BAB 89
"Aku baik-baik saja, Ayah."
Semakinlah Jackie membuat Shela dan
kedua orang tuanya tertegun. Dia memang terlihat baik-baik saja, layaknya tidak
merasa sakit atau terluka sedikit pun juga.
"Ayah dan Ibu tidak perlu
khawatir. Semuanya sudah selesai," kata Jackie lagi seraya menatap Shela
dengan sorot matanya yang telah beberapa kali membuat orang waspada, bahkan
merasa ngeri padanya.
"Kamu memang iblis...!"
pekik Shela. Dia segera berjalan mendekat pada Hendra dan Anita. "Kau
bergerak sedikit saja, aku akan..."
Set!
"Hnghk...!"
Napas Shela tercekat. Dia tidak
percaya dengan apa yang tampak dipelupuk matanya. Sebab tahu-tahu saja, Jackie
yang berdiri sekian meter di depan dia tadi sudah tiba tepat di hadapannya.
Jackie bergerak bagai hantu!
Kemudian, Shela hanya bisa terdiam
tatkala Jackie tiba-tiba meraih dan menggenggam pergelangan tangannya.
Krtk!
"Kyaaaa khhhh...!”
Karena semuanya berlangsung sangat
cepat, Hendra dan Anita terkejut tatakala Shela menjerit. Ya, Jackie ternyata
langsung meremukkan tulang lengan Shela dalam sekali remas saja. Pisau yang
berada dalam tangannya kontan terlepas.
Syok, napas Sheila memburu. Tangan
kanannya telah terkulai lemas. Netranya membelalak, antara ketakutan,tapi juga
merasa belum mau menyerah.
"Ta-tahukah kamu... s-siapa...
orang yang baru saja kau bunuh tersebut...?" ucap Shela. Tangan kirinya
memegang lengannya yang sudah tak bisa merasakan apa-ара.
"Aku tidak peduli. Lagi pula aku
hanya membela diri, bukan?" kalem Jackie membalas. Tatapannya masih saja
terlihat menyeramkan.
"Dia adalah Charlie... anak buah
dari kelompok mafia di bawah pimpinan Robin Laurenza, kau tahu itu?! Kau
bakalan mati, anak muda... dapat aku pastikan, Robin akan memburumu. Dia sedang
berada di Kota Bunga. Selamat..., ia akan membantai kalian semua!"
Kehilangan sebelah tangannya tidak
membuat Shela mundur. Dia malah menyeringai bak menebar ancaman.
"Dia ada di Kota Bunga...?"
tanya Jackie. Nada bicara dan mimiknya begitu polos.
"Ya, ya benar! Robin datang
kemari bersama denganku. Dia bilang, kami akan menjumpai seseorang yang masih
dirahasiakan identitasnya. Aku sudah mengingatkanmu, lho, ya? Kalau kau masih
mencari masalah dengan kami para Harianto, kau tidak akan selamat!”
"Oh, begitu," datar Jackie
membalas seperti tidak bergairah. Dia menyibukkan diri dengan melepas belenggu
kedua orang tuanya, sedangkan Shela terus bercerocos.
"Sekali lagi aku tekankan: kalau
kau masih berusaha menjamah keluargaku, kamu akan kehilangan nyawanu. Karena
pada saat Robin mengetahui semuanya, kalian semua tak akan dibiarkan
hidup!"
Hendra dan Anita sudah terlepas.
Mereka menjauh dari Shela. Jackie malah sibuk sendiri. Matanya bergerak cepat,
kemudian tertuju pada tas Shela yang berada di atas sofa.
Dia pun melangkah menuju tempat Shela
duduk sebelumnya itu, lalu mengambil tas mahal tersebut.
"Hei..., apa yang kau lakukan?
Kamu itu memang adalah seorang pencuri, ya?" bingung Shela berkomentar.
Percuma. Jackie diam saja. Dia membuka
tas Shela dan menemukan telepon genggam di dalam. la mengambil telepon tersebut
sedangkan Shela terdiam kebingungan melihat tingkahnya.
"Hubungi kawanmu itu...!"
ucap Jackie sembari melemparkan ponsel Shela pada pemiliknya.
Dengan susah payah karena hanya
mengandalkan satu tangan, Shela menangkap alat komunikasinya. Beruntung. barang
elektronik itu tidak sampai jatuh.
Segera itu, dengan senang hati Shela
melakukan seperti apa yang diperintahkan Jackie. Menurut dia, Jackie telah
melakukan kebodohan dengan menantang dirinya untuk menghubungi Robin. Tidak
lama kemudian, Shela bersuara.
"Halo, Robin? Aku aku sedang
dalam masalah. Chuck, dia…”
Selagi Shela menelepon, Jackie
mendekat padanya. Begitu tiba tepat di hadapan Shela, Jackie langsung menyambar
telpon genggam rivalnya.
"Halo, apakah kamu mengenali
suaraku?" ucap Jackie.
"Datanglah ke komplek Awania
Tatar Nirwana, Jalan Nirwana Mekar Nomor 78 sekarang juga. Jangan banyak gaya.
Dahulu, aku pernah menyelamatkanmu. Jangan sampai aku membuat harimu dirundung
kesialan!"
Dalam kekalahannya dan menderita
cedera, Shela ternganga mendengar percakapan Jackie dengan Robin. Jackie
sendiri terlihat tenang-tenang saja.
"Yang Mulia...? Mengapa
bisa-"
Terdengar suara dari seberang sana,
tapi Jackie sudah menyerobot apa yang akan dikatakan orang yang berbicara
dengannya.
"Jangan banyak tanya. Aku
menunggumu," tandas Jackie. Sesudah ia berbicara, Jackie langsung meremas
telepon genggam milik Shela.
Krak!
Perangkat elektronik itu langsung
luluh. Aneh. Seperti diarahkan angin, komponen-komponen dari ponsel Shela
melayang ke arah sang empunya.
"Akhhh!"
Serpihan alat komunikasi seluler
tersebut menembus beberapa bagian tubuh Shela. Hingga, ia berdarah dibuatnya.
Berusaha menghindar disertai perasan heran dan panik, Shela pun terjatuh di
atas karpet yang membentang pada ruang tamu rumah Jackie.
"K-ka-kamu... kamu telah
mendatangkan bahaya untuk keluargamu... kau sok kenal dengan Robin... kau pasti
tidak tahu seperti apa dia. Kalian semua akan dia habisi, tahu, tidak?!"
geram Shela. Rupanya, dia masih tidak mau menyerah juga.
"Sadarlah, Bu. Kamu dan
keluargamulah yang akan ditamatkan!" ujar Jackie. Dia melangkah untuk
menjumpai orang tuanya yang terluka. "Ayah, Ibu. Sebaiknya kalian ke ruang
tengah saja. Rawat diri kalian untuk sementara. Nanti aku yang akan
menyembuhkan luka-lukanya."
"Ja-jackie... lawanmu
itu..." Anita berkata dengan menggantung.
"Dia sudah tewas, Bu,"
Jackie menyerobot apa yang akan dikatakan ibundanya.
"Tapi, Jackie. Apa yang kau
lakukan itu akan menjadi masalah baru. Sepertinya, orang itu juga adalah warga
negara asing. Nanti, aparat akan mencarimu, bagaimana?" resah Hendra
bertutur pada putranya.
"Bandit seperti itu? Tidak akan,
Ayah. Dia pun pasti bisa masuk ke negara kita dengan cara ilegal. Nanti akan
ada orang yang mengurus dia," Jackie berusaha menenangkan Hendra.
"Nak, apabila ini akan menajdi
sebuah perkara, biar aku yang akan menggantikanmu di pengadilan. Masuk penjara
pun tidak apa-apal" kata Hendra lagi.
"Ayah itu ngomong apa?!"
tegur Jackie.
"Tidak, kau baru saja sembuh
dari sakitmu, Hendra. Aku saja nanti yang akan maju untuk menyerahkan diri!
Giliran Anita yang ingin membela anak
laki-lakinya. Melihat Hendra dan Anita begitu ingin melindungi dirinya, Jackie
pun merasa terharu sekaligus bersalah.
Semestinya, dia tidak langsung
membunuh Charlie yang kini sudah tergolek tak bernyawa di lantai rumah megah
mereka.
Akan tetapi, Jackie tak bisa
membiarkan itu terjadi. Shela telah membawa orang itu ke sana, sehingga
menghajar para anak buahnya. Untung, ayah dan ibunya tidak langsung
disingkirkan oleh si pembunuh berdarah dingin.
"Sudahlah, Ayah, Ibu. Aku yakin
benar tidak akan ada masalah yang timbul dari kematian orang itu. Percayalah
padaku," kata Jackie berusaha sedemikian mungkin agar Hendra dan Anita
tetap kalem.
Saat itu, sang putra melirik ke arah
Shela yang terduduk menghampar dilantai. Terlintas dalam kepala Jackie:
jangankan Charlie. Dia sebenarnya sudah sangat ingin untuk menghilangkan nyawa
Shela.
"Ketua..?!"
"Ketua..!"
Samuel dan Malvin datang. Mereka
menyerbu masuk ke dalam ruang tamu dan langsung menyapa ketua mereka dengan
cemas.
Di luar, Samuel dan Malvin melihat
bagaimana Yanto, Dhany dan yang lain tampak tidak berdaya dan menderita luka.
Dari Yanto dan yang lain, mereka telah mendapat informasi apa yang terjadi
sebelumnya.
No comments: