Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2960
Formasi Tabib Agung adalah aset
terbesar keluarga kerajaan. Begitu diaktifkan, ini akan menjadi masalah hidup
mati bagi alam rahasia. Sekarang, Adriel hanyalah seorang pemberontak yang baru
mulai berkembang. Dia tidak layak untuk menghadapi Formasi Tabib Agung!
"Tapi, orang ini memang nggak
bisa dibiarkan begitu saja. Menurutku, si penjaga pintu juga sedang mencarinya,
ingin berkolaborasi dengannya untuk melawan keluarga kerajaan," ujar
seseorang dengan ekspresi muram.
Kelompok penjaga pintu ini terus
menerus menerima pukulan, tetapi masih bisa bertahan. Mereka juga memiliki aset
tersembunyi dan merupakan ancaman besar bagi keluarga kerajaan. Dulu, mereka
takut akan kekuatan keluarga kerajaan dan tidak berani bertindak. Sekarang
dengan munculnya Adriel, mungkin si penjaga pintu akan mengambil kesempatan
untuk membuat kekacauan.
"Bunuh Adriel dulu! Kalau
penjaga pintu berani bertindak, lebih baik manfaatkan kesempatan untuk membunuh
mereka semua!"
Tatapan Leluhur Kelima Belas tampak
kejam!
Semua orang mengangguk setuju.
"Adriel ini seperti tikus busuk,
terus bersembunyi dan nggak berani langsung menghadapi keluarga kerajaan!"
Leluhur Kelima Belas merasa sangat
frustrasi. Dia memiliki kekuatan untuk menghancurkan pemberontak dengan mudah,
tetapi malah terhambat di sini.
Amarah di hatinya makin memuncak. Dia
menyapu pandangan ke sekeliling dan berkata, "Teruskan pencarian! Aku
nggak akan pulang sebelum membunuhnya!"
Tiba-tiba, pada saat itu juga,
seseorang datang dengan tergesa-gesa.
Tak lama kemudian, orang itu berhenti
dan memberi hormat kepada Leluhur Kelima Belas, kemudian berkata dengan cepat,
"Leluhur Kelima Belas, aku adalah utusan Leluhur Kedelapan Belas. Adriel
baru saja melarikan diri dari penghalang kedua!"
Semua orang langsung bersorak senang!
Leluhur Kelima Belas menunjukkan
ekspresi terkejut. "Apa maksudnya melarikan diri dari penghalang kedua?
Dia berhasil melewati penghalang kedua?"
"Benar, dia punya mata-mata di
penghalang kedua, dan saat melarikan diri, dia membawa separuh dari harta
karun... " ujar utusan itu sambil menyeka keringatnya.
"Apa yang dilakukan oleh cicitku
ini?"
Makin mendengarnya, dia makin marah,
tatapannya tampak dingin.
"Leluhur Kedelapan Belas telah
diserang diam-diam, tapi Adriel juga terluka. Kalau kamu bisa menemukannya,
membunuhnya takkan sulit!" Utusan itu mengulang pesan dari Leluhur
Kedelapan Belas dengan cemas.
"Dasar nggak berguna! Kenapa
bisa diserang diam-diam oleh orang yang begitu lemah? Bagaimana bisa kamu
menjadi cucu kesayangan Kaisar Pendiri?"
Leluhur Kelima Belas memandangnya
dengan wajah dingin, lalu tiba-tiba menatap ke arah penghalang kedua. Matanya
dipenuhi dengan kebencian. " Adriel... "
Sesaat kemudian, dia melompat pergi!
Saat ini.
Di tepi sebuah sungai kecil.
Seorang pria tua duduk di tepi
sungai, memegang pancing dengan santai, di sampingnya ada keranjang ikan yang
kosong.
Di sebelahnya, seorang pria berbaju
hitam perlahan mendekat, lalu berdiri di tepi sungai dan diam tak bergerak.
Pria tua itu mengerutkan kening dan
berkata, " Pelan sedikit jalannya, ikan-ikan semua ketakutan."
"Datang tiga Kaisar."
Suara pria berbaju hitam itu terdengar
dingin.
Pria tua itu langsung mengangkat
pancing, mengambil gentong minuman kecil, lalu berdiri.
"Nggak memancing lagi?"
kata pria berbaju hitam itu.
"Ikannya sudah terpancing, masih
mau memancing apa lagi?" kata pria tua itu dengan acuh tak acuh.
"Kamu pakai anakmu sendiri
sebagai umpan, kamu memang cukup kejam," kata pria berbaju hitam itu
dengan nada datar.
"Suban? Apakah dia pantas
menjadi umpan? Paling-paling dia hanya alat untuk menjatuhkan seorang
Kaisar."
Pria tua itu berkata dengan santai,
"Aku sudah capek membimbing anak itu, nggak ada harapan. Setidaknya
sekarang ada gunanya juga. Ck, aku ragu dia bisa berhasil jalankan rencana
itu."
Pria berbaju hitam itu tertawa dan
berkata, "Umpan yang sebenarnya adalah Adriel. Kalau dia benar-benar
pewaris Tabib Agung, kamu ... "
Pria tua itu terkekeh dan berkata,
"Kalau dia pewaris Tabib Agung, aku adalah Tabib Agung!"
"Yakin sekali?" Pria
berbaju hitam itu mengangkat alisnya.
Pria tua itu mendengus pelan,
"Keluarga Janita memiliki banyak hubungan dengan Tabib Agung. Kami sudah
berjaga di penghalang pertama selama puluhan tahun untuk dapat bertemu dengan
pewaris Tabib Agung. Kalau sampai nggak bisa mengenali pewaris asli Tabib
Agung, bola mataku ini bisa dicungkil dan diinjak seperti gelembung ikan. Tapi,
Adriel juga punya beberapa kelebihan."
Sambil berbicara, dia mengangkat
keranjang ikan dan berjalan dengan santai. "Ayo, kita temui tiga naga itu,
sekalian rekrut Adriel sebagai bawahan."
No comments: