Bab 1217
Kepala keluarga Maswa benar-benar
dikejutkan oleh informasi ini.
Herios juga cukup terkejut mendengar
perkataan Sony barusan, kemudian berkata, "Tidak, Pak, bukan aku, aku
tidak..."
"Hm, sangat baik, kamu memang
harus bersikap keras terhadap keluarga Buana. Kita bahas lagi setelah aku tiba
di sana nanti," ujar Sony sebelum mengakhiri panggilan tersebut.
Di sisi lain, Herios hanya terpaku
memegang ponselnya.
Felicia yang berdiri di sampingnya
kemudian berteriak dengan suara yang keras, "Bagus sekali! Kepala keluarga
Maswa juga terkejut dengan kabar ini. Herios, apakah kamu ingin memicu perang
besar di antara keluarga kita?"
"Sialan, aku benar-benar tidak
tahu apa yang terjadi... " jawab Herios dengan putus asa.
"Tidak tahu apa-apa? Berarti ada
yang mencelakaimu? Orang yang mencelakaimu itu bahkan berhasil menipu kepala
keluarga Maswa? Siapa yang begitu hebat?" tanya Lila dengan nada sinis.
"Aku tidak berbohong, aku harus
segera menyelidiki hal ini... " jawab Herios dengan panik. Dia segera
mengambil ponselnya untuk menghubungi Galen, tetapi tidak ada yang menjawab.
Hal ini membuat Herios makin panik dan bergegas untuk pergi.
"Mau ke mana?" tanya
Felicia dengan suara keras sambil mengangkat telapak tangan untuk memukulnya.
"Jangan ganggu aku!" teriak
Herios dengan tidak sabar sambil meninju ke arahnya.
Ketika pukulan mereka saling
bertabrakan, tidak ada energi sejati yang terlepas. Hanya saja, Felicia mundur
beberapa langkah dengan kondisi wajah yang pucat. Mereka berdua merupakan Guru
Bumi tingkat sembilan, tetapi perbedaan kekuatan di antara mereka jauh lebih
besar dibandingkan dengan Adriel.
Kalau mereka benar-benar bertengkar,
Felicia mungkin akan kalah.
"Aku akan memberi penjelasan
padamu nanti," ujar Herios sambil bergegas keluar.
Namun di saat yang bersamaan,
terdengar suara cemoohan, "Kak Herios, mungkin hari ini kamu tidak bisa
pergi dari sini dengan mudah!"
Setelah itu, Batra pun datang bersama
sekelompok bawahannya.
Batra terlihat begitu sombong dan
mendominasi.
Di belakangnya, terlihat seorang pria
tua berambut putih yang mengenakan pakałan tradisional. Tatapan pria tua itu
terlihat sangat dingin dan menakutkan!
Pria tua itu hampir mencapai tahap
Master Langit!
Tampaknya, pria tua ini tidak
mengandalkan sumber daya untuk berlatih. Dia benar-benar mengandalkan
kekuatannya sendiri untuk mencapai tahap seperti sekarang ini!
"Batra, informasi yang kamu
dapatkan itu tidak benar, ada yang ingin mencelakai aku... " ujar Herios
sambil menarik napas yang dalam.
"Benarkah begitu?" tanya
Batra.
Batra kemudian tersenyum sinis dan
kembali berkata, "Lihatlah ini."
Sambil berbicara, Batra tiba-tiba
mengeluarkan sebuah batu kristal berwarna merah darah. Ketika batu itu dikeluarkan,
energi kehidupan yang kental seketika terpancar.
"Ini... Batu Kristal Sungai
Darah? Dari mana ini?" tanya Herios dengan terkejut.
"Kamu tidak tahu?" tanya
Kevin sambil berjalan mendekat, kemudian berkata dengan penuh amarah,
"Sejak awal, aku sudah tahu kalau kamu memiliki niat jahat terhadap
keluarga Buana. Aku terus mengawasimu dan menyelidiki tempat tinggalmu secara
diam-diam. Pada akhirnya, aku menemukan batu ini di kamarmu, apakah kamu masih
ingin membantahnya?"
Herios segera berkata, "Kamarku?
Aku ... aku... ini tidak mungkin! Ini pasti jebakan!"
Namun, Batra hanya tersenyum sinis
dan berkata, " Siapa yang akan menggunakan baru kristal yang langka
seperti ini untuk menjebakmu? Apakah kamu ingin menuduh Adriel?"
Di saat yang bersamaan, Felicia mendekat
dan berkata dengan nada penuh hina, "Herios, kamu baru saja berkata padaku
kalau kamu bisa membunuh Adriel dengan mudah. Apakah sekarang kamu ingin
berkata kalau Adriel berhasil melarikan diri dari serangan keluarga Buana dan
keluarga Maswa?"
Ekspresi semua orang terlihat begitu
dingin setelah mendengar hal ini.
Adriel hanyalah seorang master
puncak, bagaimana dia bisa lolos dari beberapa Guru Bumi?
Terdengar sangat menjijikkan!
Saat ini, tatapan semua orang tertuju
pada Herios.
Ekspresi Herios seketika berubah
drastis dan bergegas mundur beberapa langkah ketika menghadapi tekanan yang
begitu kuat dari orang- orang di depannya. Wajahnya juga menjadi begitu pucat.
Semua hal ini pasti bukan sebuah
kebetulan, ada seseorang yang ingin mencelakainya!
Saat ini, Herios tiba-tiba merasa ada
jaring besar yang dijatuhkan ke arahnya. Dirinya seperti seekor ikan yang
terjebak di dalam jaring besar tersebut.
Sementara itu, pemilik jaring
sangatlah misterius dan sulit ditebak identitasnya. Di mata pemilik jaring,
Herios bagaikan seekor semut yang bisa dibunuh dengan mudah kapan saja...
Herios benar-benar bingung, siapa
yang tersinggung dengan sikapnya?
Sebelum dirinya dibunuh, bisakah dia
mengetahui pembunuhnya?
Herios benar-benar merasa dijebak!
No comments: