Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 68

BAB 68

 

Jackie memulai pengobatannya terhadap Sukarman. Pertama. la mengusapkan minyak oles di sekitar titik meridian Sukarman yang akan dirinya obati.

 

Setelah itu, ia mulai menancapkan dua belas jarum di sana. Pada saat Jackie akan menempelkan satu jarum terakhir pada tubuh Sukarman, ia memegang jarum tersebut di depan dahinya.

 

"Teknik Dewa Pemulih Raga, Tiga Belas Jarum Kehidupan: Pendobrak Titik Beku," ucap Jackie dalam hati. Lantas, ia pun menancapkan jarum terakhirnya pada kulit Sukarman.

 

Seketika itu, Sukarman merasakan tubuhnya seperti disengat aliran listrik. "Hnnngggkh..!" ia menggeram tertahan.

 

Untuk sejenak, semua yang ada di situ memperhatikan bagaimana tubuh Sukarman menegang. Entah apa yang dirinya rasakan. Gigi-giginya terkatup rapat. Matanya tertutup.

 

Elvi yang menyaksikan semuanya tampak tenang-tenang saja. Dia menoleh pada Jackie yang hanya memperhatikan apa yang terjadi dengan wakil kepala komandan militer Makara tersebut dengan ekspresi datar.

 

Lambat laun, tubuh Sukarman menjadi normal. la sendiri tampak terheran-heran. Sebelumnya, ia merasa badannya begitu lemas dan dingin. Tetapi sekarang dia merasa baik-baik saja.

 

Berdiri di dekat pasiennya, Jackie memperhatikan Sukarman hingga pejabat kemiliteran itu menoleh pada dia.

 

"Dokter.., aku..."

 

"Anda sudah sembuh," Jackie menyerobot perkataan Sukarman, lalu dia mencabut seluruh jarum akupunktur yang melekat di badan Sukarman. Setelahnya, ia beranjak untuk membereskan alat-alat medisnya.

 

"S-se-sebegitu saja, Dokter?" tanya Sukarman, la masih terbaring seolah tak berani menggerakkan tubuh.

 

Padahal sebetulnya, Sukarman telah merasa bahwa ia baik-baik saja. Badannya masih terasa lemas memang. Sebab beberapa hari ini, dia makan sedikit saja karena tidak nafsu. Tapi sekarang, rasa lapar menyergap dirinya.

 

"Jangan lupa Bapak minum pil Bapak itu," Jackie mengingatkan seperti tidak ada apa-apa yang terjadi di sana.

 

Jika sebelumnya tubuh dia terasa berat untuk digerakkan dan ia tidak mampu berdiri di atas kedua kakinya, sekarang karena sudah merasa jauh lebih baik, Sukarman bangkit dengan sendirinya.

 

"Komandan..." Hugo berkata khawatir dan bermaksud membantu Sukarman. Akan tetapi atasannya menyergah.

 

"Tidak apa-apa, Hugo. Aku bisa bangun sendiri."

 

Melihat Sukarman sudah kembali segar, bibir Jackie membentuk senyum tipis yang tak kentara. Elvi yang kembali duduk di sebelah Arthur menatap dia dengan penuh keterpukauan, Sang kakek tersenyum bangga ke arah Jackie

 

Sukarman menenggak pil yang diberikan Jackie. Sekian hari badannya bagai terkubur dan serasa hanya memiliki kepala, air putih biasa saja terasa menyegarkan bagi dia.

 

Seperti teringat akan sesuatu, Sukarman menatap pada Jackie. Akan tetapi, Jackie sama sekali tak memperhatikan dirinya.

 

"Dokter..., apakah teknik yang barusan kau praktikkan padaku adalah yang disebut dengan Tiga Belas Jarum Kehidupan?" tanya Sukarman sekonyong-konyong.

 

Dari tempat dirinya berada, Jackie menoleh kalem saja pada Sukarman. "Dari mana Anda bisa mengetahui apa yang aku apliaksikan tadi adalah teknik akupunktur Tiga Belas Jarum Kehidupan?" tanya dia.

 

"Do-dokter Farhan pernah menceritakan mengenai itu padaku, Sukarman menjawab takut-takut. Sebab, ia khawatir teknik akupunktur yang dikuasai oleh Jackie itu merupakan sebuah rahasia atau sesuatu yang sakral.

 

Mulanya, Sukarman memang mengetahui mengenai kisah teknik penyembuhan tusuk jarum itu dari Farhan. Lalu tadi, Sukarman memperhatikan bagaimana Jackie menanganinya.

 

Diam-diam, ia menghitung ada berapa jarum akupuntur yang ditancapkan Jackie pada badannya. Ternyata, ada tiga belas.

 

Sewaktu ia meminum pil hasil olahan dokter penyembuhnya, tiba-tiba saja Sukarman teringat akan cerita Farhan tentang teknik akupunktur legendaris itu.

 

"Ternyata Dokter Farhan tidak sedungu itu," komentar Jackie tenang. Apa yang ia ucapkan membuat Arthur, Elvi dan Samuel terkekeh-kekeh tertahan.

 

Sekarang Sukarman seolah ingin menyembah Jackie. Karena menurutnya, pemuda yang memulihkan kondisinya itu benar-benar seorang dewa penyembuh.

 

Farhan pernah menuturkan pada Sukarman, bahwa di Makara ada sebuah kitab ilmu medis berbasis akupunktur legandris bernama Tiga Belas Jarum Kehidupan.

 

Menurut Farhan, ilmu pengobatan tersebut bisa menyembuhkan seorang pasien yang sakit parah sekalipun. Malahan selama pasien masih bisa bernapas, Tiga Belas Jarum Kehidupan dapat 'menghidupkannya' kembali.

 

"Kata Dokter Farhan..., entah di mana kitab ilmu medis itu berada sekarang. Aku sama sekali tak menyangka. Pemuda berusia dua puluhan seperti Jack-, bukan.., Dewa Muda bisa menguasainya!" kagum Sukarman dalam hati.

 

Kini Sukarman tahu. Mengapa Jackie terlihat tenang dan mampu membuat orang bak harus menyembah-nyembah pada dia agar bisa disembuhkan.

 

"Ternyata, dia memang layak untuk mengklaim julukannya itu. Dewa Muda... Si Dewa Penyembuh dari Bawah Sembilan!" Sukarman masih terpukau terhadap sosok Jackie.

 

Selain itu, Sukarman juga merasa beruntung bisa mengenal Jackie, la merasa yakin, Jackie akan menjadi seseorang yang besar kelak. Sebagai orang kemiliteran, dia tentunya membutuhkan kenalan seperti sosok Sang Dewa Muda

 

"Tetapi menurutku, Dokter Farhan hanya membesar-besarkannya. Lagi pula, Tiga Belas Jarum kehidupan hanya salah satu dari metode yang aku gunakan. Aku masih memiliki cara-cara lain untuk mengobati orang," ujar Jackie.

 

Sebetulnya, Jackie hanya bermaksud untuk merendah. Tetapi, Sukarman malah dibuat tercengang. Dia mulai berpikir: sehebat apa Jackie sebenarnya?!

 

"Me-memangnya... apakah kau memiliki metode yang lebih hebat dari pada Tiga Belas Jarum Kehidupan?" kaget Sukarman bertanya.

 

"Mungkin Pak Arthur bisa memberitahu Anda, cuek Jackie menyahut. Dia kembali duduk pada sofa tunggal tempat ia berada sebelumnya dengan memangku kaki.

 

Sontak, Sukarman menoleh pada Arthur. la sudah mengetahui seperti apa sakit yang Arthur derita. Sehingga beberapa waktu terakhir, wakil komandan angkatan bersenjata Makara tersebut selalu mengok mantan atasannya.

 

"Kapten, pengobatan seperti apa yang Anda tempuh sehingga Anda bisa pulih sempurna seperti sekarang?"

 

Dengan polosnya, Sukarman bertanya penasaran pada Arthur. Raut wajah Arthur sempat meredup sejenak. Setengah hatinya enggan memberitahukan pada Sukarman dengan cara apa Jackie telah menyelamatkan nyawanya.

 

Akan tetapi, Arthur mengingat bagaimana dia telah menjalin kerja sama dengan angkatan perang Makara karena Sukarman. Jadi menurut dia, tidak ada salahnya apabila dirinya mengungkap yang Jackie lakukan terhadap dia agar la dapat sembuh.

 

"Aku hanya meminum sebutir obat hasil olahan Dokter Dewa, singkat Arthur menjawab. Seolah, dia juga ingin membuat Sukarman terkaget-kaget.

 

Sangking terkejutnya, mulut Sukarman ternganga. Dia langsung menatap ke arah Jackie layaknya meminta penejelasan. Namun, orang yang disebut Arthur sebagai 'dewa penyembuh' tersebut tetap tenang dan tidak bereaksi sama sekali.

 

Sukarman masih percaya tidak percaya. Dia tahu benar. Arthur mengidap penyakit yang sangat kronis, jauh melampaui luka dalam yang dirinya derita. Tapi baru saja, mantan komandannya mengatakan: dia hanya mengonsumsi satu butir obat.

 

Menurut dia, tidak mungkin kaptennya kongkalingkong dengan si dokter untuk mengadalinya. Dia semakin yakin, kemampuan Jackie sebagai dokter benar-benar sudah berada pada tingkat dewa. Hingga, tak bisa lagi dipahami dengan nalar.

 

"Apakah obat seperti itu masih ada, Dokter?" Sukarman yang terpukau bertanya pada Jackie.

 

"Akan segera aku edarkan. Tinggal menentukan harga, lalu aku akan menjualnya."

 

"Aku pesan satu! Supaya, aku dapat menggunakannya di saat-saat genting!" sambut Sukarman langsung.

 

Tulalit-tulalit..!

 

Tiba-tiba ponsel Sukarman berdering. la pun meraih, kemudian memandang layar alat komunikasinya. Sontak, raut cerahnya berubah menjadi merengut.

 

Bab Lengkap

Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 68 Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 68 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 09, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.