BAB 71
Saat Darma mendengar kabar bahwa
Sukarman sedang sakit dan dikabarkan telah pulih sempurna begitu cepat, dalam
kepalanya dia memikirkan sesuatu. Apalagi kalau bukan tentang siapa orang yang
menyembuhkannya.
Sekarang, apa yang terlintas dalam
pikiran Darma juga menyala dalam kepala Xander. Seolah-olah, ia langsung tahu
bahwa orang yang menyembuhkan Sukarman tidak lain dan tidak bukan...
"Jackie ?l" tanya Xander
pada opanya dengan geram.
"Aku belum bisa menerima
kenyataan tersebut, Cucuku, tapi ada kemungkinan, ya. Dokter kampungan
tersebutlah pelakunya," sambut Darma dengan mimik tak menyenangkan.
"Ini hanya pertanyaan asalku,
Kek. Jika memang Jackie dibalik semua ini.. apa kapabilitas dia hingga bisa
mengubah perjanjian bisnis kita dengan pihak militer?" tanya Xander. Belum
apa-apa, ia sudah merasa berang terhadap sosok yang tengah dekat dengan Vanessa
Halim itu.
"Itu dia. Entah apa yang ia
lakukan. Sukarman hanya bilang mantan atasannya masuk menggantikan kita sebagai
pemasok obat-obatan bagi angkatan bersenjata Maraka. Mungkin memang si mantan
napi sudah mempermainkan pikiran banyak orang!"
Sekarang Xander benar-benar menaruh
dendam kesumat terhadap Jackie. Pertama, mantan napi Penjara Bawah Sembilan
tersebut telah merebut perhatian gadis yang mencuri hatinya.
Kedua, entah bagaimana, nama Jackie
diduga keras sebagai akibat dari gugurnya perjanjian bisnis antara Keluarga
Rilley dengan pihak militer.
"Jackie, berani-beraninya kamu
dia sudah melangkah terlalu jauh, benar-benar cari mati orang itu!" sewot
Xander penuh emosi.
Melihat kakak seperguruannya, Stella
yang menaruh hati bertanya, "Kakak, siapa sebenarnya orang yang kamu dan
Tetua bicarakan?"
Xander menoleh pada Stella, lalu
berucap, "Itu cuma seorang mantan napi yang baru saja menghirup udara kebebasan.
Kemudian, entah bagaimana ia memiliki ilmu medis yang tak seberapa tapi dengan
berani mengacaukan kehidupan banyak orang!"
"Bagaimana bisa dia bertindak
demikian?" tanya Stella ikut panas hati.
"Stella, aku sangat ingin
menemanimu di Kota Kembang. Tetapi tampaknya, ada urusan yang harus aku
selesaikan. Karena rupanya, orang bernama Jackie itu minta dilenyapkan untuk
selama-lamanya," kata Xander gusar.
Terdiam sejurus karena melihat kakak
sepergurannya yang ia kasihi kelihatan begitu menyala-nyala, Stella enggan
membiarkannya.
"Kak, aku ada di sini bersamamu.
Sebagai adik seperguruanmu, kau bersedia membantumu." 2
"Aku pastikan, esok adalah hari
kematian anak itu. Dia tidak bisa dibiarkan berkeliaran lebih lama lagil pasti
Xander seolah tidak menggubris Stella yang kembali berkata.
"Kak Xander, Kakak tidak perlu
tunggu besok. Hari ini juga jika Kakak mau, aku akan mengenyahkan si keparat
itu dengan tanganku sendiri!"
Mendengar perkataan Stella, Xander
terdiam. Setelah sempat emosi, kini ia berpikir. Dirinya memang sangat ingin
mengentaskan Jackie dengan tangannya sendiri. Tetapi sekarang, ia teringat akan
Vanessa.
Dia bisa saja turun tangan sendiri
untuk membunuh Jackie.
Akan tetapi apabila Vanessa
mengetahuinya bahkan apabila baru terjadi keributan antara ia dengan Jackie,
sudah bisa dipastikan. Vanessa pasti bakalan benci padanya.
la sempat terpikir, mungkin dirinya
harus mencari seseorang untuk berhadapan dengan Jackie. Tetapi baru saja, adik
seperguruannya menyatakan ingin maju melawan rivalnya.
"Tapi Stella, ini adalah urusan
keluargaku. Aku tidak bisa membiarkan kamu terlibat dalam masalah ini. Maafkan
aku apabila sekarang, kamu jadi mengetahui probelmatika yang dihadapi aku dan
kakekku, bijak Xander berkata kalem.
Tidak. Xander sama sekali tidak
bermaksud melarang Stella. la hanya berpura-pura agar adik seperguruannya itu
tak mengetahui dirinya ingin ada seseorang yang menggantikan perannya guna
menghadapi Jackie.
Selain itu, Xander tahu. Stella yang
menyukai dirinya tidak akan mundur. Semakin dilarang, wanita muda itu malah
akan semakin membangkit-bangkit.
"Apa maksud Kak Xander semua ini
adalah urusan keluarga Kakak?" bantah Stella. "Hubungan kita sudah
sedekat sekarang dan Kakak masih menganggapku sebagai seseorang yang tidak
berada di lingkaran dalammu?!"
Benar saja. Stella mulai merasa
dianggap bukan siapa-siapa oleh Xander. Berusaha tetap tenang, Xander merasa
apa yang ia rencanakan berhasil. Meski begitu, dia memutuskan untuk tetap
berakting
"Stella, justru karena aku
menganggapmu salah satu orang paling dekat dalam lingkaran dalamku sehingga aku
tidak mau melibatkanmu dalam masalah ini terang Xander berpura-pura
"Kakak sudah mengatakannya
sendiri. Aku adalah salah satu orang yang sangat dekat dengan Kakak artinya aku
tidak akan membiarkan si sampah itu mengganggu keluarga Kak Xander, is harus
mati tegas Stefa
Sudah ingin rasanya Xander tersenyum
karena dia sudah mendapatkan seseorang untuk mengatasi Jackie ngar Vanessa
tidak murka padanya. Namun tentunya, is menahan perasaannya. Berusaha tetap
tenang, la pun mengangguk-angguk
Malam itu di Phoenix Bistro. Sebuah
sedan mewah tiba di pelataran restoran kelas atas paling kenamaan di Kota Bunga
tersebut.
"Astaga, astaga... Mengapa
orang-orang penting itu datang secara mendadak seperti ini?! Tidakkah mereka
memikirkan bahwa aku harus bersiap-siap? Sudah seharian aku di sini, bau
masakan.. tata rias wajahku juga sudah memudar... ada-ada saja!"
Dengan terburu-buru diikuti dua orang
stafnya, Maria Hernanda pemilik Phoenix Bistro mengayun langkah-langkah panjang
menuju salah satu ruang VIP rumah makan mewah miliknya.
Dia baru saja menerima infromasi dari
penerima tamu. "Pacarnya Kak Vanessa Halim datang!"
Sehingga, Maria yang sedang berada di
dapur melonjak kaget. Merapikan penampilannya sejenak, sekarang dia sudah
berada di depan ruangan yang dirinya tuju.
Mengetuk pintu, seorang pelayan yang
berada di dalam membuka ruangan VIP tersebut. Maria langsung masuk dan ia agak
terkejut. Tatkala, ia melihat. Memang benar, Jackie ada di dalam. Akan tetapi,
ada dua wanita yang mendampinginya.
"Ibu Siska!" Maria menyebut
nama tamunya kala melihat kehadiran sang kepala Kamar Dagang PureLeaf tersebut
duduk satu meja dengan Jackie.
"Bu Maria.., kita bertemu
lagi!" Siska bangkit dari tempat ia duduk.
Selama beberapa saat dua wanita kelas
atas tersebut bertegur sapa, membicarakan hal-hal ringan sembari
tertawa-tertiwi. Setelahnya, Maria menyapa Jackie.
"Dokter Jackie, salam hormatku.
Senang sekali bisa berjumpa kembali dengan Anda, sapa Maria. la menempelkan
kedua telapak tangannya sebagai simbol menghormati sang tamu.
Jackie yang sudah berdiri melakukan
hal serupa. "Bu Maria, izinkan kami untuk merepotkan Anda.
"Astaga, Dokter! Anda macam
berbicara pada siapa saja. Dengan senang hati aku menyambut kalian di
sini!" balas Maria riang.
Selanjutnya, Maria agak canggung.
Karena, ada seorang wanita muda yang mungkin baru menginjak usia di awal dua
puluh tahun juga bangkit dari tempat ia duduk.
"Dokter Jackie memang ganteng
dan tangguh pula. Aku pernah menyaksikannya sendiri. Pantas jika seorang
Vanessa Halim sepertinya merasa nyaman berada dekat dia. Tetapi, siapa pula
nona kecil ini?" pikir Maria. Belum sempat ia bertanya, Jackie sudah
mendahuluinya.
"Bu Maria, perkenalkan. Ini
adalah Nona Athena Arwana dari keluarga Arwana Kota Lintang."
Saat itulah Maria tersentak.
Bagaimana tidak? Ternyata, gadis yang mendampingi Jackie saat itu berasal dari
keluarga yang terkenal dengan bisnis propertinya. Mereka adalah pemilik Komplek
Awania yang mentereng keterlaluan tersebut!
No comments: