Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2911
Di saat yang sama, di sebuah ruangan
sunyi, dua orang tengah berbincang serius.
"Siapa sebenarnya orang itu?
Kekuatannya luar biasa, Padahal Lembah Sepuluh Ribu Obat bukan tempat lemah,
tapi dia bisa menghancurkannya begitu saja," gumam seorang pria paruh baya
dengan alis berkerut.
Sosok itu berdiri tegap, auranya
dalam dan tak terduga seperti jurang tak berdasar.
Dia Rex, pengurus utama di penghalang
kedua. Sejak bayi, dia dibawa masuk ke tempat ini dan mengabdi langsung pada
Leluhur Ketujuh Belas, salah satu orang terdekatnya.
Di sebelahnya, berdiri seorang lelaki
tua yang sudah sangat lanjut usia, tetapi tetap segar bugar. Tatapannya kelam,
dan dia bersuara dingin, "Siapa pun dia, orang itu memang mencurigakan.
Tapi biar dia siapa pun, berani membunuh darah kerajaan? Sebelum malam ini, aku
ingin lihat jasadnya!"
Rex melirik lelaki tua itu, alisnya
mengerut dan berkata, "Leluhur Ketujuh Belas, kalau orang itu nggak
menyerah, apa kita benar-benar akan keluarkan perintah pembantaian?" 1
Leluhur Ketujuh Belas tiba-tiba
mengangkat kepala dan menatapnya tajam. "Apa kamu bersimpati pada rakyat
jelata?" tanyanya tegas.
"Nggak, tentu nggak," jawab
Rex buru-buru. " Nyawa kaum bawah itu memang nggak berharga. Hanya saja...
kalau terlalu brutal, mereka akan menyimpan dendam, dan itu bisa membahayakan
stabilitas kekuasaan kerajaan... "
"Justru karena itu mereka harus
takut!" potong seorang lelaki tua berambut putih yang berdiri di dekat
Leluhur Ketujuh Belas sambil menopang tongkat kepala naga.
Wajahnya penuh keangkuhan, suaranya
lantang saat melanjutkan, "Takut pada kita lebih baik daripada takut pada
perampok! Itulah kunci sejati pemerintahan kerajaan!"
Meski sudah uzur, lelaki ini masih
penuh semangat. Rautnya bukanlah raut kebijaksanaan seorang tua, melainkan
tajam dan buas.
Rex meliriknya sekilas dan membalas,
"Pak Frian, yang paling gemar membantai dulu itu justru kerajaan lama.
Tapi nyatanya, kalau membunuh bisa mempertahankan kekuasaan, kenapa mereka
akhirnya tumbang juga?"
Ucapannya langsung membuat wajah Pak
Frian menghitam.
Soalnya, dia adalah keturunan
kerajaan lama yang dikenal sebagai bangsa barbar. Setelah kerajaannya runtuh,
keluarga bangsawan mereka bukannya dibantai, malah diberi tempat. Bahkan nama
keluarga pun diubah, dari marga barbar menjadi marga Boram.
Kaisar pendiri dinasti saat ini
bahkan membawanya masuk ke alam rahasia, memberi mereka status tinggi agar bisa
terus melestarikan garis keturunan bangsawan.
"Karena memang saat itu takdir
dunia berubah," desis Pak Frian dingin.
Lalu, dia segera berbalik menghormat
pada Leluhur Ketujuh Belas dan berkata, "Tapi untuk rakyat rendahan
seperti mereka, pantas dibantai! Hanya dengan begitu, kita bisa menekan bara
pemberontakan. Kalau mereka semua takut, siapa yang berani melawan?"
Rex mendengus pelan. Salah satu
alasan kaisar dulu membawa keluarga Boram masuk, karena setelah berhasil
merebut kekuasaan, dia justru meniru banyak cara pemerintahan lama. Bahkan
menyuruh keluarga Boram mewarisi ilmu itu.
Leluhur Ketujuh Belas mendengarnya,
tersenyum kecil dan mengangguk pelan. "Kalau soal mengatur rakyat, dinasti
kalian dulu memang punya cara unik. Kalau saja tak ada kejadian tak terduga,
mungkin sekarang dunia masih milik kalian."
"Mana mungkin aku berani!"
seru Pak Frian cepat -cepat. "Sekarang hanya keluarga Yudira yang pantas
disebut keluarga kerajaan! Tapi sayang... di zaman sekarang, keluarga Yudira
tidak bisa lagi menikmati kemegahan seorang kaisar. Ini benar-benar dunia yang
kacau! Apa yang paling aku inginkan seumur hidup, hanyalah agar keluarga Yudira
bisa menikmati kembali martabat kekaisaran sejati!"
Leluhur Ketujuh Belas menatapnya dan
tersenyum tipis. "Bagaimana tugas yang kuberikan padamu?" tanyanya.
"Semua sudah disiapkan!"
jawab Pak Frian penuh semangat.
"Kami sudah memilih beberapa
anak dari rakyat biasa untuk dikebiri!"
"Bukankah jadi kaisar harus
punya kasim? Tenang saja, semua dilatih pakai metode lama. Tak lama lagi pasti
sudah bisa digunakan!"
Leluhur Ketujuh Belas menatapnya
dengan puas dan mengangguk pelan, "Bagus. Pergilah."
"Baik!" seru Pak Frian
sambil berlutut dan membentur lantai dengan dahinya, lalu mundur perlahan-lahan
ke luar.
Melihat itu, wajah Leluhur Ketujuh
Belas makin puas.
"Leluhur Ketujuh Belas, mungkin
saja dia sedang menjilatmu sampai mati," kata Rex sambil mengerutkan dahi.
"Aku tahu," balas Leluhur
Ketujuh Belas santai.
"Tapi dia memang benar. Karena
zaman sudah berubah, keluarga kerajaan kita tak bisa lagi menikmati martabat
kaisar seperti dulu. Bahkan menggunakan kasim pun harus sembunyi-sembunyi.
Ini... apa masih pantas disebut kaisar?"
"Melatih beberapa kasim di alam
rahasia, untuk memberi keluarga Yudira rasa menjadi kaisar seperti zaman dulu
... tak ada salahnya."
"Lagi pula... cara pemerintahan
kerajaan lama, memang sangat efektif."
No comments: