BAB 54
Mesti diakui oleh Clark. Dia sama
sekali tidak melihat sendok tersebut dilayangkan oleh Jackie barusan. Sejenak,
dia menganalisa.
"Dilempar berbarengan dengan
piring itu? Tapi aku hanya melihat dia menggerakkan sebelah tangan. Atau...
sial! Sendok ini berada di atas piring dan entah bagaimana, si Jackie dapat
mengendalikan, lalu mengarahkannya ke perutku."
Dalam seni kultivasi, titik di bawah
diafragma dan di atas pusar disebut sebagai inti energi. Sekali pusat
pengerahan tenaga dalam tersebut terkena serangan fatal, seseorang tak akan
bisa lagi mengerahkan kekuatannya.
Dibuat tak berdaya oleh Jackie,
sekarang Clark merasa gentar. la sama sekali tidak menyangka, anak muda yang
hendak ia hajar kalau perlu hingga mati tersebut ternyata memiliki kemampuan
bela diri jauh di atas dia.
"Da-dari mana kamu mempelajari
teknikmu itu... a-apakah kau s-seorang Master?" tanya Clark pada Jackie.
Orang yang ditanya bergeming. Lalu,
Jackie berucap, "Kenapa kamu ingin tahu? Kau sudah menantangku, sesumbar
akan menghabisiku. Sudahlah. Tidak ada gunanya bagi kamu untuk mengetahuinya.
Akui saja kekalahanmu." ringan Jackie berucap dingin.
Perkataan Jackie tersebut membuat
Clark kesal. Tapi, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, tubuhnya gemetaran.
Selama ini Clark dinilai sebagai
tokoh besar kebanggan Keluarga Harianto. Dia hidup makmur di Kota Langit dan
orang-orang di sana mendapuknya sebagai salah satu Harianto terkuat.
Hari itu dengan emosi membara karena
ingin membela kemenakan kesayangannya, dia kembali ke Kota Bunga. Tapi yang
terjadi adalah sebaliknya.
Inti energi Clark dilumpuhkan dalam
sekali serang. Kemudian harga dirinya juga telah jatuh di hadapan banyak orang.
Mengangap dirinya merupakan seseorang
yang kuat, ada sedikit perasaan tidak terima dalam diri Clark. Sehingga, ia
enggan dipandang rendah oleh Jackie.
"Sombong kau, anak tengik!
Ingat, masih ada orang-orang yang kemampuannya berada di atas dirimu dan mereka
akan menghancurkanmu kelak!" geram Clark berucap dengan setengah berteriak.
"Apakah aku ada urusannya dengan
mereka? Yang bermasalah dengan diriku sekarang adalah kalian para Harianto,
Jadi, kita lihat. Akulah yang akan jatuh terlebih dahulu, atau Keluarga
Harianto yang bakal musnah."
Sambil mengucapkan kata-katanya,
Jackie beranjak dari tempat dirinya berada, melewati Clark dan tiba di hadapan
Alex dan Ciridy.
Seketika itu, pasangan kekasih
tersebut langsung bertelut di hadapan Jackie. Mereka sudah ketakutan setengah
mati. Sampai-sampai, keduanya gemetaran.
"J-ja-jackie, k-ka-kami minta
ampun...!" ciut Alex memohon.
Cindy pun memelas.
"Ja-jackie..., tolong... j-ja-jangan apa-apakan diriku dan Alex...!"
Pemuda jangkung yang berdiri di
hadapan mereka menatap keduanya nyaris tanpa ekspresi yang berarti.
"Kalian menghalangi
jalanku," cuek Jackie mengingatkan.
Segera itu, Alex dan Cindy bangkit
dengan gerakan ketakutan. Sebab, mereka tidak menyadari dua-duanya malah
menghalangi jalan yang akan Jackie lewati.
Usai Alex dan Cindy menyingkir,
Jackie melangkah pergi sementara orang yang melihat bagaimana dia menghentikan
Clark dengan begitu mudahnya memandangi ia dengan kagum dan kembali
berkasak-kusuk.
"Kamu dengar itu, nama dia
Jackie!"
"Jackie? Dari famili mana
dia?"
"Hebat sekali orang bernama
Jackie itu!"
"Jackie... dia mengalahkan Clark
Harianto..."
Menunggu Jackie menjauh dan tidak
menoleh lagi, Alex langsung berkata pada pacarnya. "Ayo cepat, bantu Paman
Ketiga... kita harus membawa dia ke rumah sakit!"
"Ba-baik, Alex!"
Berniat membantu, Alex dan Cindy yang
panik malah membuat kekacauan. Terutama, karena Cindy tidak sanggup memapah
apalagi menggendong Clark. Karena, tubuhnya sangat kekar. Sehingga, badan Clark
malah kembali terjatuh saat berusaha mereka angkat.
"Akkkhhh...! Apa yang kalian
lakukan? Tidak lihatkah kamu berdua kalau ada sendok menancap di perutku?"
omel Clark lemah.
"Maaf, Om, Maaf!" ucap Alex
segera.
"Om..., aku sepertinya tidak
sanggup memapah Om..!" Cindy menyerah.
"Sudah, sudah..., kalau kalian
tidak bisa..." 1
Menerima serangan Jackie yang
mengandung kekuatan spiritual tinggi, Clark tidak tahan lagi. Tahu-tahu saja,
tubuhnya terkulai lemas. la pingsan, sementara Alex dan Cindy semakin kalang
kabut dibuatnya.
"Paman Ketiga... Paman
Ketiga!"
"Om, sadar Om..!"
"Toloooong! Tolong
kami...!"
"Siapa saja, bantu kami membawa
bapak ini!"
Tidak ada pilihan lain. Pada
akhirnya, Alex dan Cindy mesti meminta bantuan orang yang berkerumun di luar
kafe untuk mengangkat tubuh Clark.
Melihat keduanya kerepotan,
orang-orang tersebut segera datang karena melihat kondisi Clark. Hari itu,
semua orang pun tahu. Clark Harianto yang disegani telah dikalahkan seorang
pemuda acak yang sama sekali tak terkenal bernama Jackie.
Sekira 1 jam kemudian di Rumah Sakit
Bunga Asih. Tampak Gerald yang menggunakan kursi roda datang. Seorang pelayan
pribadi mendorong tempat ia duduk, menyusuri sebuah lorong dari rumah sakit
tersebut.
Di depan sebuah kamar rawat inap, ia
melihat Dave Harianto ayahnya sedang berdiri dengan bersedekap. Ekspresi
wajahnya tampak muram.
"Papa..., ba-bagaimana kondisi
Om Clark?" tanya Gerald setelah dia berada di dekat sang ayah.
Gerald yang sedang menikmati tidur
siang terbangun oleh suara telepon. Kemudian ia mendengar suara panik Alex
dengan nada menyesal yang menyebutkan bahwa Clark dirawat di rumah sakit.
Yang lebih mengejutkan lagi, Alex
berkata padanya. "Paman Ketigamu kalah dalam sebuah pertarungan dengan
Jackie, hingga mengalami cedera berat. Sekarang ia mesti dirawat secara
intensif."
Terang saja Gerald percaya tidak
percaya. Pamannya itu sangat tangguh tapi Alex memberitahu bagaimana Jackie
berhasil mengalahkan Clark, la sendiri nyaris pingsan rasanya.
"Ini adalah sebuah kebodohan!
Sia-sia jadinya Clark sudah berlatih sekian lama. Sekarang dia tidak bisa lagi
menjadi Wakil Master di Sasana Bela Diri Gemintang," ucap Dave penuh
kegeraman.
Seketika itu, Gerlad terperangah.
"Me-memangnya... apa yang terjadi dengan Om Clark, Pa?" tanya dia
keheranan.
"Inti energinya telah
dinonaktifkan oleh Jackie menggunakan sebuah sendok! Berengsek memang anak
itu!" Dave berucap sembari menumbuk dinding yang berada di belakangnya.
Mulut Gerlad terbuka. Sebagai
kemenakan kesayangan, sudah pasti ia tahu benar sehebat apa pamannya. Tapi
sekarang dari ayahnya, dia mengetahui bahwa Jackie bukan sebatas mengalahkan.
Melainkan, membuat Clark tak mampu lagi menjadi pendekar.
"Semestinya, tiga tahun yang
lalu kita bunuh saja si Jackie itu! Sekarang, dia sudah keluar dari penjara dan
malah menjadi lebih kuat. Ini di luar perkaraan kita. Clark sudah mencapai ilmu
Tingkat Bumi. Tapi mendekat pada Jackie saja tidak bisa!" oceh Dave
mengomel.
Begitu mendengar ocehan ayahnya,
Gerald merasa kesal setengah mati. Sangking gusarnya, secara tidak sengaja ia
menghentakkan kedua tangan. Kepalannya mengenai ujung paha sehingga ia meringis
kesakitan.
"Akhhh... Gkkkhhh... sialan!
Mengapa sampah masyarakat itu bisa jadi seperti ini?! Aku pikir dia akan mati
karena disiksa di Bawah Sembilan. Tetapi, dia bisa keluar dari sana dan menjadi
hebat. Ini tidak masuk akal!" Gerald menggerutu.
Kondisi ia sendiri sekarang
menyedihkan. Totokan Jackie terhadap kedua kakinya ternyata menimbulkan cedera
seumur hidup. Ya, ia tidak dapat berdiri lagi dan fungsi seksual laki-Jakinya
tak dapat disembuhkan.
Ingin rasanya dia melakukan balas
dendam. Sayangnya, Clark yang ingin membalasnya juga malah dibuat tumbang oleh
Jackie.
"Tiga tahun dalam penjara...,
kini Jackie telah berubah menjadi monster...!" geram Gerald tertahan.
"Kita harus membalas apa yang
telah sampah itu lakukan terhadap keluarga kita..."
No comments: