Bab 1198
Dia akhirnya mengerti maksud ucapan
Adriel.
Bagi Adriel, keluarga Maswa dan
keluarga Buana, mereka dan Organisasi Gagak Darah yang terkenal jahat itu
hanyalah pion yang tidak berharga. Sesuatu yang bisa dienyahkan dengan mudahnya.
Pak Heru pun bertanya dengan getir,
"Apa Nona Lila akan benar-benar membunuh kami setelah kami menyelesaikan
misi?"
"Kalian itu cuma orang suruhan
kami, mana mungkin kalian pantas menjadi tamu kehormatan keluarga Buana dan
keluarga Maswa? Tentu saja kalian pantas dicampakkan! Kenapa? Jangan bilang
sekarang kamu ingin membunuhku?" jawab Lila dengan tenang.
Pak Galen juga menatap Pak Heru
dengan sinis.
Wajah Pak Heru pun menjadi merah
padam karena malu. Tangannya gemetar menahan marah, tetapi dia tidak berani
melakukan apa-apa.
Sesuai kata Lila. Sekalipun keluarga
Buana dan keluarga Maswa memperhitungkannya, tetap saja dia tidak bisa
melakukan apa pun!
Jangankan bisa membunuh mereka atau
tidak, Pak Heru masih harus memikirkan keluarganya terlebih dulu. Dia bukanlah
Adriel. Jika dia berani-beraninya menyerang Lila dan Pak Galen, bisa-bisa
keluarganya habis dibantai.
Sedari awal, Pak Heru memang hanya
dimanfaatkan!
"Kenapa kamu harus takut selama
ada aku di sini!" sahut Adriel sambil mendengkus dengan dingin."
Kuberi kamu kesempatan untuk memenggal kepala mereka. Biar aku yang tanggung
jawab konsekuensi setelahnya. Kalau kamu berani menerima tawaranku, kuanggap
kamu masih punya harga diri. Aku akan memberimu hadiah dan kujamin hari ini
kamu bakal selamat."
"Eh?" Pak Heru sontak
tertegun.
Lila pun tertawa menyindir, lalu
menggeleng- gelengkan kepalanya sambil berkata, "Adriel, buat apa kamu sok
menyemangati pion satu ini? Serangga Racun Iblis Darahmu 'kan cuma cukup untuk
membunuh seorang Guru Bumi? Memangnya kamu masih bisa menggunakan Serangga
Racun Iblis Darah? Kalau dugaanku tepat, kamu sudah nggak punya kartu as lagi!
Kamu cuma berpura- pura tenang dan santai sambil berharap bisa membuat pion
satu itu memihak padamu! Situasi sudah seperti ini saja kamu masih
berani-beraninya bersikap sok dan mencoba mengendalikan seorang Guru Bumi! Lucu
sekali!"
Sorot tatapan Lila menyorotkan kesan
cerdas, sudut bibirnya menyunggingkan seulas senyuman menantang. Dia bersikap
seolah-olah berhasil membaca isi pikiran Adriel dan membongkar semua trik pria
itu.
"Kamu merasa pintar, ya?"
sahut Adriel dengan cuek.
"Ada banyak orang cerdas lainnya
yang bisa menandingi kemampuanku berpikir, tapi kamu nggak termasuk salah satu
dari mereka! Kalau kamu memang masih punya trik lagi, buat apa juga karnu
buang-buang waktu bicara dengan kami? Keluarkan saja Serangga Racun Iblis Darah
kebanggaanmu itu untuk membunuh kami!" sahut Lila dengan tenang dan
percaya diri.
Setelah itu, Lila menunjuk ke arah
Pak Heru dengan angkuh sambil berkata, "Akan kuberi kamu kesempatan untuk
menebus kegagalanmu. Bunuh Adriel, lalu menghilanglah dan jangan pernah lagi
terlibat dengan keluargaku ataupun keluarga Maswa. Kalau kamu melakukan semua
itu, akan kubiarkan keluargamu tetap hidup."
Mata Pak Heru sontak terbelalak. Dia
sebenarnya nyaris tergoda oleh tawaran Adriel, tetapi dia kembali dilema
setelah mendengar ucapan Lila.
Pak Heru berusaha keras menentukan
siapa yang berbohong di antara Adriel dan Lila. Dia juga mempertimbangkan
untung rugi yang akan dia dapatkan dari masing-masing penawaran. Namun, makin
dipikirkan, makin kepalanya terasa penat.
Pikirannya seolah menjadi kusut.
"Ini kesempatan terakhir yang
kuberikan padamu, tapi kamu bahkan nggak menghargainya ?" tanya Lila
dengan santai. Namun, nada bicaranya sarat akan kesan mengintimidasi. Sorot
tatapannya juga tampak begitu angkuh.
Lila menatap Pak Heru dengan sorot
merendahkan." Kamu pikir aku akan meinberikan kesempatan ini kepadamu
kalau bukan karena kamu masih ada gunanya? Ya sudah kalau kamu memang nggak mau
menghargai kebaikan hatiku!"
Setelah itu, Lila pun berujar kepada
Pak Galen, "Pak Galen, waktu dan tempat dipersilakan."
Kali ini, Lila dan Pak Galen datang
secara diam- diam. Mereka inign menikmati Harta Karun Iblis Darah sendirian
tanpa ada keterlibatan anggota keluarga Buana dan keluarga Maswa lainnya, itu
sebabnya mereka juga tidak mengajak serta ahli apa pun.
Lila tidak memiliki kemampuan bela
diri apa pun, jadi dia harus mengandalkan Pak Galen.
"Oke," jawab Pak Galen
sambil tersenyum kecil, perangainya terkesan santai dan tenang. Dia pun hendak
bergerak maju.
Namun, Pak Heru sontak berseru,
"Tunggu!"
Ekspresinya terlihat berkecamuk.
Matanya tampak menyalang dengan marah, ekspresinya tampak bengis. Dia pun
menggertakkan gigi, lalu berujar, " Aku setuju, Nona Lila! Aku akan
membunuh Adriel!"
No comments: