BAB 92
Clark hanya bisa berkata-kata dalam
hati. Untuk merasa emosi saja dia bagai sudah tidak sanggup, karena ia bukan
lagi orang yang sama seperti sebelumnya. Jika kali ini dia melawan Jackie,
dirinya akan tewas dalam sekali sentuh saja.
"Uwagh...!"
"Ughhh...!"
"Akhhh..!"
Di luar, rombongan Jackie membuat
para penjaga rumah Keluarga Harianto kocar-kacir. Dia tidak perlu melakukan
apa-apa.
Dia hanya membiarkan bawahan-bawahan
Robin yang tangguh membuat seluruh anggota keamanan itu terpental ke sana
kenari.
"Di mana Dave Harianto dan yang
lainnya?!" tanya Robin seraya mencengkeram kerah salah satu penjaga.
"Sa-saya... t-tidak tahu,
Tuan...!"
"Dasar sampah!" kesal Robin
sembari mengempaskan penjaga yang berada dalam cengkeramannya itu ke tembok.
Kediaman keluarga Harianto
berantakan. Setiap kali anak buah Robin melihat pintu, mereka mendobraknya.
Jika ada barang atau benda-benda yang menghalangi akan mereka
tunggang-langgangkan.
Brak!
Bruak!
Krassshhh...!
Menyaksikan apa yang terjadi dan
jelas-jelas nyawa seluruh keluarga suaminya terancam, hati Shela luluh. la
mengalami syok dan jatuh pingsan. Sehingga, salah satu anak buah Robin terpaksa
membopongnya.
"Merepotkan sekali ibu tua
ini..., mengganggu keasyikan orang," gerutu laki-laki bertubuh besar
tersebut menggunakan bahasa asing.
Pelayan-pelayan di rumah itu tidak
bisa berbuat apa-apa. Ada yang hanya bisa terdiam mematung, sisanya melarikan
diri. Hingga akhirnya, Robin bertemu kepala pelayan rumah yang bertelut di
hadapannya.
"Di mana tuanmu bersembunyi,
ayo, beritahu kami, cepat! Sebelum lehermu aku patahkan dan ku bakar rumah
jelek ini!" ancam Robin.
"A-am-ampun ampun...
T-tuan!" ucap si kepala pelayan gemetaran.
"Ayo bicara, kalau tidak kamu
juga akan kami kubur dalam rumah ini nanti!"
"Ad-ada... d-di r-ru-ruangan
bawah tanah di sebelah sana, Tuan..."
"Di sebelah mana..?! Ngomong itu
yang jelas.. jangan cuma bilang: 'disebelah sana..!"
"Dari sini ke sebelah kanan,
lalu kiri, Tuan.”
"Awas saja jika kau berdusta,
aku akan mencari kamu dan keluargamu agar membayar kebohonganmu itul"
Ternyata si kepala pelayan mengatakan
yang sebenarnya. Ada sebuah pintu yang tampak seperti tembok biasa di arah yang
sang pelayan beritahu. Dengan cermat, orang-orang Robin menemukannya.
Akan tetapi, mereka tidak dapat
melihat. Di mana knop untuk membuka pintu tersebut. Karena pintu itu merupakan
penghubung ke sebuah ruangan rahasia.
Hingga, salah satu anak buah Robin
berucap dalam bahasanya, "Sepertinya, pintu ini hanya bisa dibuka dengan
cara yang kasar. Permisi, Master. Aku memohon izin tidak sopan di
hadapanmu."
Lelaki berutubuh tinggi besar sama
seperti Charlie dan berkepala plontos dengan cambang tebal itu meminta permisi
pada Jackie. Dia mengambil ancang-ancang, lantas, ia pun melepas sebuah
sepakan.
Dak!
Bruak!
Pintu rahasia tersebut langsung
ambrol. Jackie yang berada di belakang laki-laki itu ingin tertawa rasanya.
Tidak ada yang lucu. Bahkan Jackie
yang merupakan seorang kultivator di dunia modern mesti mengakui. Kekuatan anak
buah Robin itu patut diacungi jempol. Karena, mampu meruntuhkan pintu dalam
sekali tendang saja.
"Silahkan masuk, Master,"
kata si gundul lagi mempersilahkan Jackie masuk begitu sopan sekaligus kocak.
"Terima kasih, Geno, balas
Jackie diiringi senyum yang juga terkesan jenaka.
Setelah menuruni sebuah tangga yang
membelok dua kali, Jackie, Robin dan yang lain tiba pada sebuah lorong yang
tidak terlalu panjang.
Hawa di situ lebih adem dari ruangan
yang berada di atas mereka sebelumnya. Bahkan kesan nyaman langsung menyapa.
Rupanya, tempat itu memang dirancang khusus untuk menyembunyikan diri.
Di lorong tersebut, Jackie bisa
melihat sekian anak buah Keluarga Harianto yang berusaha menghadang dia, Robin
dan kawan-kawan.
"Silahkan maju kemari, Jackie
bersabda sambil melangkah santai. "Tapi aku ingatkan. Tidak ada gunanya
kalian melawan. Terkecuali, kalian ingin tinggal nama saja."
Kemudian, semua orang di situ dapat
melihat tatapan Jackie yang menakutkan. Mereka serasa melihat naga terusik yang
sedang mengamuk dan siap menelan siapa saja.
Aura pembunuh yang terpancar begitu
kuat dari Jackie langsung membuat nyali para pengawal Keluarga Harianto
seketika meleleh. Mereka gemetaran, menenggak liur dan mematung. Ada juga yang
ternganga.
"Tidak ada yang mau maju? Bagus.
Aku akan mengingat ini. Tidak ada satupun dari kalian yang akan kami
sentuh," ujar Jackie dingin.
Dia melenggang di antara kerumunan
pengawal Keluarga Harianto tanpa ada yang berani bergerak sedikitpun.
Robin beserta anak buahnya tersenyum
tertahan. Lantaran bagi mereka, melihat para pengawal itu membeku hanya karena
Jackie berkata-kata membuat mereka merasa geli.
Tepat diujung lorong, ada lagi sebuah
pintu yang kelihatan begitu kokoh. Robin langsung memberi isyarat pada para
anak buahnya untuk mendobrak daunnya.
"Bantu Yang Mulia."
"Baik"
Belum juga salah seorang bawahan
Robin bereaksi, Jackie sudah mengerahkan kekuatan spiritualnya.
Jedar!
Lucu. Melihat pintu yang semestinya
mereka jaga terbongkar tanpa disentuh sedikitpun, para pengawal Keluarga
Harianto berhamburan pergi.
Di dalam, Dave, Clark, Gerald dan
Tina terperangah. Pasalnya, mereka melihat dengan mata kepala sendiri. Jackie
berdiri beberapa meter dari depan pintu. Akan tetapi, sekarang ruangan tempat
mereka berada tersibak lebar-lebar, sedang pintunya hancur berantakan.
Sebagai-mantan- praktisi bela diri,
Clark terkejut setengah mati. Kedua matanya membeliak. Dia menyadari, pemuda
yang pernah menjadi lawannya tersebut memang benar-benar sakti.
"Anak itu...! Dia mengerahkan
teknik yang, sungguh... aku.... aku... sulit untuk menerima bahwa dia sekuat
inil" batin Clark tak habis pikir.
Ada beberapa pengawal di dalam situ.
Mereka membeku karena pintu yang ada di hadapan mereka bisa dijebol tanpa
disentuh. Sampai akhirnya, Dave bersuara.
"Ha-hajar dia..!" titah
Dave ragu.
"Coba saja jika kalian berani.
Kalau aku mau, satu detik yang lalu kalian semua sudah mati!" balas Jackie
kalem.
Suruhan Robin yang membopong Shela
maju. la pun menggeletakkan tubuh wanita berusia lima puluhan tersebut di
lantai ruangan.
"A-apa yang kalian lakukan
terhadap istriku...?!" histeris Dave tatkala melihat Shela berada dalam
keadaan terikat dan tidak sadarkan diri, lalu ada luka-luka pada tubuhnya pula.
"Lepaskan dia!"
"Istrimu itu sudah gila, Pak
Harianto. Dia hampir membunuh kedua orang tuaku. Kami membawanya kemari, agar
ia dapat menyaksikan bagaimana aku menghabisi kalian semua, Jackie menanggapi
begitu tenang.
Rasa-rasanya, Gerald sudah ingin
berlari dari sana. Tetapi apa daya, dia terikat pada kursi rodanya. Tina
mengalami dilema. Mantan kekasih Jackie itu nyaris terkecing-kencing di celana.
Di satu sisi, ada perasaan kagum saat melihat bekas pacarnya itu.
"Ja-jackie... mengapa... kamu
bisa menjadi mengerikan seperti ini..? Se-sementara... aku... aku menjadi
perawat seorang pemuda cacat!" ratap Tina dalam hati.
Selesai Tina berkata, Robin melangkah
maju. Dia membawa satu botol berisi air mineral dan mendekat pada Shela yang
tergeletak. la membuka tutup botol tersebut dan menyiramkan isinya ke wajah
Shela.
Seketika itu Shela terperanjat sadar.
la menyadari bahwa dirinya sudah berada di ruangan rahasia kediaman Kelaurga
Harianto. Layaknya orang linglung, Shela pun berkata-kata.
"De-dewa Muda... Ak-aku
mohon..., jangan apa-apakan keluargaku. Ak-aku..., akulah yang bersalah padamu!
Bunuh aku... tapi, tolong biarkan keluargaku hidup!”
No comments: