Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2982
"Kalian cari mati!" teriak
Leluhur Keempat Belas penuh amarah, wajahnya merah padam seperti mau meledak.
"Kakek! Kamu tahan dulu
ya!" balas Leluhur Keenam Belas dengan panik sambil lari terbirit-birit.
Namun di belakangnya, terdengar suara
pelan dan dingin yang membuat bulu kuduk meremang.
"Datang untuk kubunuh, masih mau
kabur?"
Itu suara Adriel! Dia muncul begitu
cepat dari belakang, dan duar! Satu pukulan keras mendarat di punggung Leluhur
Keenam Belas, membuatnya muntah darah. Namun anehnya, dia tidak membalas,
bahkan tidak menoleh. Dia justru memanfaatkan momentum pukulan itu untuk kabur
makin jauh!
Sayangnya, Adriel lebih cepat dari
bayangan. Dia menukik turun seperti kilat dan langsung mengayunkan pedang.
Crak! Petir menyambar, cahaya menyilaukan, aura pedang itu benar-benar
menakutkan!
Leluhur Keenam Belas merasakan gelombang
energi dahsyat dari belakang. Rambutnya berdiri semua. Kalau tebasan itu
mendarat, nyawanya pasti melayang!
Untungnya, di saat kritis, sebilah
tombak besar terbang menyambut dan menangkis serangan itu!
Itu Leluhur Keempat Belas! Dia
berdiri tepat di depan Adriel, wajahnya gelap. Tanpa menoleh, dia berkata,
"Kejar ayahmu yang pengecut itu. Cepat pergi!"
"Kakek?"
Leluhur Keenam Belas terpaku.
Dia kira akan ditampar lagi.
"Orang ini bukan sembarangan.
Cari bantuan!" ujar Leluhur Keempat Belas sambil mengeluarkan sebotol
kecil Darah Keabadian, lalu menuangkan beberapa tetes ke tangan cucunya.
"Baik!"
Leluhur Keenam Belas langsung meneguk
cairan itu.
Seketika, napasnya pulih,
luka-lukanya menutup dengan cepat, bahkan lengan buntungnya pun berhenti berdarah.
Namun ... lengan itu tetap tidak tumbuh kembali.
Tanpa buang waktu, dia langsung kabur
mengejar arah lari ayahnya.
Pemandangan itu membuat Davina dan
yang lainnya benar-benar terpukau.
Bahkan Sofia dan Dewina seperti baru
saja dihantam kenyataan keras.
Itu... setengah raja ilahi, 'kan?
Sosok yang selama ini mereka pandang tinggi sekarang justru kabur ketakutan
dari Adriel?
"Bisa kasih jalan hidup ke cucu
sendiri ... cukup menyentuh juga," kata Adriel sambil tersenyum.
Leluhur Keempat Belas menatapnya
lekat-lekat. Wajahnya menyeringai, lalu tertawa dingin dan berkata, "Kamu
pikir kubiarkan mereka kabur karena kasihan? Salah! Aku hanya ingin
menyingkirkan mereka, supaya aku bisa menguasai semuanya!"
Tatapan matanya berubah tajam.
"Kamu ... pewaris Tabib Agung, bukan?" tanyanya tiba-tiba.
"Oh?"
Adriel memandangnya dengan sedikit
keterkejutan. Lalu dia tersenyum dan membalas, "Pantas saja kamu jadi yang
paling tua. Memang lebih pintar dari mereka. Tapi kamu nggak takut mati
kekenyangan?"
Sambil berkata, dia melangkah maju,
auranya menggelegak seperti badai.
Namun, Leluhur Keempat Belas justru
tersenyum, tenang tanpa rasa takut. "Nggak takut," jawabnya.
Seketika, dia mengeluarkan empat botol
Darah Keabadian dari kantong penyimpanan, dan langsung memecahkannya. Wuuush!
Cairan darah itu berubah menjadi energi darah yang menggulung deras ke dalam
tubuhnya!
Beberapa luka di tubuhnya langsung
pulih. Tubuhnya yang semula keriput dan kurus kering perlahan membesar,
kulitnya kencang, auranya meledak! Rambutnya menjadi hitam dan tebal, sorot
matanya menyala seperti obor. Energi darah menyelimuti seluruh tubuhnya.
Matanya kini merah menyala, wajah
yang kembali muda itu dipenuhi keganasan.
Dia menatap Adriel dengan tatapan
buas dan berkata, "Empat botol Darah Keabadian! Bisa dibilang aku sudah
taruhan besar... Tapi sekarang aku nyaris abadi. Kamu sudah pasti jadi
milikku!"
Adriel menatapnya, lalu berkata
datar, "Hanya segini?"
"Hahaha! Kamu pewaris Tabib
Agung. Kalau nggak punya kemampuan, mana mungkin aku repot-repot berjuang untuk
dapatkan warisanmu!"
Tawa Leluhur Keempat Belas bergema
keras. Saat kata terakhir keluar dari mulutnya, cahaya ungu keemasan dari
tubuhnya meledak dahsyat! Dan di dalam cahaya itu... perlahan muncul
bayangan-bayangan manusia.
Bayangan-bayangan itu berdiri tegak
di belakang Leluhur Keempat Belas. Semuanya menatap Adriel. Diam, tetapi
memancarkan aura mencekam yang tak bisa dijelaskan.
No comments: