Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2937
Serangan Dewina itu seperti naga yang
meliuk keluar dari dalam lautan dengan marah. Energi sejati mengalir keluar
dari tubuh Dewina dengan deras, lalu berubah menjadi jarum-jarum halus yang
menerjang keluar bersamaan dengannya!
Energi sejati yang berubah menjadi
jarum-jarum halus itu mengikuti pergerakan Dewina. Di mana pun Dewina melintas,
jarum jarum itu akan jatuh ibarat hujan!
Satu kali serangan Dewina sudah cukup
untuk membasmi setengah dari mereka.
Semua orang sontak menatap Dewina dengan
ketakutan dan panik. "Siapa kamu!"
"Seorang ahli," jawab
Dewina sambil menjentikkan darah dari ujung jarinya dengan acuh tak acuh.
Pembawaannya begitu tenang dan
santai.
Semua orang sontak merasa agak
bingung, tetapi mereka bisa dengan jelas merasakan betapa kuatnya Dewina.
Salah satu dari mereka pun berseru
dengan suara serak. Saat ini, yang terpenting bagi mereka adalah kabur dari
tempat ini. Siapa yang berhasil kabur, dialah yang menang.
Namun, Dewina kembali mengibaskan
lengannya.
Wooosh!
Energi sejati yang tak terhitung
jumlahnya itu sontak melesat dan memenuhi langit.
Detik berikutnya, semua orang yang
ada di situ terluka parah. Darah menyembur dari mulut mereka dan mereka semua
berjatuhan seperti air hujan.
Beberapa saat kemudian, akhirnya
hanya tersisa satu orang yang berdiri di tengah udara. Mereka yang masih
bertahan hidup di atas tanah sambil berjuang mati-matian untuk tetap hidup itu
hanya bisa menyaksikan semua ini dengan pucat pasi.
Tamat sudah.
Ronde ini adalah kekalahan telak bagi
keluarga kerajaan!
Dikuasai oleh keputusasaan dan
ketakutan yang teramat sangat membuat mereka yang masih hidup berusaha keras
untuk bersujud mohon ampun kepada Dewina. "Kami mengaku menyerah ...
Tolong berikan kami kesempatan untuk tetap hidup... "
"Hah ... Dia malah pamer di
depanmu."
Davina menyikut Adriel dengan agak
kesal.
Terlihat jelas wanita satu itu sudah
lama menyusup. Dia menunggu Adriel menyelesaikan bagian yang paling sulit, lalu
muncul dan mulai pamer.
"Dia itu hanya lagi melukai mereka
demi keuntungannya sendiri," lanjut Davina.
Adriel melirik lawannya. Dia sendiri
tidak merasa tertarik karena Dewina bukanlah ahli sejati atau semacamnya, jadi
dia balas terkekeh kecil. "Dia punya kelebihannya sendiri, buat apa
pamer?"
Davina ikut tertawa. Adriel tidak
menganggap Dewina berarti, jadi wajar saja Adriel juga tidak ambil pusing
dengan wanita itu.
Tepat pada saat itu, Sofia bergegas
menghampiri sambil berkata, "Kak Adriel, ini kakak sepupuku, Dewina
Janita! Tenang saja, dia nggak akan menyerang kalian!"
Davina balas menatap Sofia sambil
tersenyum sinis, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kok kamu masih di sini?"
tanya Adriel sambil menatap Sofia.
"Aku... aku ingin membantu
kalian, tapi aku terlalu lemah... Jadi, aku akhirnya meminta bantuan kakak
sepupuku... " jawab Sofia dengan malu-malu.
Adriel pun tertawa menatap Sofia
tanpa berkomentar apa-apa lagi. Ada beberapa hal yang harus dibiarkan berlalu
apabila memang sudah berlalu. Adriel tidak akan memberikan kesempatan lagi
kepada keluarga Janita.
Dia pun kembali melirik wanita yang
berada di tengah udara itu.
Dewina datang untuk membantu?
Ekspresi Adriel jadi agak melembut.
Sementara itu, beberapa orang yang
masih hidup pun segera berseru kepada Dewina, "Kami bersedia menyerah!
Tolong bicarakan ini dengan Adriel!"
"Kenapa juga aku harus bicara
dengannya? Aku yang menentukan hidup mati kalian," sahut Dewina dengan
ekspresi datar, lalu langsung mengangkat tangannya dan mengayunkannya ke bawah!
Wooosh!
Energi sejatinya pun langsung
menyerbu keluar dan menekan mereka semua. Semua orang itu menjerit dan tubuh
mereka langsung hancur berantakan.
Adegan ini benar-benar penuh darah.
Di sisi lain, ucapan Dewina membuat
Davina merasa kesal.
Adriel sendiri hanya melirik wanita
itu sekilas tanpa mengatakan apa-apa, dia tidak ambil pusing.
Setelah membereskan semuanya, Dewina
tiba-tiba menatap Adriel. Lalu, dia melompat turun ke hadapan Adriel. Dewina
memandangi pria itu dari atas hingga ke bawah dengan saksama, sorot tatapannya
tampak agak berbinar.
No comments: