BAB 59
Yanto yang ditugaskan sebagai bawahan
Jackie oleh Samuel tidak pernah sendirian. Dia mengapalai enam hingga delapan
orang anggota Geng Ular Berbisa yang berjaga-jaga di sana dan terbagi dalam
beberapa shift.
Kini, Yanto dan kawan-kawan berdiri
berhadap-hadapan dengan sekelompok tentara berpakain hitam dengan senjata
lengkap. Ada sebuah kendaraan taktis di belakang para anggota militer tersebut.
Jackie melihat, ada seseorang menunggu di dalamnya.
"Maaf, Pak. Anda tidak bisa
dengan sembarangan memasuki rumah ini, karena ketua kami tidak mengizinkan
orang asing untuk menjumpai pemiliknya," Yanto mencoba menghadapi
tentara-tentara itu dengan sabar.
"Hei, Bung! Kami ingatkan, kami
adalah anggota militer!" sahut salah seorang tentara.
"Ya, kami tahu, Pak. Tapi butuh
surat perintah khusus bagi polisi atau tentara untuk memasuki properti orang
lain."
"Bariyak macam sekali kamu. Kami
tidak membutuhkan surat apa-apa, tahu tidak!"
Yanto dan kawan-kawan mengerti.
Bisa-bisa mereka berada dalam kesulitan karena telah menghalau sekelompok
tentara untuk menjumpai Jackie.
Akan tetapi, mereka lebih takut jika
Samuel dan Rony yang menegur mereka karena tak mampu melindungi Jackie dengan
baik. Lagi pula, mereka tahu. Samuel pasti akan melindungi mereka.
"Begini saja, saya tidak mau
mencari ribut dan hanya menjalan tugas yang diberikan oleh ketua saya pada
kami," lagi, Yanto mencoba untuk melobi orang yang dirinya hadapi.
"Kami hanya ingin pemilik rumah
ini keluar dan menjumpai kami, tahu tidak, curut!" kasar tentara yang lain
berkata pada Yanto.
"Pak, bisa bukan, Bapak sebutkan
apa keperluan Bapak?" Yanto kembali bertanya. Dia mulai tampak emosi. Akan
tetapi, ia juga menyadari bahwa dia dan kawan-kawan sedang menghadapi para
tentara dengan persenjataan lengkap. Mereka tak bsia berbuat banyak.
"Atasan kami membutuhkan dia dan
ini adalah kebutuhan yang mendesak!" akhirnya pimpinan para tentara itu
mengungkapkan alasan mengapa dia dan para anak buahnya datang ke sana.
"Ya, tapi apa? Karena, saya
harus menyampaikan dengan jelas maksud kedatangan bapak-bapak pada ketua saya.
Kalau tidak, saya juga bisa terkena amukan beliau nanti!" bujuk Yanto
meski dadanya sudah membara.
"Banyak tanya kaul" balas
pemimpin para tentara itu.
"Bukan begitu, Pak, Bapak-bapak
sekalian datang dengan membawa senjata seperti ini. Jadi, saya juga mengkhawatirkan
keselamatan majikan saya, Pak!"
Trat-tat! Trat-tat!
Seketika itu Yanto dan kawan-kawan
terkejut. Para tentara tersebut menembakkan senjata otomatis mereka ke udara.
Pemimpin kelompok tentara itu berkata
lagi. "Bawa ketuamu kemari, atau kami akan menembak kepala kalian, paham,
kamu?!"
Kini Yanto dan teman-temannya menjadi
gamang. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga Jackie dari ancaman
apapun. Tapi yang mereka hadapi sekarang adalah orang-orang kemiliteran. Jika
mereka melakukan perlawanan, apa jadinya nanti?
"Ada apa ini, mengapa pagi-pagi
seperti ini aku sudah kedatangan orang-orang gila, di halaman rumahku?"
Akhirnya, Jackie yang sebelumnya
mengamati apa yang terjadi dari depan pintu rumah muncul. Melihat kelompok
bersenjata yang bahkan sempat menembakkan senjata-senjata mereka ke udara, dia
sama sekali tidak tampak gentar.
"Ketua !" sambut Yanto dan
teman-teman dengan merundukkan punggung. Mereka juga agak terkejut. Dengan
berani Jackie menyebut anggota militer Makara sebagai orang gila!
Saat itulah Yanto dan teman-temannya
sudah memastikan. Apabila pare tentara tersebut menajdi emosi karena kata-kata
ketua mereka, terpaksa.
Mereka juga akan melakukan perlawanan
untuk membantu Jackie. Urusan dengan hukum akan mereka serahkan pada Samuel.
Cklak ckrek!
Tentara-tentara itu kontan
mengarahkan senjata mereka pada Jackie, Namun terlihat, Jackie menghadapi
ancaman di depan matanya dengan dingin,
"Perkenalkan, aku adalah Kapten
Hugo," pemimpin pasukan itu berucap. "Apa benar dirimulah yang
bernama Jackie?"
"Ya, betul. Saya adalah Jackie.
Bapak ingin bertemu dengan saya? Mengapa Bapak begitu arogan sekali. Berniat
menjumpai saya saja sampai membawa anak buah diperlengkapi senjata seperti
ini," sahut Jackie sembari mengejek.
"Hooo! Rupanya rumor tentang
dirimu itu memang seperti yang dikatakan orang-orang. Kamu itu sok sekali, bahkan
sudah berhadapan dengan kami, Tentara Nasional Makara saja kau masih
menunjukkan keangkuhanmu. Apakah kau tahu apa konsekuensinya?" balas Hugo.
"Memangnya kenapa? Bapak
berharap saya takut dan tercengar-cengir sambil menghormati Bapak, begitu?
Bapaklah yang kurang ajar! Bapak aparat tapi mengancam dan menembakkan senjata
Bapak di perumahan sipil seperti ini," kalem Jackie menanggapi.
"Tahukah kamu kau bisa mati
karena menantang kami, Bung?" Hugo menebar ancaman.
"Bapak mampu melakukannya? Saya
ingatkan saja. Kalau saya mau, saya bisa mencabut nyawa Bapak dan
bawahan-bawahan Bapak sejak tadi."
Bumt Hugo bahkan Yanto juga
kawan-kawannya tercengang. Yanto dan para Ular Berbisanya yang berdiri di
belakang Jackie menatap 'sang ketua' dengan terkagum-kagum. Bahkan di bawah
ancaman senjata laras panjang saja, Jackie dengan berani menantang para
tentaral
Kemungkinan, hanya Jackie
satu-satunya orang yang bisa dengan berani berkata seperti itu pada anggota
Tentara Nasional Makara.
Bahkan orang seperti Samuel yang
mengenal banyak petinggi militer saja tidak pernah menantang orang-orang dari
tentara nasional. Tetapi berbeda dengan Jackie. Tanpa tedeng aling-aling, ia
malah mengancam Hugo. Entah akan seperti apa situasi ini berakhir.
Merasa kalah gretak oleh Jackie, Hugo
mulai berang. "Berani sekali kau berkata seperti dėmikian pada kami, anak
muda! Sudahlah. Tidak perlu lagi ktia banyak cakap. Kami akan membawamu
sekarang juga. Letnan, ringkus dial"
Seorang tentara maju ke hadapan
Jackie. Dia membawa borgol pada tangannya. Jackie terlihat tenang-tenang saja.
Si letnan pun bersiap untuk meraih tangan Jackie. Akan tetapi
Set!
Bluk!
"Ugh!"
"Apa?!"
Serta-merta Hugo tercengang. Dengan
mata kepalanya sendiri la melihat bagaimana salah satu anggotanya yang berbadan
besar lagi tegap tahu-tahu saja terbanting ke tanah halaman rumah Jackie dalam
sekali gerakan saja!
Sektika itu, Yanto dan yang lain juga
dibuat menahan napas. Mereka merasa senang sekaligus tegang. Karena, Jackie
berhasil membuktikan bahwa dia memang bukan orang yang dapat takluk begitu
saja.
"Sudah ku bilang, tidak usah
kalian macam-macam. Ini belum seberapa. Aku bisa membuat kalian semua merebah
di tanah lebih cepat dari kawan kalian ini," ujar Jackie.
Saat itulah mata Jackie kembali
memancarkan aura haus darahnya. Bahkan Hugo sendiri sempat terkaget-kaget
dibuatnya. la mulai berhati-hati. Orang yang mereka hadapi ternyata memang
bukan orang sembarangan.
Karena apa yang dilakukan oleh Jackie,
tentara-tentara itu semakin menodongkan senjata mereka pada lawan yang masih
kelihatan santai-santai saja.
Mata Jackie menyorot tajam seolah tak
berkedip. la bak tak mempedulikan ada sekian moncong senjata telah diarahkan
pada kepalanya.
"Percuma saja. Aku akan
melumpuhkan kalian sebelum kalian menarik pelatuk-pelatuk itu."
Mencemaskan memang. Yanto juga
teman-temannya dibuat takjub oleh ketegaran Jackie. Tetapi memang, mereka sudah
mengetahui. Samuel sudah pernah mengingatkan mereka. Di luar penampilanya yang
manis, Jackie bukan orang biasa.
"Nak, dengar. Aku diperintahkan
Wakil Komandan Tentara Nasional Makara yaitu Pak Sukarman untuk membawamu
menemui beliau. Kami meminta kerjasamamu, atau..."
No comments: