Bab 84
"Duduk? Bu Luna, apa
maksudmu?"
Deon kebingungan. Apakah wanita ini
sengaja mengusir Bu Suzie karena ingin menyudutkannya di sini?
"Aku menyuruhmu duduk, jangan
banyak bicara!" balas Luna sambil mengangkat alisnya.
Deon pun duduk di sofa.
Sepertinya Luna juga akan duduk di
sofa, tapi bukan begitu!
Dia malah berbaring telentang di sofa
dan menampangkan sosok seksinya tepat di depan mata Deon!
Setelah itu, dia melepas sepatu hak
tinggi kristalnya.
Lalu, dia meletakkan kaki jenjangnya
yang dibalut stoking hitam di lutut Deon.
Deon hampir mimisan, tetapi dia
menahannya.
"Bu Luna, aku bukan orang seperti
itu! Aku nggak berniat menjual tubuhku!"
Sepasang kaki Luna yang dibalut
stoking hitam itu sungguli indah dan menarik perhatiannya, menggoda sekali!
Mendengar jawaban Deon, Luna berkata
dengan nada dingin, "Jangan berpikir yang nggak-nggak, ya!"
"Aku nggak enak badan lagi. Aku
merasa pijatan kakimu kemarin cukup membantu, jadi aku ingin mencobanya
lagi."
Deon akhirnya paham, lalu berkata,
"Ternyata begitu. Bu Luna, seharusnya kamu memberitahuku dari awal, supaya
pikiranku nggak ke mana-mana!"
Semburat merah menghiasi wajah cantik
Luna, tetapi dia berpura-pura acuh tak acuh dan berkata.
"Lakukan saja yang kuminta!
Dasar cerewet, sudah seharusnya kamu mengikuti perintah atasanmu!"
Deon mengangkat alisnya.
"Bu Luna, bukankah satu jam yang
lalu kamu terus berkata akan memecatku? Artinya, sekarang aku bukan lagi
karyawanmu!"
Luna terkejut, lalu berpura-pura
bodoh.
"Benarkah? Kapan aku
mengatakannya? Apakah kamu punya bukti?"
Deon tidak bisa berkata-kata.
Dia tidak takut terhadap preman yang
bersekolah, tetapi dia ngeri menghadapi atasan berpendidikan yang bertindak
seperti preman!
Sebuah ide tiba-tiba muncul di
pikirannya. Dia pun berkata sambil tersenyum jahat, "Oke, aku akan
memijatmu."
Kali ini, Deon tidak sungkan-sungkan.
Dia menarik kaki Luna dengan kasar dan menekankan jari-jarinya ke kaki Luna
dengan kuat!
"Ah!"
Luna terkesiap, seluruh tubuhnya
menegang dan wajahnya merona.
"Berengsek! Dasar bajingan,
kenapa pijatnya kuat sekali?! Sakit, nih!"
"Tentu saja aku harus
melakukannya dengan kuat! Semakin kuat pijatannya, semakin baik pula manfaatnya
bagi tubuhmu. Bu Luna, tahankan saja!"
Deon menolak untuk melepaskan Luna
begitu saja dan memutuskan untuk membalas dendam kepadanya atas semua
ketidakadilan yang dideritanya!
"Bajingan, berhenti!"
"Dasar ... bajingan...
terkutuk...."
Entah kenapa, dia tiba-tiba merasa
sangat enteng hingga suaranya berangsur-angsur hilang.
Di bawah pijatan Deon, Luna yang
mengutuk tak henti di awal akhirnya menurunkan pertahanannya dan sepenuhnya
tenggelam dalam pijatan Deon.
Enak sekali! Saking enaknya, dia
langsung melupakan semua kekhawatirannya!
Sekitar dua puluh menit kemudian.
Deon berhenti memijatnya dan berkata
sambil tersenyum, "Bagaimana perasaanmu?"
Rambut Luna sedikit acak-acakan dan
tubuhnya berkeringat.
Bahkan pakaian dalam dengan garis
luar tebal yang dia kenakan pun samar-samar terlihat.
Mendengar suara Deon, Luna tersadar
dan segera berdiri. Kemudian, dia merapikan bajunya, melipat tangannya dan
berkata dengan nada dingin.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu
berhenti dari tadi? Kenapa kamu nggak berhenti? Kamu nggak tahu kalau waktuku
sangat berharga? Aku nggak punya waktu luang untuk bersantai-santai!"
Deon berkata, "Tapi, menurutku
kamu terlihat menikmatinya."
"Diam! Aku hanya berpura-pura!"
Luna merasa pipinya memanas dan
menggigit bibirnya dengan kesal. Itu membuatnya terlihat imut.
Setelah beberapa saat, dia akhirnya
berkata.
"Ada satu hal lagi yang ingin
kubahas denganmu. Ini mengenai orang-orang penting yang hari ini tiba-tiba
datang dan menginvestasikan enam triliun di Grup Lixon. Sebenarnya, apa
hubunganmu dengan mereka?"
No comments: