Untuk membaca bab 2801 - bab 2900, silahkan kunjungi http://lynk.id/novelterjemahan/3n0repznepm9/checkout
Bab 2948
Sofia?
Susan gemetar dan tampak ketakutan,
lalu dia menatap Sofia dan berkata, "Nona Sofia, aku nggak manusiawi.
Semua ini salahku, aku terlalu hina. Kelak aku akan terus menjadi
pelayanmu!"
Sambil berbicara, dia berlutut di
lantai dan bersujud. Dia bersujud hingga lantai terlihat jejak darah.
Sofia membalas dengan nada dingin,
"Aku malas berdebat denganmu. Jangan biarkan aku melihatmu lagi di masa
depan."
Susan sangat senang. Sofia memang
masih begitu baik hati. Seandainya itu dirinya, dia pasti tidak akan membiarkan
begitu saja, tetapi Sofia malah memaafkannya dengan mudah.
"Terima kasih, Nona Sofia. Aku
akan mengingat kebaikanmu seumur hidup!" kata Susan.
Sambil berbicara, dia segera menatap
Jeremy dan berkata, "Pak Jeremy, Nona Sofia sudah memaafkanku.
Menurutmu... "
"Ya, aku sudah lihat," kata
Jeremy dengan santai sambil menepuk kepalanya.
Seketika, tubuh Susan menjadi kaku.
Matanya masih menunjukkan ekspresi kegembiraan yang luar biasa, lalu tubuhnya
lemah dan terbaring di lantai.
Lalu, Jeremy menatap Adriel sambil
tersenyum dan berkata, "Maaf membuat kalian melihat hal yang memalukan.
Ayo kita pergi."
Dia adalah orang yang cerdas.
Meskipun Sofia tidak menuntutnya, tidak berarti Sofia tidak marah. Dia tentu
tidak akan membiarkan Susan tetap hidup.
Bagaimanapun, Sofia tidak berarti
apa-apa baginya, tetapi prianya adalah seorang ahli. Selain itu, kemungkinan
besar bahwa dia akan segera mendapatkan apresiasi dari Leluhur Kedelapan Belas.
Sofia tertegun sejenak melihat
tindakan kejamnya. Dia melirik jasad Susan dengan ekspresi rumit dan tidak
mengatakan apa pun.
Davina yang menyaksikan dari samping
pun mengerutkan bibir dengan meremehkan.
Jeremy berkata dengan hati-hati
kepada Adriel, Maaf telah menyinggungmu barusan, mohon jangan ambil hati."
Adriel tersenyum dan membalas,
"Kamu cukup kejam."
Jeremy menjawab dengan meremehkan,
"Dia hanya seorang wanita, nggak berarti apa pun. Karena dia telah
menyinggungmu, maka dia pantas mati!"
Lalu, dia bertanya dengan hati-hati,
"Aku akan membawamu menemui Leluhur Kedelapan Belas sekarang?"
Adriel tersenyum, lalu membawa kedua
wanita itu mendaki jalan setapak di gunung.
Sambil berjalan, Jeremy terus memuji
dengan antusias. "Setelah perintah pengejaran ini dikeluarkan, banyak ahli
yang datang. Tentu saja, mereka pasti kalah jika dibandingkan denganmu. Kamu
pasti bisa menaklukkan Adriel!" ujar Jeremy.
"Seramai itu?" tanya
Adriel.
"Tentu saja. Adriel bukan
siapa-siapa, apa dia berani melawan keluarga kerajaan ?" kata Jeremy.
Jeremy menambahkan dengan sombong,
" Sejujurnya, ini baru permulaan. Masih ada lebih banyak orang yang sedang
dalam perjalanan. Meskipun nggak bisa langsung membunuh Adriel, asal bisa
merebut wanita Adriel saja sudah puas. Kabarnya ada beberapa gadis cantik di
sisinya, hehe. Saat itu, ada juga rejeki asmara selain hadiah."
Dia terlihat sangat bersemangat.
Meskipun sudah tua, hatinya tetap muda.
"Tapi, Adriel sangat kuat,"
kata Adriel sambil samar -samar tersenyum.
"Haha, kuat?" tanya Jeremy.
Jeremy menyipitkan mata, lalu tertawa
meremehkan dan menambahkan, "Apa dia bisa sekuat Penjaga Pintu? Sekarang
Penjaga Pintu pun terus ditekan!"
Sambil berkata demikian, dia
melanjutkan dengan penuh semangat, "Semua orang yang berani melawan
keluarga kerajaan harus mati!"
"Oh ya? Siapa sebenarnya ahli
yang datang?" tanya Davina sambil meliriknya.
"Baiklah. Bagaimanapun, hal ini
akan terjadi. Aku akan memberi tahu kalian sekarang," kata Jeremy.
Lalu, Jeremy melanjutkan dengan
bangga, "Kali ini, setidaknya ada tiga orang kaisar yang bergerak.
Jangankan Adriel, bahkan pemimpin Penjaga Pintu datang pun tetap harus
mati!"
"Tiga orang kaisar?" gumam
Sofia.
Ekspresi Sofia langsung berubah
ketika mendengar ucapan tersebut. Dia merasa agak gugup.
No comments: