Bab 1194
Saat mayat di belakangnya jatuh,
kekuatan Adriel yang mengerikan menjadi makin dahsyat. Dengan tatapan yang
makin berapi-api, Adriel kembali menyerang target berikutnya.
"Apa-apaan ini!"
"Cepat hentikan dia."
Teknik pembantaian yang ganas ini
membuat lima master puncak yang tersisa menjadi sangat ketakutan.
Mereka adalah pembunuh. Namun, cara
membunuh Adriel jauh lebih lihai.
Siapa sebenarnya pembunuh di sini?
"Cepat bertindak. Kalau nggak,
semua anak buah kalian akan mati."
Justin yang melihat adegan berdarah
itu langsung berteriak ketakutan.
Namun, pada saat ini, Basir dan Heru
tidak memedulikan mereka. Keduanya hanya memperhatikan jalannya pertempuran
dengan serius.
"Sungai Darah itu luar biasa.
Aku ingin memilikinya.
Heru yang selalu diam itu berkata
dengan acuh tak acuh.
"Kita harus membicarakannya
dengan keluarga Maswa. Harusnya bisa dinego... "
Tatapan mata Basir menjadi makin
berapi-api.
Hanya pedang setengah jadi di tangan
Adriel dan Sungai Darah saja sudah sangat berharga.
Setelah mendapatkan penghargaan dari
keluarga Maswa, mereka dapat dengan mudah membangun kembali Organisasi Gagak
Darah.
Menukar beberapa nyawa master puncak
untuk mendapatkan harta milik Adriel, menurut mereka sangatlah berharga.
Merasa diabaikan oleh mereka, Justin
merasa sedikit malu. Namun, melihat kedua orang itu begitu tenang, rasa
terkejut di dalam hati Justin yang ditimbulkan oleh Adriel juga perlahan-lahan
menghilang.
Masih ada dua Guru Bumi di sini.
Sekuat apa pun Adriel, dia tidak mungkin lebih kuat dari dua Guru Bumi ini,
'kan?
Tampak sedikit harapan di wajah
Justin.
Pada titik ini, Adriel sudah
berhadapan langsung dengan lima master puncak yang tersisa.
Sosok Adriel berubah menjadi bayangan
samar. Di tengah sungai darah yang mengerikan, cahaya petir yang penuh dengan
kekuatan yang luhur berkilauan. Dalam sekejap, Adriel langsung menyerang
seorang master puncak.
Sret.
Master puncak itu langsung tewas.
Darah yang menyembur dari tubuhnya dalam sekejap jatuh ke sungai darah dan
menimbulkan riak-riak darah.
"Bunuh."
Metode yang menakutkan ini membuat
keempat master puncak yang tersisa menjadi ketakutan hingga kehilangan akal.
Mereka tahu, mereka tidak bisa melarikan diri. Dengan sekuat tenaga, mereka
melepaskan kekuatan mereka yang paling hebat, tanpa memedulikan akibatnya.
"Hebat sekali."
Adriel tersenyum. Darah menyebar ke
mana-mana, tetapi tangannya tetap bersih. Dia berjalan dengan santai dan
kembali menyerang.
Sementara itu, di ruang kontrol di
lantai dua, ada dua sosok yang duduk di sana dan menyaksikan adegan pertempuran
hebat di layar pemantau.
"Sungai Darah ini adalah teknik
Iblis Darah. Apa anak ini sudah menguasai sebagian warisan Iblis Darah?"
Seorang pendeta yang pernah mengikuti
Herios, berkata dengan penuh kebencian.
"Ibu angkatku menginginkan Sungai
Darah ini."
Di samping pendeta itu, ada seorang
wanita yang terlihat penuh dengan aura intelektual. Tubuhnya tinggi semampai
dan pakaiannya konservatif. Dia mengenakan kacamata tanpa bingkai. Tatapan
matanya di balik lensa memancarkan kecerdasan dan kepintaran.
"Nona Lila memang cerdas
Pendeta itu tersenyum tipis, tetapi
matanya terlihat ketakutan.
Lila Buana.
Felicia mengadopsi banyak anak yatim
piatu dan membimbing mereka dengan hati-hati. Yang paling menonjol di antara
mereka, akan diangkatnya menjadi anak.
Contohnya Lila, yang memiliki
kecerdasan yang luar biasa ini. Setelah menyelesaikan pendidikannya di
universitas terbaik di Negara Elang, Lila kemudian melanjutkan studinya di luar
negeri dan mendapatkan dua gelar doktor. Setelah itu, Lila kembali ke negara
asal. Dia membantu Felicia mengurus bisnisnya dan sukses besar.
Lila ini bisa dianggap sebagai
sekretaris pribadi Felicia.
"Keluarga Maswa juga nggak akan
dirugikan. Aku selalu mengerjakan sesuatu dengan prinsip saling
menguntungkan."
Lila tersenyum. "Kita nggak akan
pernah bisa sejalan dengan Pak Heru dan Pak Basir, meski kita sudah baik pada
mereka. Setelah ini, aku akan mengarahkan mereka berdua untuk saling membunuh.
Dengan begitu, nggak akan merusak reputasi Tuan Herios dan ibu angkatku."
No comments: