluarga Harianto. Lima hari...," Jackie membuat mimik berpikir lalu dia meneruskan. "Ah..., cukup bagiku untuk membuat Keluarga Harianto jatuh dan menghilang sampai tak lagi dikenang."

 

"Hahahaha...!" Alex dan Cindy tergelak. Alex pun berkata.

 

"Sok jago sekali kamu itu! Mana bisa orang sepertimu mengalahkan Keluarga Harianto, hah?! Yang ada, mereka akan membuat hidupmu lebih menyedihkan dibanding saat kau dipenjara. Mengerti, kamu!"

 

"Jackie, aku ingatkan kamu. Alex dan aku datang kemari untuk menjemput Paman Ketiga dari Keluarga Harianto. Mampus kau..., beliau pasti akan menghajarmu habis-habisan!" sesumbar Cindy.

 

Sedangkan Jackie menanggapi celotehan itu nyaris tanpa ekspresi. "Siapa pula Paman Ketiga ini, apakah dia orang acak yang kalian sewa untuk menghadapiku?"

 

"Kurang ajar kau!" geram Alex menyambut. "Berani-beraninya kamu meremehkan Paman Ketiga. Orang rendahan macam kamu pasti belum pernah mendengar nama Clark Harianto, bukan?"

 

Lagi, Jackie hanya berdiam diri tanpa ekspresi yang berarti. "Memangnya, dia siapa?" tanya Jackie kalem saja.

 

"Dia adalah adik nomor dua, atau putra ketiga dari keluarga Harianto, adik Dave Harianto, ayah Gerald! Beliau adalah seorang pendekar Tingkat Bumi. Dia baru saja mendarat di sini. Ia sengaja datang untuk memberi pelajaran bagimu!" jelas Alex.

 

"Oh, begitu rupanya. Kalian itu mesti mendewasakan diri lebih baik lagi, Alex, Cindy. Mengenal seorang pendekar Tingkat Bumi saja kalian bangganya minta ampun."

 

Saat berada di Bawah Sembilan, Jackie sudah mengetahui tingkatan-tingkatan para pendekar. Diurutkan dari yang paling tinggi hingga terendah. Yaitu: Tingkat Master, Tingkat Langit, Tingkat Bumi, Tingkat Surgawi dan Tingkat Dasar.

 

Di Makara, pendekar yang mencapai tingkat Master bisa dihitung dengan jari. Tapi meski sekian Master ini bergabung untuk bersama-sama melawan dia, Jackie sama sekali tidak takut.

 

Tak ada yang mengetahui, Jackie sebetulnya tergolong dalam kategori kultivator dan seorang kultivator jelas tidak bisa disamakan dengan seseorang bergelar Master.

 

Lagi pula, Jackie bukan kultivator biasa. Dia digembleng oleh Dewa Agung habis-habisan. Selain menguasai Teknik Dewa Pemulih Raga, dia juga mewarisi sebuah ilmu bela diri misterius yang disebut sebagai 'ilmu para dewa'. Yaitu: Kitab Sembilan Surga.

 

"Memangnya bisa apa kamu, Jackie?! Apakah kamu mengetahui, seperti apa pendekar tingkat Bumi? Satu pukulannya saja memiliki kekuatan sekian ton yang bisa membunühmu tanpa bekas!"

 

Dengan perasaan bangga, Alex mengungkapkan seperti apa pendekar Tingkat Bumi. Sementara Jackie mendengus. Bibirnya membentuk seutas senyum miring.

 

"Memangnya, kapan Clark Harianto datang?? Aku sudah tidak sabar ingin berhadapan dengan dia," celoteh Jackie dingin.

 

Bab Lengkap

Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 51 Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 51 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 04, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.