Bab 85
Mendengar pertanyaan ini, Deon
merentangkan tangannya dan berkata, "Yah, semuanya seperti yang kamu lihat
sendiri!"
"Jangan mengelak terus. Maksudku
adalah, bagaimana kamu bisa tahu bahwa orang penting dari Provinsi Xino itu
akan berinvestasi di Grup Lixon?"
Lalu, Luna melanjutkan ucapannya kata
demi kata.
"Jangan khawatir, karena kamu
berinisiatif menemui Ketua untuk membantuku, aku nggak akan meminta hal lain
darimu lagi."
"Kamu hanya perlu memberitahuku
satu hal, siapa orang penting dari Provinsi Xino yang membantuku di saat aku
membutuhkan bantuan itu?"
Deon akhirnya paham. Mereka
menganggap identitas Raja Gangsternya sebagai orang lain, bukan Deon Pastillo.
Namun, Deon tidak keberatan dengan
hal ini dan tidak akan repot-repot memperbaiki kesalahan ini.
Dia pun mulai mengarang cerita.
"Dalam perjalanan ke kantor, aku
bertemu para dewan direksi itu dan nggak sengaja mendengar percakapan mereka.
Mereka bilang bahwa seorang tokoh besar memerintahkan mereka untuk
menginvestasikan enam triliun di Grup Lixon.
Luna menercayai cerita ini
sesungguhnya dan bertanya.
"Jadi, apakah kamu mendengar
siapa nama orang penting itu?"
Deon menggeleng-geleng dan berkata,
"Nggak."
Yang benar saja! Tidak mungkin Deon
menyebutkan namanya sendiri, 'kan?
Mata Luna yang indah berkilap kecewa.
Dia berkata, " Sayang sekali. Ya, sudah. Kamu boleh pergi."
"Mengangkatmu menjadi ketua tim
adalah hadiah dariku untukmu. Lakukanlah yang terbaik!"
"Baik. Terima kasih, Bu
Luna!"
Setelah itu, Deon meninggalkan kantor
Luna dan menutup pintunya.
Namun, Luna tiba-tiba menengadah dan
melihat punggung Deon.
"Cih! Deon, kamu pasti
berbohong! Aku yakin ada yang kamu sembunyikan...."
Pukul lima sore.
"Pulang, pulang! Sif kerja
sialan ini akhirnya selesai juga!
Dimas menutup laptopnya dengan kuat
dan tidak sabaran, tetapi dia malah melihat Pak Ketua Tim Deon masih bekerja
tanpa suara dengan kepala tertunduk!
"Kak Deon, meskipun kamu baru
saja dipromosikan, kamu nggak perlu bekerja terlalu keras! Ayo kita keluar, aku
akan-membawamu ke tempat refleksi kaki!"
Dimas menyeringai, lalu berdiri dan
menepuk bahu Deon sambil tersenyum licik.
"Kabarnya, di dekat sini ada
tempat refleksi yang baru dibuka dan gadis-gadis di sana sangat
cantik...."
Deon menengadah dan menjawab sambil
tersenyum naif.
"Haha! Aku tahu kamu punya niat
nggak baik. Hari ini aku nggak bisa karena ada yang harus kuselesaikan hari ini
juga. Lain hari saja!"
Setelah pulang kerja, Deon langsung
pergi ke pinggiran kota.
Di dalam hutan, terdapat sebuah tenda
militer yang terbengkalai. Seorang pria dengan fitur wajah yang tegas sedang
berjongkok sambil merokok dan melihat sekitaran dengan tatapan tajam.
Setiap orang yang lewat akan
menyerukan sesuatu dengan lantang.
"Bukankah itu Killan Nobu, Dewa
Perang termuda di negara kita? Kenapa dia menjaga pintu tenda yang rusak
seperti satpam?"
Melihat Deon datang, Killan langsung
memadamkan rokoknya, karena dia tahu bahwa Deon tidak menyukai bau asap
"Killan, bagaimana
keadaannya?" tanya Deon.
"Kak Deon, pria itu ada di
dalam. Aku berhasil membuatnya membeberkan rahasianya dan dia akan melakukan
apa saja!"
Killan menjawab dengan sangat yakin.
Deon masuk ke dalam tenda.
Di dalam, Bagas sedang berlutut di
lantai dengan rambut acak-acakan dan badan berlumuran darah. Melihat Deon
masuk, dia ketakutan dan berteriak seperti orang gila.
"Jangan bunuh aku! Tuan Raja
Gangster! Tolong jangan bunuh aku!"
Dia langsung memohon karena tahu
bahwa dia sedang berhadapan dengan pria terkuat di dunia!
Deon berkata dengan nada merendahkan,
"Katakan, sebenarnya apa perjamuan yang melibatkan Luna itu!"
Bagas menjawab dengan ketakutan.
"Sebenarnya, dalang di balik
semuanya seorang pria bernama Tuan Sven, dialah yang menjebakku dan memaksaku
untuk melakukannya!"
"Pria bernama Tuan Sven ini
mengaku berasal dari Organisasi V dan kekuatannya sungguh tak terduga! Aku
hendak melawannya dengan seluruh kekuatanku, tapi aku hampir mati hanya dalam
belasan detik!"
Mendengar Bagas menyebut Organisasi
V, jantung Deon berdegup lebih kencang.
Sesuai dugaannya, kejadian ini
terkait dengan Organisasi V.
Namun, kenapa Tuan Sven ingin
membunuh Luna? Tidak mungkin hanya untuk membantu Bagas membalaskan dendam!
"Jelaskan lebih lanjut."
No comments: