Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2945
"Aku ini nggak pernah berbohong,
lebih nggak berani membohongi Leluhur Kedelapan Belas," ujarnya.
Adriel menatapnya dan berkata dengan
lembut," Bisakah aku bertemu dengan Leluhur Kedelapan Belas untuk
menjelaskan secara terperinci?"
Dia takut akan mengacaukan situasi
jika dilakukan dengan cara bertarung, dan itu akan membuat Leluhur Kedelapan
Belas melarikan diri.
Pemuda itu sangat senang, lalu
buru-buru berkata, " Bisa, bisa, ikut aku!"
Saat ini Leluhur Kedelapan Belas
hampir tidak tahu apa-apa tentang Adriel. Yang dia tahu adalah semua orang yang
pergi membunuh Adriel di penghalang pertama sudah mati, kemudian Leluhur
Ketujuh Belas pergi, dan dia juga mati.
Dia tidak tahu kekuatan dan kemampuan
apa saja yang dimiliki Adriel.
Saat ini seluruh alam rahasia sedang
mengumpulkan informasi tentang Adriel.
Dia bahkan tidak percaya dirinya akan
bertemu dengan orang yang tahu begitu saja. Lalu, dia segera membawa Adriel
menuju pegunungan.
Saat Adriel mengikutinya masuk, dia
merasakan tekanan kuat yang turun. Dia melewatinya tanpa hambatan, dan
tiba-tiba wajahnya terlihat aneh, dia tidak menyangka bisa masuk dengan begitu
mudah.
Harus diketahui bahwa formasi ini
melindungi dari luar, bukan dari dalam.
Adriel berkata dengan santai dan
matanya menatap ke depan.
Di sana terdapat sebuah gerbang
gunung yang berdiri tegak, di tengahnya terdapat jalan setapak yang
berkelok-kelok menuju puncak gunung. Sepanjang jalan terlihat banyak paviliun
dan bangunan lainnya, sementara di puncak gunung terdapat sebuah istana yang
megah dan berkilauan di bawah sinar matahari, seperti kediaman seorang kaisar.
"Di sana tempat kediaman Leluhur
Kedelapan Belas? " tanya Adriel.
"Benar," Pemuda itu sambil
berjalan, sambil memandang Adriel dengan penuh kekaguman dan bertanya,
"Omong-omong, dengan kekuatanmu ini, bagaimana kamu bisa selamat dari
tangan Adriel?"
"Hanya keberuntungan saja,"
Kata Adriel sambil tersenyum.
Saat ini, pemuda itu mengagumi dan
berkata kepada beberapa penjaga di depan gerbang, "Ini adalah pahlawan
yang selamat dari tangan Adriel, dia ingin bertemu dengan Leluhur Kedelapan
Belas, cepat beritahu! Ah, lupakan saja, minggirlah, aku akan langsung
membawanya!"
Mendengar perkataannya, beberapa
penjaga pun terkejut dan segera memberi jalan.
Namun, tiba-tiba terdengar suara yang
terkejut." Sofia?"
Namun, yang terlihat hanyalah seorang
wanita cantik yang keluar dari jalan setapak di pegunungan.
Melihat orang ini, semua orang segera
memberi hormat. "Salam hormat, Bu Susan!"
Sementara Susan menatap Sofia dengan
ekspresi bermain-main dan berkata, "Sofia, aku kira seluruh keluargamu
sudah dimusnahkan oleh Adriel, ternyata kamu belum mati. Bagaimana kamu bisa
berada di sini?"
"Bu Susan kenal mereka?"
Pemuda itu bertanya dengan heran.
Wanita ini adalah selir Jeremy yang
sebagai pengurus besar penghalang kedua, dia dihormati sebagai Nyonya Ketiga,
namanya adalah Susan. Konon dia adalah pelayan dari salah satu keluarga, siapa
sangka dia beruntung dipilih oleh Jeremy dan dijadikan selir.
"Bagaimana mungkin nggak kenal?
Dia adalah teman bermain waktu aku kecil,"
Susan berkata sambil tersenyum
dingin.
Sofia meliriknya, lalu berkata dengan
ekspresi dingin, "Susan, aku cukup baik kepadamu, meskipun kamu nggak mau
mengakui pernah menjadi pelayanku, tapi seharusnya kamu nggak perlu bersikap
jahat seperti ini, 'kan?"
"Apa yang nggak berani aku akui?
Kalau bukan karena kamu nggak mau menjadi selir Pak Jeremy waktu itu, bagaimana
mungkin ada kesempatan untukku? Aku justru harus berterima kasih atas
kesombonganmu. Kalau bukan karena kamu, bagaimana keluarga kami ada kesempatan
pindah ke penghalang kedua?"
Susan menatapnya, lalu berkata dengan
nada mengejek, "Tampaknya karena kesombonganmu waktu itu, seharusnya
keluarga Janita sudah dimusnahkan, 'kan?"
Adriel menatap Sofia dan berkata,
"Siapa orang bodoh ini?"
"Keturunan bawahan yang kami
bawa masuk ketika keluarga Janita memasuki alam rahasia. Jeremy, pengurus besar
tempat ini pernah mengirim orang untuk memilih selir, dan aku berhasil
menghindar, sedangkan dia bergegas untuk dilihat, dan kemudian seperti ini...
" kata Sofia.
Sofia merasa sedikit tak berdaya.
No comments: