Bab 52
"Hahahaha..!" Alex dan
Cindy tertawa begitu mendengar perkataan ogah-ogahan Jackie.
Jackie memang sengaja berkata demikian
untuk menunjukkan pada Alex dan Cindy bahwa dirinya tidak gentar terhadap
seorang Clark Harianto.
"Sebentar lagi, Jackie, sebentar
lagi. Kamu sudah tidak sabar ingin kena hajar dia, ya?" ujar Alex.
"Sok-sokan sekali kamu itu,
Jackie. Padahal, baru melihat dia saja kamu bisa mati di tempat!" Cindy
menambahkan perkataan pacarnya.
"Ya sudah kalau begitu.
Kebetulan aku sedang tidak ada kerjaan. Jadi, sekalian aku akan menemani kalian
bermain-main di sini. Tunggu, aku akan memesan kopi dahulu sambil menunggu
pamannya Gerald itu," tutur Jackie tenang-tenang saja.
Cindy langsung menimpali,
"Nikmati saat-saat santaimu, Jackie. Karena kemungkinan, ini adalah kali
terakhir kau bisa bersenang-senang!"
"Kau itu meremehkan Paman
Ketiga, Jackie. Dengar: selama ini Clark Harianto menutup dirinya dari nafsu
agar bisa mendalami ilmunya dengan baik. Sehingga, ia sama sekali tidak menikah
dan praktis tidak memiliki anak," Alex mulai bertutur. la melanjutkan.
"la telah menganggap Gerald
bagai anak kandungnya sendiri. Sekarang kamu sudah melukai Gerald. Selamat,
Jackiel Sudah bisa dipastikan Clark Harianto akan menamatkan riwayatmul"
tandas Alex dengan serinngai bangga.
"Oh, begitu rupanya,"
sambut Jackie tenang-tenang saja seolah apa yang dipaparkan oleh Alex sama sekali
tak berarti apa-apa untuk dirinya. Jackie juga malah melihat-lihat ke
sekeliling dan berucap.
"Baiklah. Aku benar-benar ingin
menikmati segelas kopi dahulu di kafe sana. Kalau Tuan Harianto Ketiga itu
sudah datang, panggil aku, ya!"
Begitu ringannya, Jackie melenggang
menjauh dari Alex dan Cindy. Terang saja, pasangan kekasih tersebut dongkol
setengah mati melihat tingkahnya.
Sekira sepuluh menit kemudian, tampak
seorang pria paruh baya melangkah keluar dari gerbang kedatangan. 1
Meski usianya tidak muda lagi, orang
yang mengenakan kacamata tabir surya tersebut memiliki tubuh yang kekar.
Rautnya tampak tidak ramah, layaknya singa yang telah siap menerkam mangsa.
Segera itu, Alex datang mendekat pada
lelaki tersebut. "Paman Ketiga, selamat datang di Kota Bunga..."
"Mana manusia dungu yang sudah
mematahkan kaki keponakan kesayanganku? Akan ku bantai dia sekarang jugal"
ujar Clark sembari membuka kacamata berlensa hitam milik dia.
Suara menggeram tanda bahwa Clark
tengah mengamuk bisa didengar oleh orang-orang disekitarnya. Sehingga, para
pengunjung bandara terutama mereka yang baru saja tiba di Kota Bunga resah dan
langsung menjauh.
"Jackie, Om. Nama dia adalah
Jackie. Anak itu memang layak untuk dihajarl Kalau perlu, Om bunuh saja dial"
Alex memprovokasi.
"Jadi..., nama anak itu adalah
Jackie?" tanya Clark.
"Iya, betul, Om. Itu dia
namanya!" sambut Alex berapi-api.
la tidak dapat membaca mimik Clark.
Saat itu, si Paman Ketiga terlihat seperti sedang berpikir. Sebab menurutnya,
'Jackie' adalah nama yang kedengaran familiar bagi dia.
"Mengapa aku seperti pernah
mendengar nama itu?" tanya Clark dengan agak melebarkan mata.
Cindy langsung tersenyum dan dia pun
buka suara, "Paman Ketiga, Jackie itu adalah orang yang tiga tahun lalu membuat
Gerald patah hidung. Dia sudah dipenjara. Tapi kini, ia telah keluar dari Bawah
Sembilan dan mengincar Gerald untuk membalas dendam!"
Saat itulah Clark teringat. Tiga
tahun lalu, ia sudah ingin menghabisi Jackie. Akan tetapi, kakaknya yang
merupakan ayah Gerald lebih ingin Jackie mendekam dalam penjara agar hidup
orang yang sudah mencederai anaknya itu menderita.
"Hooo, jadi itu dia orangnya.
Dulu dia sudah selamat dariku karena kakakku menginginkan dia masuk Bawah
Sembilan..!" ucap Clark penuh amarah. Tangannya terkepal karena gemas.
"Ah, Om. Sekarang juga Om masih
bisa membuat anak itu kapok, kok!" Alex kembali memanas-manasi si Paman
Ketiga.
"Orn, maaf bukannya saya usil,
Cindy ikut-ikutan. "Tadi, Jackie bilang bahwa dirinya sudah tidak sabar
untuk bertemu dengan Om. Mungkin, dia ingin menantang Om
Terang saja, perkataan Cindy semakin
membaut Calrk panas hati. "Keparat! Anak itu memang harus diberi
pelajaran! Di mana dia sekarang?" 1
"Dia sedang minum kopi di kafe
sebelah sana itu, Om. Mari, kami antar Om untuk menjumpai dia!" semangat
Alex.
Di dalam café. Jackie benar-benar
sedang bersantai di sana, la asyik membuka-buka sebuah majalah fashion
kenamaan.
Yang ia lihat saat itu adalah
busana-busana wanita. Sebab, Jackie tengah berencana untuk membelikan Sherina,
juga pastinya Vanessa busana bermerek.
"Untuk Sherina mungkin agak
gampang. Dia gayanya sederhana. Tapi Vanessa..., hmmm... dia adalah tipe cewek
yang anggun."
Sangking asyiknya membayangkan ingin
membuat penampilan Vanessa terlihat lebih memukau lagi, Jackie seolah lupa
bahwa sebenarnya dia memiliki urusan dengan anggota keluarga Harianto.
Hingga, Clark masuk ke dalam kafe
tersebut ditemani oleh Alex dan Cindy. Melihat ada tamu yang berkunjung,
pelayan kafe itu langsung menyambut mereka.
"Selamat datang..., silahkan.
Kami memiliki kopi spesial-
"Kami tidak butuh kopil"
sela Alex dengan gaya yang arogan. "Kami kemari untuk menghajar
seseorang!" galak dia dengan melotot.
Pelayan kafe itupun terkejut. Belum
sempat dia bereaksi, tahu-tahu saja Clark yang melintasi sebuah meja kosong
menghantam meja tersebut.
Bruak!
Meja yang terkena tumbukan Clark
langsung terbelah dua. Terang saja, aksi laki-laki setengah baya tersebut
membuat semua pelanggan di kafe terkejut.
Lucunya dengan segala keriuhan yang
terjadi di sana, Jackie bergeming. Dia malah terus-terusan memandangi majalah
yang terbuka pada kedua tangannya.
"Selain orang di sana itu,
keluar kalian semua..!" bentak Clark dengan suara yang membahana.
Melihat bagaimana Clark membuat
sebuah meja terbelah menggunakan satu hantaman saja, baik pengunjung hingga
karyawan kafe itu segera berhamburan keluar dari sana. Lalu ada di antara
mereka yang berkasak-kusuk.
"Orang itu adalah Clark
Harianto, bukan?"
"Ya, benar. Sepertinya itu
dia!"
"Kenapa dia tiba-tiba kembali ke
sini dan marah-marah seperti itu...?!"
"Ada yang bilang ia menjadi
seorang Wakil Master sebuah sasana bela diri di Kota Langit..."
"Clark itu tidak kalah dengan
kakak-kakaknya. Dia mengenal banyak orang-orang penting di Kota Langit. Mereka
semua merupakan kolega dari keluarga Harianto."
"Pantas saja. Kalau tidak
begitu, mana bisa Keluarga Harianto mengungguli famili-famili besar di Kota
Bunga ini seperti Keluarga Juwana dan Keluarga Wijaya!"
Sebelum menetap di Kota Langit, nama
Clark di Kota Bunga memang telah sangat dikenal. Sekarang, dia sudah hidup
makmur di kotanya.
Famili-famili besar di Kota Bunga pun
merasa iri padanya. Mereka berharap bisa menjalin hubungan dengan Clark agar
dapat memajukan usaha mereka. Selain berkasak-kusuk mengenai Clark, orang-orang
tersebut juga membicarakan Jackie.
"Kasihan orang yang diincar oleh
Clark itu...!"
"Apa kesalahan dia sampai
diincar oleh seorang Clark Harianto, ya?"
"Celaka, jika Clark mau, ia bisa
menandaskan orang tersebut semudah menginjak semut!"
"Nahas sekali nasib orang
itu..., kasihan dia..!"
Sementara itu di dalam kafe. Dengan
gayanya yang tenang, Jackie masih membuka helai demi helai majalah yang berada
dalam tangannya sedangkan Clark melangkah mendekat pada dia.
No comments: