Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2978
Tiba-tiba, saat itu juga, sesosok
bayangan melesat mendekat dengan kecepatan luar biasa. Adriel dan Leluhur Keenam
Belas sama-sama tertegun saat melihatnya.
Sosok itu seolah mengerahkan seluruh
kekuatannya untuk kembali, dan mengejutkannya, ternyata itu adalah Leluhur
Kelima Belas yang balik lagi!
"Ayah, kamu sadar juga
akhirnya?" seru Leluhur Keenam Belas dengan bingung.
Lalu, matanya langsung berkaca-kaca
saat berkata, " Aku tahu kamu pasti nggak akan meninggalkanku!"
Namun, begitu Leluhur Kelima Belas
semakin dekat, barulah terlihat dengan jelas, di wajahnya kini ada bekas
tamparan merah membengkak. Wajahnya pucat, penuh kepanikan. Gerakannya pun
bukan seperti orang yang datang menyelamatkan, melainkan seperti sedang kabur
mati-matian!
Dan tepat di belakangnya, cahaya ungu
keemasan menyapu langit. Gelombang demi gelombang energi sejati yang megah dan
menakutkan terus menghujani wajahnya!
Dalam sekejap, Leluhur Kelima Belas
pun dihajar hingga wajahnya merah bengkak. Dia pun panik dan memohon sambil
menjerit, "Ayah! Jangan pukul lagi! Aku salah! Aku tahu aku salah!"
Plak!
Satu tamparan lagi mendarat. Energi
ungu keemasan membentuk telapak tangan besar dan menghempaskannya puluhan meter
jauhnya, membuatnya kembali ke medan pertempuran!
Tak lama kemudian, terdengar suara
geram membahana dari belakang, "Anak tidak berguna ! Berani-beraninya lari
dan menjual anak sendiri demi keselamatanmu! Aku menyesal pernah memilihmu jadi
pewaris!"
"Apa-apaan ini... " gumam
Leluhur Keenam Belas yang nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Adriel juga memandangi dengan
ekspresi aneh, lalu menebak bahwa Leluhur Kelima Belas diusir kembali oleh
Leluhur Keempat Belas.
Dia pun berkata sambil terkekeh,
"Wah, keluarga kakek-ayah-anak ini benar-benar buat heboh, ya."
Leluhur Kelima Belas kini kembali ke
tengah medan, dan tatapan malu Leluhur Keenam Belas padanya membuatnya tambah
tertekan. Apalagi dengan penampilannya yang babak belur... benar -benar
kehilangan muka.
Seketika dia mengalihkan amarahnya ke
Adriel, membentak, "Apa lihat-lihat? Nanti matamu kucongkel, kuinjak
sampai hancur!"
Adriel memandangi wajahnya yang
bengkak, lalu mengerutkan dahi dan berkata datar, "Dari mana asal daging
kukus yang bisa ngomong ini?"
"Kamu!"
Leluhur Kelima Belas langsung
mendelik marah, lalu mendengus dingin, "Masih bisa bercanda? Kamu boleh
punya seribu jurus rahasia sekalipun, tetap mati hari ini! Ayahku sudah
datang!"
"Oh, ya?"
Adriel pun menoleh ke langit dan
menyipitkan mata sedikit.
Bum!
Sebuah sosok diselimuti cahaya ungu
keemasan turun dari langit, auranya mengguncang seluruh medan. Dari
pori-porinya terpancar energi sejati berwarna ungu keemasan, membentuk
naga-naga kecil yang melingkar di sekeliling tubuhnya. Sosok itu tampak mulia dan
menakutkan.
Begitu sosok itu mendarat, Leluhur
Kelima Belas langsung menyongsong dengan penuh semangat, " Ayah... "
Plak!
Sebuah tangan besar menyembul dari
cahaya dan menamparnya lagi, membuat tubuhnya oleng dan hampir terjatuh.
"Nggak heran waktu di Gunung
Ratuna, kamu pilih zirah emas lunak, kamu memang pengecut dari dalam tulang!
Memalukan!" terdengar suara bentakan berat menyusul tamparan itu.
Leluhur Kelima Belas hanya bisa
memegangi pipinya sambil tertunduk, tak berani membalas.
"Kakek!" seru Leluhur
Keenam Belas, langsung berkaca-kaca saking terharunya melihat sosok itu.
Dia bahkan tidak peduli lagi pada
ayahnya sendiri.
Namun, kakeknya langsung membentak,
"
Beraninya nangis! Malu aku punya
keturunan nggak berguna kayak kalian! Apa nasib keluarga kerajaan habis di
generasi kalian?"
Cahaya ungu keemasan itu perlahan
menghilang, dan sosok sang kakek pun terlihat jelas. Dia tampak seperti pria
paruh baya, kurus kering seperti sebatang kayu dibungkus jubah ungu yang
terlalu besar. Namun, dua matanya berkilau tajam bagaikan dua bilah pisau,
tajam dan penuh wibawa.
Adriel juga melihat ke arah orang
itu.
Itulah dia, Leluhur Keempat Belas!
Dalam sejarah Negara Elang, dia
dikenal sebagai raja yang tegas dan berdarah dingin. Ayahnya, Leluhur Ketiga
Belas, terlalu lembek hingga menyebabkan negara penuh korupsi dan kemerosotan.
Narhun, begitu naik tahta, dia langsung bertindak keras. Rakyat dan bangsawan
semuanya dibereskan. Bahkan kesalahan kecil pun bisa dihukum mati sekeluarga.
Namun justru karena itu, masa pemerintahannya membawa ketenangan luar biasa di
dalam negeri.
Kini, Leluhur Keempat Belas menatap
tajam ke arah Adriel. Wajahnya suram saat berkata, "Kamu yang bikin
anak-cucuku jadi seperti ini?"
Adriel mengangguk pelan dan membalas
singkat, " Betul."
Bum!
Leluhur Keempat Belas langsung
menyerang. Tanpa banyak cakap, dia mengayunkan tangan dan mengirimkan semburan
energi pedang ungu keemasan yang melesat seperti petir, auranya benar benar
menakutkan.
Berbeda dengan para cucunya yang
banyak omong, dia langsung main serang begitu melihat Adriel.
Tegas dan tanpa ragu!
Adriel sedikit terkejut, tetapi
segera tersenyum dan menggeser tubuhnya, menghindari serangan itu.
Energi pedang melesat ke belakang,
lalu sraaak! Membelah tanah dan ...
Duar!
Tanah langsung terbelah dan meledak.
Davina yang melihat itu langsung berubah wajah, menarik dua saudari keluarga
Janita dan melesat ke udara. Dari atas, dia menoleh ke bawah dan menahan napas.
Seluruh tanah dalam radius ribuan
meter langsung hancur jadi debu, melayang jadi asap di udara. Apa pun yang ada
di dalam sana...pasti sudah berubah jadi abu.
No comments: