Bab 1192
Melihat semua itu, Adriel sepertinya
tidak terkejut. Dia hanya tersenyum dan bertanya kepada Justin yang berada di sebelahnya.
Justin sedikit mundur. Ketika melihat
Adriel, senyum rendah hati di wajahnya menghilang, digantikan dengan ekspresi
rumit, penuh penyesalan, ketidakberdayaan, tetapi juga dingin.
"Pak Adriel orang yang cerdas.
Aku nggak akan bicara panjang lebar. Inilah solusi yang kupikirkan untuk
Anda."
"Selama Pak Adriel pergi dengan
tenang, keluarga Maswa bukan hanya akan membiarkan keluarga Millano, tetapi
juga akan memberikan banyak kekayaan kepada keluarga Millano."
"Pak Adriel, aku tahu Anda
meremehkanku. Aku juga tahu, Pak Adriel sangat berharga bagi keluarga Millano.
Anda yang sudah membawa keluarga Millano dari Kota Silas yang terpencil dan
miskin ini ke Majaya."
"Tapi, setelah aku diculik oleh
keluarga Millano, aku menyadari kalau untuk bertahan hidup, seseorang harus
memiliki kekuasaan. Hanya dengan kekuasaan, kita bisa melindungi diri
sendiri."
"Selama aku bisa mendapatkan
kekuasaan, menjadi orang licik dan nggak bermoral, aku juga rela
melakukannya."
"Sekarang hanya dengan membunuh
Anda, keluarga Millano bisa melompat dari Majaya ke Kota Srijaya."
"Dalam waktu satu tahun, sebuah
keluarga kecil bisa mencapai dua lompatan berturut-turut. Ini merupakan
pencapaian yang luar biasa."
"Daripada Anda dipaksa mati oleh
orang-orang kecil di Majaya, lebih baik Anda mengorbankan nyawa demi keluarga
Millano."
Sambil berkata seperti itu, Justin
menatap Adriel dengan penuh ketulusan.
"Dulu, sewaktu Yunna dibawa
pergi oleh keluarga Surya, kamu juga pernah melawan. Seenggaknya, kamu masih
dianggap sebagai pria sejati."
"Justin, apa ayah dan adikmu
mengetahui apa yang kamu lakukan ini?" Adriel menatap Justin untuk waktu
yang lama dan berkata sambil sedikit menghela napas.
Yunna tidak ada di sini. Hal itu
sudah menjelaskan segalanya. Yunna tidak terlibat dalam hal ini dan bahkan
sekarang mungkin dia berada dalam bahaya.
"Ayah sudah tua. Kedua adikku
juga nggak terlalu mengerti... Urusan besar seperti ini, biarlah aku yang memutuskan."
Justin menghela napas dan berkata,
"Waktu bisa menyembuhkan segalanya. Pak Adriel, pergilah menemui ajalmu.
Nggak usah khawatir."
"Hanya mengandalkan
mereka?"
Adriel melihat sekeliling dengan
penuh penghinaan. Saat ini ada sembilan orang dan semuanya merupakan master
puncak.
"Hanya mengandalkan mereka tentu
cukup. Tapi, apa Pak Adriel pernah mendengar salah satu organisasi pembunuh
bayaran tingkat teratas di Sagheru, Organisasi Gagak Darah?"
Justin tersenyum tipis dan berkata,
"Kekuatan terbesar di Organisasi Gagak Darah adalah dua orang Guru Bumi.
Aku sengaja memanggil mereka untuk mengantarkan Pak Adriel ke alam baka."
Pada saat itu, dua orang tua di
belakang Justin sudah melangkah maju.
Tiba-tiba saja, aura luar biasa dari
Guru Bumi ini memancar dengan hebatnya...
Mereka melindungi Justin di
belakangnya.
Itulah modal Justin berani berbicara
pada Adriel.
"Basir," kata orang tua
berambut putih itu dengan suara yang dingin dan serak.
"Heru."
Pria tua berpakaian hitam itu
tersenyum ramah.
Pak Basir dan Pak Heru.
Mereka adalah pendiri Organisasi
Gagak Darah, yang juga merupakan saudara, kandung, yang terkenal dengan teknik
serangan gabungan mereka. Keduanya telah menciptakan reputasi yang hebat di
tiga provinsi bawah.
"Sekalipun Pak Dennis dan Oscar
yang menemanimu datang menyerang sekarang, mungkin mereka bukan tandingan kedua
orang ini."
"Pak Adriel, karena Anda pernah
menyelamatkan keluargaku, tolong matilah dengan tenang dan jangan menyiksa
diri."
Justin menunjukkan senyum penuh
kemenangan.
Akan tetapi, Adriel hanya menatap
Justin penuh penyesalan. "Kamu memang cerdik. Tapi, sayangnya kamu terlalu
tergesa-gesa. Aku belum selesai bertarung dengan keluarga Maswa dan keluarga
Buana, tapi kamu sudah terburu-buru menunjukkan dirimu yang sebenarnya dan
melewatkan kesempatan besar..."
"Sudahlah, biar kutunjukkan
beberapa kekuatan tersembunyi terakhirku sebelum kamu mati ... "
Sambil berkata seperti itu, Adriel
berjalan mendekati Basir juga Heru dan berkata dengan tenang, "Seharusnya
pada tingkat kalian ini, sebenarnya kalian nggak pantas mati di tanganku."
Tiba-tiba saja, di sekitar Adriel,
muncul kabut hitam yang berubah menjadi bulan hitam.
Muncul Sungai Darah di bawah kaki
Adriel.
Adriel berdiri tegak, dengan bulan
hitam di atas kepalanya dan Sungai Darah di bawah kakinya. Tatapannya terlihat
dingin saat dia memalingkan muka. Adriel terlihat gagah bagaikan dewa.
No comments: