BAB 98
Baik Hendra maupun Anita dapat
melihat. Putra mereka yang sebenarnya merupakan anak angkat itu berkata begitu
santai. Namun cara Jackie berkata sangat pasti, bahkan bernada tegas.
Mereka menyadari. Jackie yang duduk
di sebelah sana bukanlah putra mereka yang tiga tahun lalu lagi. Dia sudah
benar-benar telah bertransformasi menjadi seorang pria perkasa yang tak
mengenal rasa takut sedikitpun.
"Jackie..." Anita berucap
pada putranya.
"Ya, Bu?"
"Kamu adalah orang yang berbeda
sekarang. Aku, ayahmu dan Sherina memahaminya. Akan tetapi, jika lain kali ada
persitiwa-persitiwa seperti ini, setidaknya, beritahu kami," ujar Anita.
"Kami tidak mau tahu apa yang
kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kau hadapi, Nak.
Tetapi..., bisa bukan kalau kamu memberi petunjuk sedikit saja. Seperti apa
situasinya," sambung Hendra.
"Kamu sudah benar tadi. Mungkin
Sherina tak perlu mengetahuinya. Akan tetapi... ibu dan ayah perlu tahu apa
yang berlaku. Sehingga, kami tidak merasa khawatir," kata Anita lagi.
"Baik, Ayah, Ibu. Yang pasti,
aku ingin Ayah dan Ibu tahu. Aku tak akan membiarkan peristiwa seperti kemarin
terulang kembali pada kalian. Barang siapa yang berani mengganggu keluarga
kita, akan terkena ganjarannya," balas Jackie memaparkan disertai senyuman.
Setidaknya, Hendra dan Anita
menyadari. Jackie melakukan apa yang perlu untuk dirinya perbuat demi mereka.
Selain itu menurut mereka, Jackie
akan menjadi orang besar kelak. Kalau benar dapat berjodoh, pendamping hidupnya
nanti adalah Vanessa Halim. Mau tidak mau, Jackie haruslah menjadi seseorang
yang berkarisma.
Keesokan harinya. Hari belum juga
bergeser menjadi siang, tetapi keluarga Winata terutama Hendra dan Anita
terkaget-kaget. Mereka kedatangan protokoler walikota. Sudah barang tentu,
Jordan juga hadir.
"Jackie, ada apa ini, mengapa
Pak Walikota datang kemari?" bisik Anita pada putranya. Tatkala, melihat
Jordan yang dikawal melangkah memasuki halaman rumah mereka diiringi para
anggota Mafia Anggrek Berdarah.
"Apakah beliau mengetahui
tentang persoalan Keluarga Harianto dan Wirawan?" tanya Hendra.
Kedua orang tua Jackie tersebut
pastinya khawatir. Hingga hari itu, musnahnya dua keluarga tersebut masih
menjadi misteri. Sehingga mereka merasa was-was. Jangan-jangan, kedatangan
Jordan ke situ adalah untuk menggali apa yang sebenarnya terjadi.
"Jangan takut, Ayah, Ibu. Pak
Walikota datang kemari sama sekali bukan untuk itu," Jackie menenangkan
kedua orang tuanya.
Pada akhirnya, Hendra dan Anita bisa
merasa lega, Sebab, mereka melihat bagaimana Jordan masuk ke dalam rumah dengan
gaya yang sangat ramah. Si walikota tersenyum dan langsung berjabatan tangan
dengan Jackie begitu akrab.
"Apakah Tuan Wijaya telah
memberitahumu apa maksud kedatangku kemari, Dokter?" tanya Jordan.
"Ya, Opa Arthur sudah
menyampaikannya padaku, Pak. Bagaimana kalau kita berbincang di teras belakang
saja. Agar, kita dapat ngobrol lebih leluasa."
Santai bersama di teras belakang
kediaman Jackie, sang pemilik rumah dan Jordan membicarakan hal-hal yang ringan
seperti mengenai berdirinya Komplek Awania. Selanjutnya, pembicaraan keduanya
mulai bergeser ke arah yang lebih serius.
"Aku dengar dari Opa Arthur,
Anda ingin bekerja sama denganku, Pak. Apa benar begitu?" tanya Jackie
berusaha agar obrolannya dengan Jordan tidak terkesan sangat serius.
"Ya, Benar itu, Dokter
Jackie," sambut Jordan ramah.
"Jujur saja. Akhir-akhir ini,
ada orang-orang yang tidak ramah padaku. Mungkin mereka membenci keberadaanku
di sini. Sehingga, aku sekedar ingin memastikan. Apakah Anda bisa menjamin
ketentraman keluargaku?" tanya Jackie.
"Aku paham bahwa kau adalah
seorang Ahli Tak Tertandingi, Dokter. Ada orang yang membutuhkanmu, tapi yang
lain membencimu. Aku adalah orang yang membutuhkanmu. Jadi, aku akan memenuhi
permintaanmu itu," pasti Jordan serius dengan agak berhati-hati.
"Baik. Mari kita mulai
pembicaraan kita," balas Jackie.
"Apakah dirimu mengetahui bahwa
Keluarga Harianto itu sebetulnya agak merepotkan pemerintah kota, Dokter
Jackie?" ujar Jordan bertanya.
"Menurut yang aku dengar,
katanya begitu," Jackie menjawab dengan gaya tenangnya yang dingin. Selain
karena pembawaannya begitu, ia juga tak mau Jordan bisa memastikan dirinya
terkait dengan apa yang terjadi dengan Keluarga Harianto dan Wirawan.
"Mereka telah tiada. Jadi, bukan
lagi merupakan sebuah masalah. Tetapi, Keluarga Rilley tetaplah menjadi duri
dalam daging bagiku," ujar Jordan.
"Aku pikir hubungan Bapak dengan
Tetua Rilley sangat baik?
Seingatku, bukankah pada saat Tetua
Rilley datang ke kota kita, Anda sampai menjemput dia langsung?"
"Dokter, aku... terpaksa
melakukannya."
Dari kata-kata Jordan dan bahasa
tubuhnya yang terlihat berusaha untuk tetap tenang, Jackie mengetahui. Sang
walikota sepertinya menyimpan sesuatu yang menjanggal tentang para Rilley.
Hanya saja, ia sulit untuk mengutarakannya.
Saat itulah Jackie juga teringat. Ada
sekian banyak orang terhormat yang berasal dari kalangan atas Kota Bunga hadir
di Bunga Gala. Tapi, Jordan tidak menunjukkan batang hidungnya.
"Aku tidak melihat Anda
menghadiri Bunga Gala, Pak," ucap Jackie, seperti kata-kata itu
menggelontor begitu saja dari mulutnya.
"Ya, betul. Saya merasa tidak
perlu untuk menghadirinya. Sehingga, saya memilih melakukan perjalanan dinas ke
luar kota yang sebetulnya tidak sepenting itu."
"Ada masalah apa sebetulnya
antara Anda dengan Tetua Rilley?”
Untuk sejenak, Jordan terdiam. la
meraih kopi yang disuguhkan Neneng, asisten rumah tangga Jackie terlebih
dahulu. Barulah, kembali bersuara.
"Aku sangat mengenal Om Darma,
Dok. Akan tetapi, dia itu hanya bertingkah baik pada saat berada di depan umum.
Padahal sebenarnya... dia banyak berbuat hal kotor di belakang!"
Kali itu, Jordan berkata layaknya
mengeluh. Jackie tidak mau bereaksi banyak. la menerka, kemungkinan Jordan
mengetahui rahasia-rahasia Darma melebihi orang lain yang mengenal si tetua.
"Apakah sewaktu Anda menyebutkan
bahwa Anda ingin berkerja sama denganku pada Opa Arthur.., ada hubungannya
dengan Darma Rilley?" tanya Jackie. Sekali lagi, dia membuat nada bicara
dan gesturnya begitu datar.
"Anda seperti seorang peramal,
Dokter. Ya, mesti aku akui. Apa yang Anda katakan itu benar adanya. Aku sudah
menanti-nanti untuk bisa mengenal orang seperti Anda, Dok. Karena, saya tidak
mau selamanya dijadikan boneka oleh Tetua Rilley."
Sejujurnya, Jackie agak terkejut
tatkala mendengar kata-kata yang Jordan suarakan belakangan. la menoleh dan
melirik kalem saja pada si walikota.
"Maksud Anda, Anda dikendalikan
oleh Tetua Rilley?" tanya Jackie tanpa ingin membuat Jordan tersinggung.
"Betul"
"Bagaimana bisa terjadi?”
Kali itu Jordan menunjukkan bahasa
tubuh layaknya tengah terbebani. Kembali menyeruput kopinya, Jordan pun
bertutur.
"Sewaktu Om Darma mulai membuka
bisnis-bisnisnya di sini, beliau menjalin hubungan yang baik dengan keluarga
kami. Ya, semua orang juga tahu keluargaku di kota ini cukup berpengaruh. Namun
sekarang, aku semacam menyesal kami memiliki predikat begitu."
"Mengapa begitu, Pak?"
"Kami pikir, Darma yang datang
dari Kota Jaya dapat kami kendalikan. Tetapi malah kami merasa sudah dijebak
oleh dia."
Keluarga Juwana merupakan pebisnis di
bidang konstruksi. Latar belakang itulah dan gelarnya sebagai seorang arsitek
yang berhasil meraih simpati masyarakat Kota Bunga untuk memilih Jordan
memimpin kota mereka.
Lalu, Darma yang mulai menapaki
usahanya di Kota Bunga menjalin kongsi dengan Keluarga Juwana. Diam-diam, Darma
mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa sepengetahuan keluarga dari
Jordan tersebut.
"Setelah itu, terjadilah sebuah
tragedi…”
No comments: