BAB 99
Pada saat ia mengucapkan
kata-katanya, raut Jordan mulai menjadi lirih. Jackie terus menyimak apa yang
akan dikatakan walikotanya.
"Sebelumnya aku ingatkan. Persitiwa
ini tidak terekspos dan cerita aslinya telah berubah," Jordan mengingatkan
Jackie.
"Baik. Teruskan, Pak,"
sambut Jackie segera, sehingga Jordan melanjutkan kisahnya.
"Satu kali, dengan maksud ingin
mencari investor, Om Darma calon klien wanitanya ke salah satu area dari lokasi
proyek keluarga kami. Dia sudah diingatkan oleh kepala proyek jangan memasuki
area tersebut karena jaringan listriknya belum terkelola baik. Tapi Darma
cuek."
Terjadi hal yang tak diduga-duga.
Wanita yang lugu tersebut tak sengaja memegang sebuah instalasi listrik
tersembunyi. Sehingga, ia tersengat arus listrik dan meninggal dunia di tempat.
Baru kemudian Keluarga Juwana
mengetahui. Perempuan itu merupakan putri dari sebuah keluarga terhormat di
Kota Jaya.
Terang saja keluarga dari sang wanita
llangsung datang karena ingin meminta pertanggungjawaban Keluarga Juwana.
"Kau tahu, bukan? Tingkah
keluarga besar di Makara seperti apa?" tanya Jordan pada Jackie yang
mengangguk-angguk.
"Ya, tentu saja aku tahu seperti
apa mereka, Pak," jawab Jackie. Yang dia maksud siapa lagi kalau bukan
Keluarga Harianto.
"Begitulah, Dok. Keluarga dari
Kota Jaya itu mengamuk bukan main. Hampir saja mereka ingin menghabisi kami.
Kemudian... Darma Rilley maju untuk mengahi masalah ini."
"Menengahi..?" tanya Jackie
heran.
"Membingungkan, bukan?
Semestinya dialah yang dihajar oleh keluarga koleganya itu. Akan tetapi,
bisa-bisanya dia maju sebagai pahlawan. Tetapi keluargaku yang sudah panik
membiarkannya. Sebab, kami ingin selamat."
Menurut Jordan, waktu itu calon klien
Darma itu sama sekali tidak mengetahui. Penyebab kematian putri mereka adalah
dia sendiri.
Sayangnya, Keluarga Juwana tidak bisa
berbuat banyak. Sehingga, mereka percaya begitu saja pada Darma.
"Demi menyelesaikan perkara itu,
kami terpaksa membuat perjanjian bisnis di bawah tekanan. Yang di mana,
menguntungkan Om Darma karena banyak proyek jatuh ke tangan dia. Kami pikir,
semuanya telah selesai. Akan tetapi.."
Mata Jordan berkaca-kaca. Dia
mengambil napas untuk menahan emosi yang dirinya rasakan saat itu. Jackie
memandang dia dengan penuh keprihatinan. Jordan adalah walikota Kota Bunga.
Tapi sekarang, dia terlihat perlu dikasihani.
"Kakekku, Hadi Juwana...
beliau... meninggal dalam sebuah kecelakaan yang jelas-jelas disebabkan oleh
sabotase. Kami sudah tahu, siapa pelakunya. Tapi waktu itu, sulit membuktikan
bahwa ada faktor kesengajaan di balik kecelakaan yang menimpa kakekku."
Semenjak saat itu, hubungan Keluarga
Juwana dengan Darma menjadi agak canggung. Sedangkan Darma mendapat keuntungan
di atas penderitaan orang lain. Usahanya semakin membesar saja hingga sekarang.
"Bahkan pada saat aku terpilih
menjadi walikota, sempat-sempatnya Om Darma menyampaikan pesan tersirat. Karir
kenegaraanku hanya akan sampai di sini saja jika aku tidak membantu melancarkan
usaha-usahanya."
"Memangnya dia siapa? Bisa
menentukan nasib orang seperti itu," celetuk Jackie.
"Itulah dia. Om Darma lupa.
Sekarang aku memiliki kuasa. Aku sudah mencari bukti-bukti yang bisa menjerat
dirinya."
"Apakah ini semua yang perlu aku
dengar, Pak?" Jackie bertanya.
"Seluruh yang aku katakan adalah
sejarahnya, Dok."
"Kalau begitu, kerja sama
seperti apa yang ingin Anda jalin denganku?"
Sejak tadi, ekspresi Jordan sudah
berganti-ganti. Mulai dari menampakkan wibawanya, bersahabat dan menyenangkan
juga tentu saja menyiratkan perasaan duka.
Sekarang, Walikota Kota Bunga itu
mencondongkan tubuhnya ke arah Jackie. Gestur yang ia buat ingin menunjukkan
bahwa dia ingin merendah di hadapan Jackie.
"Aku bermaksud menyerahkan
seluruh bukti yang telah aku miliki pada dirimu. Lantas, tolong bawa semuanya
pada Keluarga Altanta di Kota Jaya."
Sejak tadi tampak tenang nyaris tak
berekspresi, kini wajah Jackie bergerak sedikit. Kedua alisnya terangkat.
Sebab, Jordan menyebut nama Keluarga Altanta.
Famili tersebut memang salah satu
jajaran keluarga elit di Makara. Berasal dari Kota Jaya, mereka juga membangun
berbagai usaha yang sukses di Kota Bunga.
Jordan melanjutkan, "Mungkin aku
jahat. Sebab ini berarti aku akan mengadu domba Om Darma dengan Keluarga
Altanta."
"Kenapa tidak Bapak sendiri saja
yang membawa semua bukti itu guna menyerahkannya pada Keluarga Altanta?"
ringan Jackie bertanya.
Pertanyaan sang Ahli Tak Tertandingi
membuat Jordan mengambil napas dan mengembuskannya perlahan. Terdiam sedetik,
barulah ia kembali bersuara.
"Dokter, aku ini adalah orang
pemerintahan. Ingat kode etiknya, bukan? Jika gubernur tahu aku berani
menggerakkan Keluarga Altanta untuk menggulingkan Om Darma, bisa-bisa aku
ditegur. Belum lagi, orang-orang yang ingin menjilat dia bakal berusaha
menjatuhkanku."
Sesungguhnya Jackie sudah tahu Jordan
akan berkata seperti itu. Istilahnya dengan meminta bantuan Jackie, dia sudah
'bermain di belakang'.
Skema Jordan kurang lebih seperti
ini: Jackie akan mewakili Jordan berbicara pada Keluarga Altanta. Famili
tersebut pasti akan tahu kalau Jordan tidak ingin Darma maupun pemerintah
mengetahui tindakannya. Mereka bisa bertindak tanpa menyeret nama Jordan.
"Akan ada keuntungan yang bisa
kamu dapatkan dari sini, Dok. Selain itu, aku tidak mau Om Darma mengetahuinya.
Biasa, para penjilat akan memanfaatkannya. Om Darma akan bertindak lebih dahulu
dan aku pun celaka."
"Keuntungan apa yang Bapak
janjikan untukku?"
Pertanyaan Jackie kembali membuat
raut Jordan berubah untuk kesekian kalinya. Kali itu, ekspresi dan sorot
matanya menjadi optimis.
"Aku ingin memanfaatkan
koneksi-koneksiku untuk menjual Obat 10 Lengkap juga Pil Esensi yang Anda pakai
untuk menyembuhkan Pak Arthur. Aku pun bisa melakukannya dengan cepat."
Jelas saja Jackie cukup tertarik
dengan penawaran dari Jordan. Dia adalah seorang walikota. Jaringannya bisa
membuat obat-obatan hasil racikan Jackie memiliki pasar lebih luas.
"Kita akan sama-sama
diuntungkan, Dok," kata Jordan lagi. "Selama ini, jabatanku hanya
dibuat Om Darma sebagai jalan bagi dia untuk mengeruk uang. Sudah muak aku
meladeni dia. Banyak maunya pula," lanjut Jordan mengeluh.
Sekarang Jackie mengerti. Mengapa
selama ini prestasi Jordan sebagai seorang walikota kurang gereget. Pembangunan
berjalan memang. Akan tetapi, sepak terjangnya kurang meyakinkan.
Kemudian, pernyataan-pernyataan dia
di depan media dinilai canggung sehingga menuai kritik. Ternyata, Jordan
berusaha sedemikian mungkin agar dirinya tidak menyinggung Darma.
"Anda barusan bilang, Anda bisa
menjual obat-obatan Wijaya Pharmaceutical dengan cepat. Berapa waktu yang Anda
butuhkan untuk itu?" tanya Jackie.
"Setengah bulan, aku dapat
memastikan peredaran obat-obatan hasil racikan Anda bisa mecakup banyak
wilayah," pasti Jordan serius.
"Aku pegang janji Anda tersebut,
Pak Jordan," Jackie berujar seraya menjulukan tangan.
Melihat reaksi dari sang Ahli Tak
Tertandingi, wajah maupun bahasa tubuh Jordan terlihat lebih bersemangat
dibanding sebelumnya. la segera menyambut uluran tangan Jackie sebagai tanda
mereka telah menjalin kerja sama.
Tidak lama kemudian, Jordan hengkang
dari kediaman Keluarga Winata. Untuk sejenak, Jackie berdiam diri di halaman
depan rumahnya.
"Aku berhasil mendapat dukungan
dari keluarga-keluarga berpengaruh di kotaku ini. Keluarga Harianto sudah
ditandaskan. Kini, Keluarga Wijaya dan Keluarga Juwana juga telah menjalin
kerja sama denganku. Aku bisa merasa tenang, batin Jackie.
Sebelum hengkang dari kediaman
Jackie, sang walikota sudah memberikan dokumen-dokumen yang akan dibawa Jackie
pada Famili Altanta.
No comments: