Bab 2623
Gerbang Nether Crypt
bergemuruh terbuka, dan sesosok tubuh tinggi dan putih muncul melalui celah
yang semakin melebar.
Dustin berdiri dengan kedua
tangan terlipat di belakang punggung. Cahaya keemasan berputar di
sekelilingnya, membuat langit malam tampak cerah seperti siang hari. Kabut
hitam yang merembes melalui pintu seketika menghilang begitu menyentuh cahaya
itu.
"Mau lari?" Suaranya
menggelegar bagai guntur di lorong. "Ketika kau membantai puluhan ribu
orang tak berdosa, apa kau pikir hari ini takkan pernah datang?"
Kilatan ganas melintas di mata
Lucan. Ia melemparkan kulit manusia itu ke atas dan berteriak, "Ritus
Crimson—lepaskan!"
Sepotong kulit manusia itu
mengembang di udara, membengkak menjadi tirai merah raksasa. Wajah-wajah
manusia yang terpelintir menggeliat dan menjerit di permukaannya, meregangkan
dagingnya saat mereka mencakar dari dalam.
Pada saat itu, Cryptbound
Twelve menyerang serempak.
Bilah tulang, cambuk, dan
tombak merobek udara saat dua belas bayangan kabur -masing-masing melolong
dengan kekuatan setajam silet- menyerang ke arah Dustin.
“Permainan anak-anak.”
Dustin mendengus dan
menjentikkan tangan kanannya dengan santai. Gerakan yang tampak mudah itu
menghasilkan embusan angin keemasan.
Kedua belas senjata tulang itu
hancur berkeping-keping, dan Dua Belas Cryptbound terpental mundur. Mereka
menghantam dinding batu dengan kekuatan yang menghancurkan tulang, dan darah
mereka menyembur ke permukaan dengan cipratan merah terang yang mengerikan.
Mata Lucan terbelalak kaget.
Ia segera membentuk segel tangan dan berteriak, "Formasi
Spektral—bergabung menjadi satu."
Dua Belas Cryptbound yang
jatuh tersentak tegak seperti boneka marionette yang patah. Tubuh mereka
terpelintir pada sudut yang mustahil saat kedua belas sosok itu langsung
menyatu menjadi seorang Necro Tyrant setinggi hampir 9 meter.
Matanya menyala dengan api
hijau yang mengerikan, dan ia mencengkeram kapak raksasa yang ditempa dari
tengkorak yang tak terhitung jumlahnya. Racun yang menetes pada bilahnya
mendesis saat ia menggerogoti lubang-lubang yang dalam di tanah.
"Datanglah dan ujilah
kekuatan ilahi tertinggi perjanjian kita." Suara Lucan menggema dari dalam
Necro Tyrant, diiringi tawa arogan.
Seraya maju dengan langkah
yang menggetarkan bumi, Necro Tyrant mengayunkan kapak raksasanya ke arah
Dustin dengan kekuatan yang menghancurkan tulang. Udara melengkung di
belakangnya, dan roh-roh liar yang terikat pada bilah kapak itu menjerit
seperti banshee.
Namun, Dustin tak gentar.
Perlahan ia mengangkat tangan kanannya, sementara cahaya keemasan berkumpul di
telapak tangannya, mengembun menjadi bola seukuran bola bowling. Rune-rune
misterius bersilangan di permukaannya, setiap putaran mengirimkan getaran ke
seluruh realitas.
"Remukkan!" teriak
Dustin.
Bola emas itu melesat ke arah
Necro Tyrant bagaikan komet. Saat mereka bertabrakan, waktu seakan berhenti.
Cahaya yang menyilaukan
menyelimuti seluruh lorong, dan roh-roh liar itu menjerit kesakitan saat mereka
hancur seperti salju di dalam tungku.
Kapak besar milik Necro Tyrant
hancur terlebih dahulu, diikuti oleh tubuh besarnya yang hancur
berkeping-keping.
Jeritan Cryptbound Twelve
bergema satu demi satu, tetapi tak satu pun jasad tersisa. Akhirnya, mereka pun
lenyap menjadi debu.
Lucan bergegas keluar dari
gumpalan debu tulang. Ia telah melepaskan wujud manusianya menjadi sesuatu yang
mengerikan. Itu adalah gumpalan daging dan darah yang menggeliat, dipenuhi
puluhan mata yang berkedip-kedip tanpa kelopak mata.
"Aku akan membawamu turun
bersamaku!" teriaknya.
Gumpalan mengerikan itu
meledak menjadi miliaran benang darah setipis silet yang menyerbu ke arah Dustin
bagai tsunami merah tua. Setiap benang mengandung Decayspit, racun paling
mematikan di dunia. Setetes saja bisa melelehkan seorang grandmaster menjadi
genangan cairan.
Namun, cahaya keemasan di
sekitar Dustin tiba-tiba berkobar lebih terang, membentuk penghalang yang tak
tertembus. Benang-benang darah menghantamnya tanpa bahaya, seperti tetesan
hujan yang mengenai payung.
Dengan jentikan jarinya,
Dustin menembakkan sinar energi emas terkonsentrasi dan menembus inti tulang
hitam yang tersembunyi di dalam gumpalan daging.
“Tidak…” Teriakan kesakitan
Lucan bergema di sepanjang lorong.
Gumpalan darah itu layu dengan
cepat dalam cahaya keemasan hingga wujud manusia aslinya muncul kembali. Saat
itu, ia tak punya apa-apa lagi untuk dilawan. Ia terkulai ke tanah, matanya
berkilat antara ketakutan dan amarah yang mendalam.
Dustin perlahan mendekatinya
dan menatap dalang kekacauan itu. "Perjanjian Tengkorakmu telah melakukan
kekejaman yang tak terhitung jumlahnya. Pemerintahan terormu berakhir hari
ini."
Lucan tiba-tiba tertawa
terbahak-bahak. "Kau pikir semuanya sudah berakhir hanya karena kau
membunuh kami? Ebon sudah tahu apa yang terjadi. Dia akan membalaskan dendam
kita dan memastikan Dragonmarsh membayar kematian kita."
Ekspresi Dustin menggelap, dan
ia memunculkan cahaya keemasan di telapak tangannya. Tawa Lucan tercekat di
tenggorokannya saat tubuhnya lenyap menjadi gumpalan asap biru.
Setelah semua ancaman
dilenyapkan, Dustin berbalik menuju kedalaman Nether Crypt. Lubang neraka bawah
tanah ini telah merenggut banyak nyawa tak berdosa. Tengkorak-tengkorak yang
tertanam di dinding menjadi saksi bisu kengerian yang tak terkatakan.
Ia menarik napas dalam-dalam
dan melepaskan seluruh kekuatannya tanpa hambatan. Energi keemasan menderu
melalui lorong-lorong bagaikan sungai yang deras.
Dinding-dinding batu yang
kokoh runtuh bagai kertas dalam gelombang cahaya keemasan. Altar-altar,
ruang-ruang tersembunyi, dan sel-sel penjara di dalam ruang bawah tanah—setiap
jejak kejahatan terakhir terhapus dalam badai cahaya keemasan.
Gemuruh terakhir mengguncang
bumi saat seluruh Nether Crypt runtuh. Gunung di atasnya runtuh dalam longsoran
batu dan puing. Ketika debu mereda, Dustin telah lenyap di langit malam.
Seribu mil jauhnya, di sebuah
lembah tersembunyi, Ebon duduk bersila, bermeditasi. Matanya tiba-tiba terbuka
ketika liontin tulang di lehernya retak dan hancur berkeping-keping.
No comments: