BAB 84
Shela Wirawan-Harianto merupakan
istri dari Dave dan ia bukan wanita sembarangan. Keluarga Wirawan berasal dari
Kota Jaya, sama seperti para Halim.
Di antara anggota keluarganya, Shela
merupakan wanita yang paling menonjol. Karena dikenal sebagai wanita tangguh
yang menyelamatkan Keluarga Wirawan dari kebangkrutan.
Kerja kerasnya berhasil membawa
kembali nama keluarganya ke permukaan, masuk ke dalam jajaran elit
keluarga-kelaurga kaya di Makara.
la muncul bersama dua orang bodyguard
kaukasia tinggi tegap dan bersetelan necis. Sementara Shela datang menghampiri
anaknya, para pengawalnya berdiri tegak, menanti di ambang pintu teras.
"Gerald sayang...?" ucap
Shela tatkala melihat putranya berada di kursi roda. Segera itu, sang bunda dan
memeluk juga mengecupi Gerald yang terharu.
"Mama, akhirnya Mama pulang
juga...," ratap Gerald manja dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan mama yang terlambat
kembali, Nak," balas Shela seraya mengusap-usap kepala anak laki-lakinya.
Beberapa waktu terakhir ini, Shela
tengah sibuk mengurus bisnis Keluarga Wirawan di luar negeri. Kemudian, ia
mendengar kabar bahwa keluarganya tengah berada dalam masalah.
Kesibukannya membuat Shela tidak bisa
langsung kembali karena segala urusan-urusan pentingnya. Tapi kini, ia sudah
pulang di saat keluarganya membutuhkan seseorang yang berpengaruh selain sang
suami.
"Anakku..., kakimu...
apakah.." ucap Shela menggantung pada putranya dengan penuh kasih sayang.
Akan tetapi, matanya membesar karena dia memendam amarah.
"Ya, Ma. Ini adalah akibat dari
ulah orang itu. Jackie... tiga tahun lalu kita telah berhasil mencebloskan
dirinya ke Penjara Bawah Sembilan. Aku pikir dia akan mati di sana. Siapa
sangka, dia kembali dan mampu berbuat kekacauan seperti ini!"
"Semenjak mantan napi itu
muncul... banyak yang dia tunggang langgangkan, Shela," ucap Dave seraya
mendatangi istrinya dan mendekap Shela dari belakang.
"Apa saja yang telah ia perbuat,
Suamiku?" tanya Shela. la memutar tubuh. Kedua netranya mendelik tajam.
Mau tidak mau, Dave mesti
menceritakan semua yang telah terjadi selama istrinya itu tidak berada di
Makara. Terang saja, Shela yang menyimak seluruh penuturan suaminya menjadi
berang.
"Bagaimana kamu itu, sih, Dave?!
Kau tidak bisa melindungi anak kita dengan baik!" ujar Shela dengan nada
tinggi.
"M-ma-maafkan aku, sayang,"
sahut Dave gelagapan.
Keluarga Harianto memang sudah kaya
dari sananya. Dave tinggal meneruskan apa yang berhasil diraih oleh kakak dan
bapaknya.
Orang lain hanya tahu bahwa
kesuksesan Dave selama ini adalah karena usahanya yang menjaga roda bisnis
keluarganay agar terus berputar baik.
Akan tetapi, hanya segelintir orang
yang tahu. Ada ungkapan yang mengatakan: di balik seorang pria yang sukses, ada
wanita kuat yang mendukungnya. Itulah yang dialami Dave. Peran Shela dalam
membuat Dave menjadi besar di Kota Bunga sangatlah besar.
"Lantas, bagaimana dengan
perkara obat itu? Aku membaca beritanya dan bikin naik darah saja
rasanya," tanya Sheila lagi.
"Dokter Farhan telah lari dari
tanggung jawab. la menghilang entah ke mana. Semestinya kita telah menjalin
kongsi dengan Tetua Rilley. Akan tetapi hingga saat ini, aku belum menerima
kabar dari beliau. Padahal dia turut berinvestasi juga," Dave memaparkan.
"Otak kamu itu kau gunakan untuk
apa, Dave...?" Shela berkata geram sembari menunjuk ke arah dahi Dave yang
hanya bisa tediam lirih. "Sejak dulu aku tidak pernah percaya pada Om
Darma. Para Rilley itu hanya ingin membesut nama mereka sendiri, tahu
tidak?!"
Ibunda Gerald itu lanjut
berkata-kata, "Tidakkah kau sadari bahwa keluargamu sedang berada di mulut
jurang kehancuran?!"
Sementara itu, Tina memandang calon
ibu mertuanya dengan terkagum-kagum sekaligus merasa sangat iri. Bagaimana
tidak? Kedatangan Shela bagai sebuah pengubah permainan.
Pembawaan ibunda Gerald itu bak penuh
dengan wibawa. Tina mulai berangan-angan. Jika ia menikah dengan Gerald,
dirinya ingin menjadi seperti Shela.
Kini, Dave pun tak beradaya
menghadapi istrinya. la hanya bisa memandang pasrah pada Shela yang hatinya
tampak masih membara-bara.
Kemudian, Gerald memberanikan diri
bertanya pada bundanya. "Mama, apakah semua urusan Mama di luar negeri
telah selesai?"
"Aku sedang tidak bisa berpikir
ke sana, Anakku. Yang jelas semuanya berjalan baik," jawab Shela yang
masih merasa tak terima, anaknya kini mengalami cacat.
"Mama, kita mesti menemukan cara
untuk mengalahkan Jackie. Aku merasa bagai tidak hidup tapi juga tidak mati.
Yang aku inginkan saat ini hanyalah membalas apa yang telah Jackie lakukan
terhadapku... pada keluarga kita!" gelisah Gerald mengadu pada bundanya.
Setelah terlihat begitu tegas bahkan
mungkin amarahnya menyala-nyala, sekarang Shela memamerkan senyum tipis yang
terkesan angkuh. Lalu, dia menjawab pertanyaan putranya itu.
"Langsung saja, PT Sejahtera
sudah setuju untuk bekerja sama dengan kita," ucapnya.
"Syukurlah Istriku, kau datang
kemari dengan membawa kabar yang melegakan. Nama kita di Kota Bunga sudah
hancur-hancuran. Tetapi, jalan untuk berbisnis di luar negeri sekarang telah
terbuka," cerocos Dave dengan perasaan lega.
"Semuanya sudah aman terkendali.
Sekarang, tinggal kita pikirkan langkah untuk membalas apa yang telah dilakukan
oleh mantan narapidana tersebut terhadap keluarga kita"! tegas Shela.
"Shela kamu mesti tahu, Lawan
kita tersebut ternyata adalah seorang ahli bela diri," ucap Dave seraya
menjulurkan kedua tangan dan mengusap-usap lengan istrinya.
"Apakah kau pikir itu adalah
sebuah masalah, Dave?" balas Shela. Raut wajahnya sama sekali tidak
menampakkan perasaan resah.
"Apakah pernyataanmu itu
memiliki maksud bahwa kita akan bisa mengatasi seorang Jackie?" tanya
Dave. Pastinya, dia berharap mendapat jawaban positif dari sang istri.
"Dave, Dave, Dave," Shela
berucap dengan membuat kata-katanya memiliki nada. "Naif sekali kamu,
Suamiku. Memang, tidak banyak orang yang mengetahui. Bahwa sebenarnya, PT
Sejahtera berdiri dengan cara-cara yang tidak lazim."
Mendengar apa yang diucapkan oleh
Shela, semua orang di situ terutama Dave, Gerald dan Tian dibuat tertegun
olehnya.
Para keluarga besar di Makara
memiliki cara mereka masing-masing untuk meraih kesuksesan. Seperti berkolusi
atau Samuel Wanarto dengan jalannya yang kotor. Tapi barusan, Shela berkata
bahwa PT Sejahtera 'berdiri dengan cara-cara yang tak biasa'.
"Tidak lazim bagaimana
maksudnya, Shela sayang?" tanya Dave kebingungan. Sebab, Keluarga Harianto
saja sering menggunakan jalan pintas yang mungkin bagi sebagain orang dinilai
tidak layak.
"PT Sejahtera itu mafia tulen,
suamiku tercinta. Dengan PT Sejahtera di belakang kita, bisa dijamin kita bakal
membuat anak bernama Jackie itu bertekuk lutut!" pasti Shela.
Aura optimus berembus di pelataran
belakang kediaman kelaurga Harianto tersebut. Karena seolah, Shela telah
menemukan cara bagi mereka untuk berkonfrontasi dengan Jackie.
"Jalinan kerja sama kita dengan
PT Sejahtera pun membuat mereka telah berbaik hati padaku," Shela kembali
bersuara. Bibirnya membentuk senyum penuh rasa bangga.
la pun menolehkan kepala ke arah dua
pengawal kulit putihnya yang berdiri di ambang pintu pembatas rumah utamanya
dengan teras belakang.
"Hei, Chuck!"
Shela menyebut nama dari salah satu
orang yang menjadi pengawal pribadinya. Pria yang namanya disebut segera maju
ke tengah-tengah teras.
"Suamiku, Gerald, Tina.
Perkenalkan. Dia ini adalah Charles atau biasa disapa dengan sebutan akrabnya:
'Chuck"."
No comments: