Bab 1188
Semua orang yang melihat adegan itu
terkesima Mereka menatap batu alam penasaran, berharap bisa merasakannya
langsung.
"Pak Dennis, ini buat
kalian."
Sambil berbicara, Adriel juga
memberikan masing- masing sebuah batu alam kepada Pak Dennis dan yang lainnya.
Itu membuat mereka sangat terkejut.
"Ini nggak dicampur obat
perangsang, 'kan..." gumam Oscar sambil menggosokkan tangannya ke batu
alam itu. Dia merasa darahnya mendidih.
Plak!
Pak Dennis yang mendengarnya,
langsung menendangnya. Dia berkata, "Kalau nggak bisa ngomong, mending
diam!"
"Pak Adriel, terima kasih atas
pemberiannya!"
Hendro, di sisi lain, berseri-seri
sambil membungkuk pada Adriel sambil mengucapkan terima kasih. "Keluarga
Gunawan nggak tahu bagaimana cara membalas kebaikanmu. Aku..."
"Itu bukan apa-apa."
Adriel tersenyum tipis.
"Ini bukan hal sepele!"
Hendro buru-buru berkata,
"Siska, apa ada yang mau kamu sampaikan ke Pak Adriel? Kenapa kamu nggak
segera..."
Siska menggertakkan giginya, merasa
sangat malu dan marah. Dia tidak sanggup menyerahkan dirinya pada Adriel!
Namun, pada saat ini, Adriel juga
tidak ambil pusing. Meskipun dia terbakar oleh hasrat saat ini, bukan berarti
dia menginginkan sembarang wanita.
Selain itu, Yunna dan Ana berada di
Kota Majaya.
"Kita pulang ke Kota Majaya
dulu," kata Adriel sebelum akhirnya memutar badan dan menuruni gunung.
Hendro memelototi Siska dengan
tatapan tajam dan sangat kecewa. Lalu, dia buru-buru mengejar Adriel.
Sepanjang jalan.
Adriel sedang memberikan instruksi rahasia
kepada Pak Dennis. Selain liontin batu alam yang terbuat dari Kristal Sungai
Darah, dia juga mengeluarkan tiga buah lagi dan meminta Pak Dennis
mengirimkannya kepada Gary Tak Terkalahkan.
Selain itu, Handi juga dapat
Dengan bantuan energi kehidupan
Kristal Sungai Darah, itu juga bisa membangkitkan kesadaran yang baik.
Namun, ketika kendaraan sampai di
depan sanatorium.
Adriel melihat bahwa pintu masuknya
penuh dengan mobil mewah, sehingga membuat banyak orang terjebak macet.
Beberapa wajah yang tidak asing
berdiri di depan.
Ada cucu dari Gubernur Kota Majaya,
Deka, Hendi dari keluarga Surya, Dasri, dan Gavin, Menteri Dalam Negeri yang
dilantik karena Adriel. Mereka semuanya adalah orang-orang yang sudah mengenal
Adriel dengan baik.
"Sepertinya mereka semua datang
buat menyambut Anda."
Pak Dennis tersenyum. Orang-orang ini
pasti pernah menerima banyak bantuan dari Adriel.
Adriel menggelengkan kepalanya dengan
putus asa. Dia berkata, "Kamu saja yang urus."
Begitu dia keluar dari mobil,
orang-orang langsung berkerumun dengan antusias, terutama Menteri Dalam Negeri
yang baru, Gavin, yang berdiri di barisan paling depan dengan senyum lebar. Dia
berkata, "Pak Adriel, akhirnya Anda pulang..."
Adriel tersenyum ramah dan
menganggukkan kepala. Dia berujar, "Silakan masuk dan duduk dulu. Aku akan
menyiapkan makan malam buat kalian nanti."
"Nggak usah. Kami ke sini bukan
buat makan malam."
Begitu Adriel mengatakan itu, semua
orang merasa sedikit canggung. Gavin ragu sejenak sebelum akhirnya berkata,
"Pak Adriel, kami datang buat meminta bantuanmu..."
"Apa?"
Adriel sedikit tercengang.
Gavin menarik napas dalam-dalam dan
berkata hati -hati, "Pak Adriel. Karena kami pernah menerima bantuanmu,
keluarga Maswa telah mulai memberi tekanan kepada kami."
"Setelah bertahun-tahun,
berkarier, aku baru menjadi Menteri Dalam Negeri. Pak Adriel, kasihanilah
kami... Aku minta maaf karena aku harus terpaksa memutuskan hubungan dengan
Anda! Untuk menunjukkan kesungguhan kami kepada keluarga Maswa, aku juga mau
bilang sesuatu di depan semua orang... 11
Setelah itu, Gavin tiba-tiba berlutut
dan berteriak, " Tolong, Pak Adriel, pergi ke keluarga Maswa buat meminta
maaf!"
"Apa?"
Adriel sedikit terkejut, tetapi
ketika dia mendongak menatap mereka, Adriel melihat Hendi yang pernah bersumpah
setia padanya, Dasri yang pernah dia ampuni, serta Gavin yang dia bantu, juga
cucunya.
Banyak orang yang dulu ingin menjalin
kedekatan dengan dirinya kini berseru bersama.
"Pak Adriel, tolong selamatkan
kami sekali lagi!"
"Pak Adriel, jangan sampai orang
lain terlibat!"
"Pak Adriel, pergilah ke
keluarga Maswa dan korbankan dirimu!"
No comments: