Bab 82
"Dasar bajingan! Beraninya kamu
menamparku!"
Pipi kiri dan kanan Julian seketika
bengkak hingga membesar dua kali. Darahnya juga berceceran di lantai!
Deon berkata.
"Terserah apa katamu!
Berlututlah dan panggil aku 'Ayah 'sekarang juga! Kalau nggak, aku akan terus
memukulimu!"
"Deon, aku ini direktur Grup
Lixon! Kalau kamu memukulku lagi, aku akan memecatmu!"
Julian mengancamnya dengan penuh
amarah.
Luna berkata dengan tenang.
"Paman, kuasa atas seluruh
personel di perusahaan kita ada di tanganku. Meskipun Paman seorang direktur,
Paman nggak memiliki otoritas untuk memecat karyawanku."
Semakin lama, semakin cepat pula
tamparan Deon mendarat di wajah Julian. Dia bahkan menamparnya beberapa kali
dalam satu detik!
"Ayah! Kak! Sepupu-sepupuku!
Kenapa kalian nggak melakukan apa-apa dan hanya melihatku ditampar oleh
berandal ini?!"
Namun, Simon dan yang lainnya tidak
mengacuhkannya.
Pendirian mereka sangat jelas, bahwa
mereka hanya menganggapnya sedang sial! Siapa suruh dia menyinggung Deon?
Pada akhirnya, Julian terbaring di
lantai dengan wajah penuh darah dan terpaksa mengalah.
"Berhenti! Baik, baik, aku
menyerah! Kamu ayahku! Ayah! Ayah! Ayah!"
Dia akhirnya memanggil Deon Ayah tiga
kali berturut-turut dengan suara yang lantang.
Di saat itu, barulah Deon berhenti
menamparnya, lalu berkata sambil tersenyum tipis.
"Keputusan yang bagus, tapi
jujur saja, mustahil bajingan sepertimu bisa menjadi anakku."
Mendengar ucapan ini, sudut mulut
Simon berkedut-kedut karena ingin memarahi Deon, tetapi pada akhirnya dia tetap
menahan amarahnya.
Luna juga menimpali, "Deon,
sudahlah. Menurutku itu sudah cukup."
Dia pun maju beberapa langkah dan
tanpa ragu menandatangani kontraknya.
"Bagus. Luna, aku harap ke depannya
kita dapat bekerja sama tanpa kendala!"
Setelah para dewan direksi itu
membungkuk dengan hormat, mereka pun pergi.
Namun, Luna menghentikan mereka dan
berkata.
"Tunggu! Sebelumnya aku ingin
menanyakan satu hal dulu. Siapa yang meminta kalian kemari?"
Mendengar pertanyaan ini, para
anggota Keluarga Yossef menahan napas, memicingkan mata dan bertanya-tanya
apakah orangnya adalah Deon!
Para dewan direksi itu terkejut
mendengar pertanyaan ini, lalu menjawab dengan ragu-ragu.
"Identitas orang itu sangat
rahasia, jadi mohon maaf, kami nggak berhak menjawab pertanyaan itu."
"Nggak apa-apa, kalian hanya
perlu menjawab satu pertanyaan ini. Apakah nama orang itu adalah Deon? Itu saja
sudah cukup."
Luna bertanya dengan serius.
Para dewan direksi itu saling
memandang. Mereka memang datang ke Kota Sielo yang kecil ini atas perintah Raja
Gangster.
Namun, hanya ada beberapa orang di
dunia, termasuk Killan, yang mengetahui bahwa nama asli Raja Gangster adalah
Deon.
Jadi, mereka semua pun
menggeleng-geleng.
"Kami hanya tahu bahwa beliau
adalah tokoh besar dan kuat di Provinsi Xino!"
Mendengar jawaban itu, para anggota
Keluarga Yossef langsung kegirangan.
"Setelah menebak-nebak sekian
lama, akhirnya kita tahu bahwa orang itu bukan Deon! Kalau orangnya adalah
seorang tokoh besar dari Provinsi Xino, apa hubungannya dengan Kota
Sielo?!"
"Sudah kubilang, bocah itu pasti
membual! Bahkan presiden Negara Lordia pun belum tentu berani menelepon orang
penting sebanyak itu dalam satu hari!"
"Mungkin saja, dia mendengar
dari suatu sumber bahwa ada orang penting yang hendak membantu grup kita,
makanya dia sengaja datang kemari dan memanfaatkan kesempatan itu!"
Luna juga mulai bertanya-tanya,
"Orang penting dari Provinsi Xino, ya?"
"Aku hanya pernah belajar di
luar negeri dan tinggal di Kota Sielo dan sekitarnya, tapi aku belum pernah ke
Provinsi Xino."
Lantas, kenapa ada orang penting dari
Provinsi Xino yang berinisiatif membantunya?
Sebelum Luna mendapatkan jawaban dari
pertanyaan itu, para dewan direksi tadi sudah pergi dengan mobil masing-masing.
"Deon, katakan padaku,
sebenarnya apa semua ini?"
Luna menoleh ke samping dan melihat
ke luar.
Namun, dia malah mendapati bahwa Deon
telah pergi dari tadi!
Luna tiba-tiba teringat sesuatu,
sepertinya tadi dia berkata akan memecat Deon!
Di kantor Departemen Penjualan divisi
tiga.
Deon kembali ke tempat kerjanya dan
mulai mengemasi barang-barangnya.
Dimas melihat Deon berkemas dan
langsung bertanya dengan ekspresi terkejut, "Kak Deon? Apa yang kamu
lakukan?"
"Bu Luna memecatku, jadi aku
harus keluar dari sini," jawab Deon dengan ekspresi sedih bercampur geli.
Dimas membelalak dan bertanya lagi.
"Apa? Kak Deon, kamu baru
diangkat menjadi karyawan tetap, kenapa Bu Luna malah memecatmu? Apakah karena
foto itu?"
"Yah, wanita memang gemar
bertindak sesuka hati dan aku yang nggak beruntung ini kebetulan bertemu bos
seperti itu!"
Deon menghela napas dan hendak pergi
sambil membawa barang-barangnya.
Namun, di saat itu juga ....
Quina bergegas menghampirinya dan
bertanya, " Tunggu! Deon! Kamu mau ke mana?"
No comments: