Bab 1191
Sudah cukup lama Adriel tidak
mendengar kabar dari Yunna. Entah apa yang dilakukan wanita ini dengan segala
kesibukan misteriusnya.
"Adikku sedang menunggu Anda di
rumah... " Justin berkata dengan sedikit misterius. "Kali ini,
rencana Yunna cukup besar. Anda harus bicara langsung dengannya, nggak bisa
lewat telepon. Aku sengaja datang menjemput Anda."
Sambil berkata seperti itu, sebuah
mobil datang mendekat. Justin sendiri yang membukakan pintu mobil untuk Adriel.
Adriel meliriknya sekilas dan
mengangguk sedikit. Kemudian, dia menatap semua orang dan berkata dengan
tenang, "Hendro, akhir-akhir ini aku terlalu baik kepada mereka, sampai-sampai
mereka merasa bisa memutuskan hidup dan matiku. Tolong urus mereka dengan
baik."
Adriel bisa melihat bahwa meskipun
Hendro seolah- olah patuh padanya, sebenarnya Hendro juga takut pada keluarga
Maswa dan keluarga Buana, serta tidak ingin terlibat terlalu jauh. Adriel pun
tidak memaksanya dan membiarkannya tetap tinggal untuk mengurus beberapa urusan
kecil.
"Masalah kecil, serahkan saja
padaku."
Hendro langsung merasa lega dan
buru-buru menjawabnya.
Setelah memberi perintah, Adriel
membawa Pak Dennis dan Oscar untuk pergi.
Orang-orang di pintu masuk seperti
kelinci yang ketakutan dan buru-buru memberikan jalan kepada Adriel.
Ketika mobil Adriel melaju pergi,
hanya tersisa dua mayat yang tergeletak di atas genangan darah di tanah. Hal
ini membuat semua orang benar-benar takut.
Hari ini, mereka benar-benar memahami
satu hal ...
Raja Kota Majaya tidak boleh
disinggung.
Pada saat ini...
Di dalam mobil, Adriel bertanya
dengan santai, "Apa keluarga Maswa dan keluarga Buana juga memaksa
kalian?"
Justin menghela napas dan
menganggukkan kepalanya. "Memang agak merepotkan. Tapi, Pak Adriel nggak
usah khawatir, kami masih bisa menghadapinya."
"Nggak perlu memaksakan diri
kalau nggak bisa menahannya. Kalian bisa kembali ke Kota Silas," kata
Adriel sambil menatap Justin.
"Pak Adriel, kata-katamu ini...
"Justin tersenyum pahit. "Pak Adriel sudah susah payah membawa kami
keluar dari Kota Silas. Siapa yang mau kembali ke desa terpencil itu? Orang
harus berusaha mencapai yang lebih tinggi."
"Itu 'kan kampung
halamanmu."
Adriel mengerutkan kening.
"Pak Adriel benar. Aku hanya
asal bicara..." Justin tertawa sinis.
Adriel menggelengkan kepalanya
sedikit. Dia tidak lagi banyak berbicara dengan Justin. Kakak beradik Wina dan
Yunna memiliki sifat yang baik. Namun, Justin yang sudah terlalu lama menjadi
pejabat, menjadi sedikit terlalu mementingkan keuntungan, sehingga tidak cocok
dengan sifat Adriel.
Jika bukan karena hubungannya dengan
Yunna, Adriel tidak akan bergaul dengan Justin.
Namun, Adriel juga terlalu malas
untuk memedulikan hal itu. Lebih baik, kurangi saja komunikasi dengan Justin.
Bagaimanapun, Adriel hanya ingin
mendekati adiknya, bukan Justin.
Tidak lama kemudian, mobil itu tiba
di depan vila keluarga Millano. Vila keluarga Millano sudah direnovasi
sepenuhnya dan sehingga tidak terlihat bekas kerusakan yang disebabkan oleh
Adriel sebelumnya.
Kemudian, dua orang tua yang
mengenakan pakaian hitam dan putih keluar dari vila. Keduanya terlihat sangat
mirip, seperti saudara kandung. Meskipun sudah cukup tua, mereka masih terlihat
bugar.
Orang tua berpakaian putih itu
berkata dengan hormat kepada Justin, "Tuan Muda, Nona meminta Pak Adriel
langsung masuk, tanpa ditemani yang lain."
"Ini..."
Justin sedikit terkejut. Dia menatap
Adriel dengan ragu dan berkata, "Pak Adriel, bagaimanapun, ini menyangkut
rahasia ..."
Adriel menatap Pak Dennis dan Oscar,
lalu berkata, " Di hutan dekat sini ada banyak binatang liar. Tolong Pak
Dennis dan Oscar pergi berburu binatang liar untuk dijadikan teman minum
anggur."
"Tuan Muda masih mau makan
binatang liar?" Oscar sedikit terkejut.
Akan tetapi, Pak Dennis langsung
menarik Oscar. Dia menatap Adriel, mengangguk sedikit, dan berkata, "Kami
akan kembali setengah jam lagi."
Setelah berkata seperti itu, mereka
berbalik dan berjalan menuju hutan.
"Ayo, kita temui adikmu..."
Adriel tersenyum dan mengikuti Justin
memasuki vila.
Ketika membuka pintu dan masuk,
tatapan dingin langsung mengarah pada mereka.
Di dalam vila, ada lebih dari belasan
orang berdiri berjejer rapat. Aura mereka sangat kuat. Mereka menghadap Adriel
dalam posisi mengepung dan menatap Adriel dengan tajam.
"Justin, sejak kapan kamu punya
banyak saudara?"
No comments: