Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2913
"Eh..."
Sofia menatap ayahnya dengan
canggung, lalu berkata pelan, "Ayah, cukup, jangan berlebihan ..."
Kakeknya sendiri juga cuma seorang
master ilahi tingkat lima.
Membandingkan dengan Adriel? Itu
jelas seperti menyamakannya dengan langit dan bumi.
Ayahnya, Suban, saat ini pun
kekuatannya baru di tingkat empat. Namun, sikapnya pada Adriel justru terkesan
meremehkan.
Dia hanya terkekeh kecil dan berkata,
"Baiklah, baiklah, aku nggak akan bahas lagi. Ayo, ikut aku pulang.
Kakekmu sudah menunggu."
"Pulang?"
Sofia tercengang, menatap ayahnya.
"Tapi bukannya aku sudah kirim kabar supaya kalian datang bantu... "
Belum sempat selesai, Suban sudah
memotong sambil tersenyum, "Kamu ini, datang ke tempat seperti ini cuma
buat jadi sasaran tembak? Kakekmu sudah siap. Keluarga Janita akan bisa selamat
dari pembantaian ini."
Ucapannya membuatnya melirik ke arah
Adriel sambil tersenyum, "Adriel, ya? Terima kasih sudah bantu Sofia
sejauh ini. Tapi maaf, keluarga kami punya rencana sendiri. Kami tidak bisa
ikut kamu hadapi badai ini. Maaf."
Makin lama dia bicara, makin tak
masuk akal. Sofia makin tidak percaya, wajahnya panik, hendak berkata sesuatu,
tetapi Adriel mengangkat tangan, menghentikannya.
Ia menatap Suban dengan datar dan
bertanya, "Jadi keluarga Janita menarik diri?"
"Menarik diri?" Suban
tersenyum santai. "Kami bahkan belum pernah benar-benar setuju. Sofia
nggak bisa mewakili keluarga kami, jadi nggak bisa dibilang menarik diri."
Kalau orang lain, sudah pasti
ditinggal begitu saja. Mereka yang melewati kesempatan sendiri, kenapa harus
dipaksa?
Namun, ini keluarga Janita...
Adriel mengerutkan dahi tipis dan
bertanya, "Apa yang membuat kalian ragu? Karena tingkat
kekuatanku? Atau karena ..."
"Adriel," potong Suban
tiba-tiba.
Dia menatap Adriel, ekspresinya
serius saat melanjutkan, "Ada hal-hal yang cukup kita pahami tanpa harus
diucapkan. Haruskah aku mengatakannya sejelas itu?"
Adriel memandangnya heran. "Apa
maksudmu?"
Suban menatap dalam-dalam dan berkata
pelan, " Penjaga Pintu."
"Di penghalang pertama, dari
sekian banyak orang, kamu kebetulan bertemu Sofia. Dan entah kenapa, kamu
justru hanya menolong dia."
"Lalu, secara kebetulan juga,
keluarga kami memiliki hubungan dengan penjaga pintu itu, yang satu-satunya
bisa menandingi kekuatan keluarga kerajaan. Sekarang perintah pembantaian telah
dimulai. Seakan-akan keluarga kami dipaksa untuk ikut membantumu. Adriel, atau
mungkin... kamu ingin aku teruskan?"
Tatapannya menembus seperti pisau.
Sofia melongo tak percaya.
"Ayah! Apa yang kamu bicarakan?"
"Sofia, kamu ini terlalu polos.
Ayah memang terlalu memanjakanmu. Kadang, kamu sudah dijual orang, masih belum
sadar."
Suban menatap putrinya dengan amarah
yang tertahan.
Sofia merasa lidahnya kelu, buru-buru
menoleh ke arah Adriel. "Kak Adriel, bukan begitu, 'kan? Cepat jelaskan ke
ayahku!"
"Bagaimana aku harus jelaskan
?" pikirnya dalam hati.
"Bilang bahwa aku hanya
beruntung, makanya selalu ketemu petunjuk? Kamu pikir dia akan percaya?"
Mulut Adriel sedikit berkedut. Dia
menarik napas dan menatap Suban. "Aku nggak pernah berniat memanfaatkan
dia. Semua ini... cuma
keberuntungan ... " jelasnya.
"Itu tak penting lagi."
Suban menatapnya datar dan
melanjutkan, "Apa pun tujuanmu, pada akhirnya kamu memang sudah
menyelamatkan Sofia. Tapi dia itu anak yang polos. Apa pun yang ingin kamu
lakukan, lakukan saja.
Tapi jangan jadikan Sofia alat untuk
tujuanmu."
Ucapan itu membuat wajah Adriel
perlahan mendingin. "Kamu mengancamku?" tanyanya pelan.
"Mau kamu anggap ancaman atau
nasihat, terserah, "jawab Suban datar.
Lalu, ia mendesah pelan, suaranya
makin dingin, " Adriel, atau sebaiknya kupanggil Saka, kita semua orang
cerdas, mari bicara terang-terangan."
"Memang benar keluarga Janita
punya hubungan dengan Penjaga Pintu. Tapi mereka nggak akan ikut campur
masalahmu. Sekalipun kamu mengangkat isu pembantaian, keluarga kami takkan naik
ke perahumu. Dan satu hal lagi ... "
Dia maju selangkah, matanya menatap
tajam saat melanjutkan, "Kalau kamu berani membocorkan soal hubungan kami
dengan Penjaga Pintu ke pihak kerajaan, keluarga Janita bukan cuma nggak akan
membantumu ... kami akan membunuhmu sendiri."
"Ayah! Kamu gila?" teriak
Sofia tak percaya.
No comments: