BAB 62
"Terima kasih, Pak Arthur,"
sambut Jackie setelah Arthur mengutarakan bahwa keluarganya siap untuk membantu
Jackie.
Pernyataan Arthur tersebut membuat
keluarga Jackie lega mendengarnya. Bagaimana tidak? Beberapa saat yang lalu,
Jackie baru saja menolak permintaan tolong dari pihak militer untuk mengobati
Sukarman.
Tetapi kini, salah satu keluarga
besar dari Kota Bunga yang memiliki latar belakang kuat di bidang farmasi malah
dengan suka rela menyatakan mau membantu Jackie.
Kemudian Sang Dewa Muda berkata lagi.
"Maaf Pak Arthur. Saya ingin bertanya, semoga apa yang ingin aku ketahui
ini tidak menyinggung Anda."
Arthur mengangkat alis tipis, lalu
berucap, "Bertanya apa, Dewa Muda? Kau telah menyelamatkan nyawaku. Aku
pikir, takkan ada perkataan Anda yang bakal membuatku menjadi sensitif
mendengarnya."
"Pak, aku hanya mendengar,
bisnis farmasi keluarga Anda beluni mengalami perkembangan yang signifikan
selama beberapa tahun ini. Aku ingin tahu, apa penyebabnya?" tanya Jackie
sopan.
Pernyataan Jackie tersebut membuat
Arthur mengambil napas. Senyum tipis terukir pada bibirnya. la menjawab,
"Ternyata, kamu adalah seorang pemerhati juga."
"Bukannya saya usil, Pak. Hanya
saja... saya mendengar selentingan ini beberapa kali."
Sebetulnya, Jackie mendengar kabar
burung tersebut pada saat dia mendekam di Bawah Sembilan. Salah satu orang yang
membersitkan kabar tersebut adalah Samuel yang kini hanya berdiam diri.
"Kamu benar, Dewa Muda. Aku
mengakuinya," kata Arthur. "Ada beberapa alasan mengapa hal tersebut
terjadi."
"Ada apa memangnya? Kalau aku
boleh tau," Jackie menanggapi.
"Intinya, ada tiga yang
menyebabkan perkembangan industri farmasi kami belum berkembang. Pertama:
beberapa tahun yang lalu aku jor-joran dalam berinvestasi, dengan harapan bisa
mendapat proyek jalur persediaan obat-obatan dari pihak militer. Akan tetetapi
gagal."
Tentu saja apa yang dipaparkan Arthur
membuat Jackie dan Samuel agak terkejut. Pemimpin Keluarga Wijaya itu sangat
terkenal sebagai tokoh berpengaruh di dunia militer negara mereka. Namun,
bisa-bisanya Arthur menemui kegagalan.
"Yang kedua. Kami telah bersaing
lama dengan Keluarga Harianto yang juga merupakan pemain lama di bidang serupa
Sebuah persaingan yang percuma, karena kami sama-sama mengalami kerugian
besar," jelas Arthur lagi. Dia melanjutkan.
"Terakhir, ini merupakan faktor
yang cukup krusial. Perusahaan kami belum dapat melakukan terobosan guna menghasilkan
obat-obatan paten yang baru dan untuk bisa menghasilkannya, kami memerlukan
modal yang cukup tinggi, Nak Jackie. Itulah semua alasannya."
Selama ini, orang-orang di Kota Bunga
sangat menaruh hormat pada seorang Arthur Wijaya. Tapi barusan saja, ia
mengakui bagaimana keluarganya juga ternyata harus berjuang demi terus
memepertahankan usaha farmasi sang jenderal.
Pengakuan Arthur membuat keluarga
Jackie juga Samuel menatap penuh simpati pada dia. Tentu saja, bisnis bidang
farmasi sangat menguntungkan. Siapa juga yang tidak membutuhkannya? Namun
ternyata, usaha obat-obatan tidak semudah yang orang kira.
"Sekarang, selain menjalankan
bisnis kami, putraku juga mulai melirik bidang lain yaitu menjadi supplier
alat-alat medis. Semoga bisa membuka jalan baru bagi kami," kata Arthur
lagi optimis.
"Pak Arthur, aku bisa memberikan
sebuah resep untuk Keluarga Wijaya. Aku berani menjamin, keluarga Anda dapat
menghasilkan banyak keuntungan lewat obat ini," kata Jackie menanggapi
perkataan Arthur.
Terang saja, sang jenderal dibuat
terkejut. Selain dia, cucunya yang cantik jelita juga langsung menatap Jackie
dengan kagum sekaligus keheranan.
Baru kemarin lusa, Arthur yang
menderita penyakit kronis disembuhkan oleh satu butir obat hasil olahan tangan
Jackie. Sekarang, Si Dewa Muda malah berniat untuk membantu usaha yang mereka
bangun selama ini.
Sudah dapat dipastikan, tidak ada
keraguan dalam diri Arthur terhadap Jackie, la telah membuktikannya sendiri.
Meskipun begitu, ia bertanya.
"Resep obat seperti apa yang
akan kamu berikan bagi kami, Jackie?"
"Sebelum aku memberitahukannya
pada Bapak, ada syarat yang ingin aku ajukan," ucap Jackie mantap.
"Apa itu?"
"Pertama, keluarga Bapak harus
menendang Keluarga Harianto keluar dari bisnis farmasi... dalam dua hari."
Samuel sudah ingin tersenyum ketika
Jackie mulai memaparkan syarat yang harus Arthur tempuh guna memajukan usaha
farmasi Keluarga Wijaya.
Bagi Samuel, 'ketua'-nya mulai
bertindak selayaknya orang-orang besar Makara. Jackie tidak segan-segan untuk
memulai peperangan demi membesut sumber penghasilan satu dari tiga keluarga
besar di Kota Bunga tersebut. Sedangkan Jackie melanjutkan.
"Kedua..., mohon maaf bila aku
membahas hal ini dimuka. Aku ingin pembagian profit lima puluh persen dari
resepku ini. Semoga Pak Arthur berkenan."
Ekspresi wajah Arthur menjadi cerah.
Sorot matanya terlihat berbinar karena penuh semangat. Bagi seorang pebisnis
kelas kakup seperti dia, penawaran dari Jackie bukanlah sesuatu yang
menyulitkan baginya.
"Soal berbagi keuntungan,
bagiku... pengajuanmu sama sekali tidak masalah. Sedangkan Keluarga Harianto...
tentu saja bisa melampaui mereka merupakan salah satu yang menjadi targetku
selama ini. Namun dalam dua hari itu agak tidak mungkin."
Sekarang ada sedikit perasaan risau
membayang pada raut wajah Arthur. Sebaliknya, Jackie yang bergaya kalem tampak
tenang-tenang saja. Dia berkata lagi.
"Obat tersebut bisa diracik
dalam dua hari saja. Sebab, bahan-bahannya sangat umum untuk bisa diperoleh.
Hanya saja, ada beberapa prosesnya yang harus dilakukan secara manual."
"Jika pembuatannya mudah saja,
apakah khasiatnya juga menjanjikan?" tanya Arthur penasaran.
"Satu obat untuk beberapa
masalah sekaligus, Pak. Mulai dari menyembuhkan demam, mual karena asam lambung,
juga gangguan pencernaan lain. Termasuk membangkitkan nafsu makan, sekaligus
meningkatkan imun tubuh."
Sekarang Elvilah yang tercengang pada
saat Jackie menyebutkan resep obat macam apa yang dirinya miliki. Betul-betul
satu obat untuk berbagai keluhan!
"Jika pasien menderita gangguan
pencernaan atau demam yang diakibatkan bakteri maupun virus, mereka perlu
mengonsumsinya sehari tiga kali dan akan sembuh total. Tapi jika hanya untuk
meningkatkan kondisi tubuh, sekali minum saja cukup," papar Jackie.
Semakinlah Jackie membuat Elvi
terpukau. Arthur yang telah berkecimpung di dunia medis sekian puluh tahun
lamanya pun tampak bergairah mendengar resep racikan Jackie tersebut.
Meski begitu, Arthur tidak terlalu
memikirkannya. Yang ada di kepala dia saat ini adalah bagaimana khasiat obat
itu akan menggeser peran beberapa jenis obat sekaligus. Pastinya, Keluarga
Harianto bakal dibuat kelabakan.
"Aku suka mendengar obat ajaib
ini," komentar Arthur bersemangat sekaligus jenaka. Samuel tidak bisa lagi
menahan senyum.
"Dampaknya tidak seajaib yang
Pak Arthur minum tentu saja. Resep ini hanya untuk keluhan-keluhan standar,
bukan untuk kondisi kronis. Tetapi tentunya, bisa mendukung mereka yang
mengalami penyakit lanjutan," Jackie menerangkan.
"Tetap saja. Menurutku, obat ini
juga sudah sangat berguna. Orang-orang perlu mempersiapkan satu obat saja di
rumah, guna menghadapi beberapa keluhan sekaligus!" puji Arthur.
"Ya, betui seperti itu, Pak
Arthur."
"Kalau begitu, mari kita mulai
rencana ini. Maaf Jackie. Bukarnya aku ingin memaksamu membuatnya dengan
terburu-buru. Tapi..."
"Aku memang bisa membuatnya
dengan cepat, Pak. Tapi kalau boleh, aku ingin meminta pertolonganmu
juga."
"Astaga, Dewa Mudal Sebutkan
saja! Bukankah aku sudah bilang aku akan dengan suka rela mau membantumu dan
keluargamu tadi?!"
No comments: