Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2977
Saat itu, begitu melihat aura Adriel
kembali meningkat, Leluhur Kelima Belas dan Keenam Belas langsung membelalakkan
mata tak percaya.
"Segel keempat dari Teknik
Penerobos Surgawi!"
Begitu melihat teknik itu muncul,
keduanya langsung terpaku di tempat.
"Kamu ... kamu... "
Leluhur Kelima Belas menatap Adriel
dengan syok, bahkan nyaris tak bisa berkata-kata.
"Kekuatan setara master ilahi
tingkat sembilan..." gumam Leluhur Keenam Belas, menatap Adriel dengan
bingung.
"Apa aku terlalu keras waktu
itu?" lanjutnya.
Padahal sebelumnya saja Adriel sudah
mampu bertarung seimbang dengan mereka, dan sekarang... dia malah menembus
segel keempat?
"Dia mencapai segel keempat...
master ilahi tingkat sembilan apa dia sekuat itu?" seru Sofia sambil
menatap sosok Adriel di udara dengan wajah penuh keterkejutan.
"Tunggu saja, pertarungannya
baru dimulai," ujar Davina sambil tersenyum tipis.
Sofia pun kembali menatap ke arah
pertempuran dengan mata berkilat-kilat.
Saat itu, tubuh Adriel bersinar
terang keemasan, sorot matanya dingin membelah udara. Dia melangkah maju ke
arah Leluhur Keenam Belas sambil berkata datar, "Ada pesan terakhir?"
Tatapan Leluhur Keenam Belas mulai
gemetar. Dia merasa jantungnya berdebar hebat, bahkan tubuhnya ikut bergetar.
Tekanan yang begitu besar!
"Kamu ... kamu ... "
Semakin Adriel mendekat, wajah
Leluhur Keenam Belas semakin pucat. Dia melangkah mundur ketakutan.
Plak!
Tiba-tiba, sebuah tamparan mendarat
di wajahnya, dari Leluhur Kelima Belas. Leluhur Keenam Belas langsung menoleh
dengan kaget, melihat wajah Leluhur Kelima Belas yang dipenuhi amarah saat
membentak, "Nggak perlu panik! Kita ini bangsawan! Sekali pun mati, kita
mati dengan berdiri! Jangan mundur!"
Setelah itu, dia menatap Adriel
dengan tatapan beringas dan berteriak, "Segel keempat? Hah! Aku tidak
percaya kamu bisa membunuhku!"
Leluhur Keenam Belas menatapnya
kosong, tetapi sekejap kemudian, dia juga memutar wajah ke arah Adriel, sorot
matanya jadi buas. "Benar! Keluarga kerajaan tidak pernah takut
padamu!" teriaknya.
Begitu selesai, dia langsung
mengangkat tombak tempurnya dan menerjang ke arah Adriel!
Seluruh energi di tubuhnya terbakar
habis-habisan.
Tanpa ragu. Tanpa takut mati.
Bum!
Namun, Adriel sama sekali tidak
menghindar. Seluruh tubuhnya bersinar terang seperti terbuat dari emas kaca.
Dia langsung melangkah maju dengan darah mendidih di dalam tubuhnya, tinjunya
berubah jadi warna emas murni, dan dihantamkan dengan kekuatan penuh!
Duar! Tinju dan tombak bertabrakan
hebat. Leluhur Keenam Belas langsung menjerit. Tombaknya terlepas dari tangan,
direbut oleh Adriel. Lalu, satu pukulan telak mendarat di tubuhnya hingga
seluruh tubuhnya bergetar hebat. Tulang-tulangnya patah entah berapa banyak,
dan darah menyembur dari mulutnya!
Namun dengan sekuat tenaga, dia
bertahan dari serangan itu. Wajahnya menegang, kedua tangannya menggenggam erat
tinju Adriel, mata merah darah menatap tajam sambil tertawa histeris, "Aku
sudah menangkapmu! Ayo mati bersama! Ayah! Bunuh dia!"
Demi menciptakan kesempatan
pembunuhan, dia rela menjadikan tubuhnya umpan dan melukai dirinya sendiri untuk
menjebak Adriel.
Namun ... tunggu.
Ayahnya mana?
Dia menoleh ke belakang, belum juga
merasa serangan datang, malah berteriak putus asa, "Ayah! Kamu ke
mana?"
Yang terlihat hanyalah sosok punggung
Leluhur Kelima Belas yang tengah melarikan diri, sambil berkata, "Anakku
yang hebat, tahanlah sebentar! Nanti Ayah akan balaskan dendammu!"
"Kamu..."
Leluhur Keenam Belas membelalakkan
mata, syok luar biasa. Bugh! Darah langsung muncrat dari mulutnya.
"Kau bohong!" raung dia
sekuat tenaga.
Sikap ingin mati bersama yang
ditunjukkan ayahnya tadi ternyata cuma sandiwara! Seketika, seluruh mentalnya
hancur total!
"Kamu pernah jadi kaisar, masa
sebodoh itu? Kamu masih belum paham cara kerja bangsamu sendiri?"
Tiba-tiba, suara dingin terdengar. Dia
tersentak, menoleh, dan melihat wajah Adriel yang penuh ejekan.
Leluhur Keenam Belas langsung gemetar
ketakutan. Tubuhnya sudah penuh retakan, darah terus mengucur. Pukulan tadi
terlalu ganas, dia jelas tak bisa menahannya!
"Aku... kalau aku menyerah
sekarang... masih sempat?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Menurutmu?" balas Adriel
sambil menyipitkan mata, suaranya sedingin es.
No comments: