Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 61

  

BAB 61

 

Para anggota Geng Ular Berbisa di bawah pimpinan Yanto hanya bisa memandang ke arah Jackie yang telah menghilang di balik pintu rumahnya.

 

Orang-orang yang menemani Yanto itu bisa dikatakan merupakan orang-orang terkuat di Geng Ular Berbisa. Pada saat Samuel menitahkan mereka untuk menjaga Jackie sekeluarga, para Ular Berbisa itu terbingung-bingung. Mengapa mereka harus menjadi pengawal pribadi Jackie?

 

Tapi baru saja, mereka melihat seperti apa nyali, juga kemampuan Jackie. Sekarang mereka paham. Orang sekelas Samuel Wanarto saja sepertinya takluk pada sang dokter hingga menyebut Jackie sebagai: 'ketua'.

 

"Tuan Dewa itu sudah gila...!"

 

"Dia berani mengancam anggota Tentara Nasional Makara, bukan main!"

 

"Seandaikan aku bisa seperti Tuan Muda Jackie..."

 

"Sekarang kalian mengerti bukan kenapa dia harus kita lindungi mati-matian?" pungkas Yanto. Bawahannya langsung menyahut.

 

"Adalah kehormatan bagi kami bisa mengabdi pada Sang Dewa Muda!"

 

Sesudah masuk ke dalam rumah, Jackie dapat melihat kedua orang tua dan adiknya tengah duduk di ruang tengah dengan ekspresi wajah menegang.

 

Mengetahui Hendra, Anita dan Sherina tampak risau menanti dirinya, Jackie segera berusaha menenangkan mereka. "Semuanya sudah berakhir dengan baik-baik saja," katanya dengan mengangkat bahu singkat.

 

"Aku sempat mendengar suara tembakan beberapa kali tadi, Jackie. Mengapa mereka sampai meletuskan senjata?" tanya Hendra.

 

Karena ayahnya yang bertanya, Jackie tersenyum lebar. "Ah, biasa itu, Ayah. Mereka hanya memberi peringatan karena terjadi kesalahpahaman kecil," santai Jackie menjawab agar ayahnya bisa merasa tenang.

 

"Apa benar mereka itu tentara, Kak? Kenapa mereka sampai datang kemari untuk mencarimu?" tanya Sherina pensaran.

 

"Jadi, atasan mereka sedang sakit. Mereka ingin aku membantu menyembuhkan komandannya itu. Tapi, cara mereka memohon sangat arogan. Sehingga, aku memberi sedikit pelajaran pada mereka," papar Jackie.

 

"Memangnya, apa yang Kakak lakukan terhadap mereka?" Sherina kembali bertanya.

 

"Ya aku hanya... menunjukkan bahwa mereka tidak bisa memaksa seseorang sembarangan," santai Jackie menyahut.

 

"Tapi bukankah dengan mengobati atasan mereka adalah kesempatan bagi Kak Jackie untuk mencari nama?" komentar Sherina.

 

"Jackie, bukankah berbicara baik-baik dengan mereka akan mendatangkan keuntungan buatmu?" Hendra mengemukakan pendapatnya.

 

"lya, sayang apabila para tentara itu malah menganggapmu tidak mau bekerjasama," tambah Anita.

 

"Ayah, Ibu, Sherina, tenang saja. Aku sudah memberi resep pada mereka. Yang sedang sakit itu adalah Wakil Panglima Tentara Nasional Makara."

 

Ketika Jackie memberitahu siapa orang yang berharap diobati oleh dia, jelas saja ayah, ibu dan adiknya terkesiap. Mereka sama sekali tidak menyangka. Orang yang Jackie maksud bukanlah pimpinan tentara biasa. Jackie lanjut menjelaskan.

 

"Aku tidak peduli sekalipun panglimanya yang datang kemari. Yang pasti, mereka harus bersikap baik. Jika tidak, maat. Terpaksa, akan aku usir juga mereka."

 

Hendra saling berpandangan dengan istri dan anak perempuannya. Tiga tahun sudah mereka terpisah dari Jackie. Mereka tidak menyangka. Sekarang, kepribadian Jackie banyak berubah.

 

Sebelum masuk ke Bawah Sembilan, Jackie memiliki pembawaan yang rendah hati dan tidak pernah mencari masalah, letapi kini, ia sangat percaya diri dan tegas. Meski demiklan, ia jadi terlihat penuh wibawa.

 

Tok, tok, tok!

 

"Selamat siang, permisi...!"

 

Terdengar suara orang menyapa dari pintu rumah mewah milik Jackie dan keluarganya tersebut. Kemudian, pintu itu terbuka. Yanto masuk kemudian bersuara.

 

"Ketua, ada tamu yang ingin menjumpaimul

 

Mengetahui ada orang yang mengunjungi mereka, Jackie berserta keluarganya beranjak ke ruang tamu untuk menyambut.

 

"Samuel!" sapa Jackie pada saat melihat orang yang pertama kali muncul adalah sobatnya.

 

"Ketua, aku membawa serta orang-orang yang ingin bertatap muka dengan Sang Dewa Muda!" Samuel berucap ceria:

 

"Salam hormat kami, Dewa Muda!"

 

Melihat tamu mereka, Hendra, Anita dan Sherina tercengang. Tatkala, ketiganya melihat ada seorang pria setengah baya bersama gadis cantik melangkah melwati ambang pintu dengan membawa banyak hadiah. Lagi, sikap mereka menunjukkan penuh hormat.

 

Padahal baru saja, Jackie mesti menghadapi orang-orang arogan yang memaksa dia untuk menyembuhkan atasannya hingga menembakkan senjata pula.

 

Sedangkan Hendra memperhatikan lelaki berdegap yang memberi salam pada anaknya. Tak terkendali, ia pun bersuars. "Ap-apakah Anda... Jenderal Arthur Wijaya?"

 

Yang ditanya langsung tersenyum penuh wibawa. Sebab, salah satu anggota keluarga orang yang ia hormati menganali dia.

 

"Betul sekali, Pak. Apakah Anda ayahnya Dewa Muda?" Arthur mengakui dan bertanya balik.

 

"Y-ya, betul sekali. Nama saya Hendra. Ini istri saya Anita, anak perempuan saya Sherina dan... ini Jackie, anak sulung saya, yang Anda sebut Dewa Muda," sambut Hendra segera.

 

Tentunya, Arthur yang pernah menjadi panglima tertinggi Tentara Nasional Makara sangat dikenal di Kota Bunga ini. Di sana, ada tiga keluarga besar yang sangat berpengaruh dan dihormati. Yaitu: Keluarga Harianto, Keluarga Juwana dan Keluarga Wijaya.

 

Keluarga Wijaya merupakan warga asli di Kota Bunga. Andri, ayah dari Arthur adalah seorang pengusaha dan pernah menjabat sebagai walikota di kota mereka. Kemudian, anaknya menjadi perwira tentara nasional.

 

Prestasi Arthur sebagai seorang perwira melejit setelah dia sempat menjadi komandan di daerah konflik dan memberantas kelompok pengganggu stabilitas di Makara. Apalagi, ia berhasil meraih semuanya tanpa mengandalkan kenalan. Sampai akhirnya, Arthur mencapai pangkat tertinggi.

 

Setelah memasuki masa pensiun, dia memanfaatkan koneksi-koneksinya hingga membuat Keluarga Wijaya menjadi kaya raya dan disegani melalui bisnis farmasi. Pencapaian Arthur sudah menjadi rahasia umum bahkan melegenda di Kota Bunga.

 

"Sebuah kehormatan bagiku bisa datang kemari dan bukan hanya berjumpa dengan Dewa Muda, melainkan juga, keluarganya," ucap Arthur.

 

Sikap yang ditunjukkan oleh Arthur membuat Hendra juga istri dan anak perempuannya terpukau, Salah satu tokoh nomor wahid di Kota Bunga begitu hormat pada anaknya dan mereka semua.

 

"Ini semua karena... Jackie...?" begitu pikir Hendra. Terutama, karena Arthur juga menyebut anak laki-lakinya dengan julukannya yang agung itu.

 

"Ah, maaf. Tidak sopan sekali aku datang tiba-tiba dan tidak menjelaskan apa alasannya. Oh, iya. Sebelum melanjutkan, di mana saya bisa menyimpan oleh-oleh yang kami bawa ini?" Arthur kembali berujar.

 

"Ketua, izinkan aku menyimpan cendera mata dari Pak Jenderal untuk kalian ini di ruang tengah. Bagaimana, Pak Hendra, Bu Anita, Sherina?" Samuel berinsiatif untuk membantu kenalan baiknya.

 

"Oh, ya, ya, Pak Wanarto, silahkan," jawab Anita.

 

Membantu Samuel membawa hadiah dari Keluarga Wijaya untuk mereka, Anita dan Sherina bisa melihat, Arthur membawakan mereka kue-kue, buah-buahan bahkan mereka sempat tidak percaya. Ada kotak perhiasan juga wadah berisi pakaian. Apa benar itu untuk mereka semua?

 

Sekarang, Arthur dan cucunya telah duduk bersama dengan Jackie dan keluarga. Kepala Keluarga Wijaya tersebut mulai menyampaikan alasan mengapa dia datang ke sana.

 

"Beberapa waku terakhir ini, aku menderita sakit hingga sudah tak tertolong lagi. Sekarang, aku ingin berterima kasih pada Sang Dewa Muda. Karena, Nak Jackie telah menyelamatkan nyawaku menggunakan obat hasil olahan tangannya sendiri," tutur Arthur. Dia terus berkata-kata.

 

"Sebagai kepala keluargaku, aku juga ingin menyampaikan, bahwa, Keluarga Wijaya siap melakukan apa saja untuk membantu Dewa Muda kami dan keluarganya."

 

Bab Lengkap

Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 61 Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 61 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 04, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.