Bab 1215
Adriel cukup frustasi melihat situasi
ini, apakah dirinya memang begitu dibenci?
Adriel tahu kalau dirinya bukan orang
baik, tetapi dia juga bukan orang jahat.
Adriel selalu memperlakukan semua
temannya dengan baik dan lembut, begitu juga dalam memperlakukan musuhnya.
Kalau tidak percaya, bisa pergi ke Kota Silas dan tanyakan pada Joshua. Joshua
berulang kali mencoba untuk membunuh Adriel, tetapi Adriel tidak membunuhnya
dan bahkan pergi menjenguknya dengan membawa hadiah besar.
Adriel benar-benar merupakan orang
baik!
"Aku akan mencatat nama-nama
mereka," kata Pak Dennis dengan suara dingin.
"Jadi manusia itu harus murah
hati, tidak boleh menyimpan dendam," ujar Adriel sambil mengetuk pegangan
kursi dengan jarinya. Adriel kembali berkata dengan lembut, "Setelah ini,
periksa kartu penduduk mereka, aku tidak akan menyalahkan mereka yang tidak
terdaftar di kartu penduduk."
Tidak lama kemudian, mobil berhenti
di depan sebuah vila yang sangat tenang. Adriel sudah memindahkan Ana dan yang
lainnya ke vila ini.
Setelah informasi kematian Adriel
tersebar luas, berbagai pihak mulai memberikan reaksi yang beragam.
"Adriel sudah mati?" tanya
Elin yang sedang duduk sambil membaca dokumen di atas mejanya. Jari-jari
tangannya yang sedang membalikkan halaman dokumen tiba-tiba berhenti ketika
mendengar berita tersebut.
Di sisi lain, Hugo berdiri di
belakang meja kerja Elin. Ketika melihat ekspresi Elin, Hugo pun bertanya
dengan nada kebingungan, "Kepala keluarga merasa tidak senang?"
Setelah mendapat pelajaran dari Elin
waktu itu, Hugo menjadi sangat hormat dan patuh kepadanya. Seperti saat ini,
Hugo langsung memberi tahu Elin begitu dia mendapatkan informasi ini.
"Senang, tentu saja
senang," jawab Elin sambil tersenyum lebar, kemudian menatap Hugo dan
kembali berkata, "Ceritakan lebih detail, bagaimana dia bisa mati?"
"Aku sudah mencari tahu jalan
ceritanya! Keluarga Buana dan keluarga Maswa bekerja sama dalam mengambil
tindakan! Sejak awal, aku sudah bilang kalau bocah itu tidak bisa hidup lama!
Dia kira dia siapa? Dia tidak mungkin bisa selalu lolos dari kematian!"
ujar Hugo dengan sombong.
Namun, Elin tiba-tiba menutup dokumen
di tangannya, lalu bertanya dengan mata yang berkedip, "Jadi, jasadnya
tidak ditemukan?"
"Tidak, bagaimanapun juga, dia
diserang keluarga Buana dan keluarga Maswa secara bersamaan. Dia pasti sudah
mati tanpa menyisakan jasad," jawab Hugo sambil tersenyum sinis.
"Benarkah?" tanya Elin
dengan tatapan yang berkilau.
Keesokan harinya.
Di kediaman keluarga Buana.
Saat ini, Felicia dan Herios sedang
duduk santai sambil bermain catur di salah satu ruangan.
Felicia melangkahkan anak caturnya,
lalu tersenyum pada Herios dan berkata, "Kak Herios, kamu benar-benar
hebat. Putriku bahkan tidak memberitahuku tentang kematian Adriel.
Sepertinya putriku merasa tidak puas
karena Adriel harus mati di tangan guru tua yang merupakan anak buahmu."
Mendengar perkataan ini, Herios hanya
tersenyum sinis. Dia juga tidak terkejut dengan kabar kematian Adriel, lalu
berkata dengan nada sombong, "Sejak awal, aku tidak menganggap penting
bocah itu. Aku bahkan merasa agak gagal karena membiarkannya bertahan hidup
sampai sekarang."
"Benar, dia tidak mungkin bisa
menandingi kehebatan Kak Herios. Jangankan Adriel, Guda juga merupakan sampah
yang tidak berguna!" ujar Felicia.
Setelah beberapa saat, Felicia
kembali berkata, " Sepertinya pembagian Harta Karun Iblis Darah itu
"Ini... bisa dibicarakan dengan
cara yang baik ataupun cara yang tidak baik... " jawab Herios sambil
menjalankan anak caturnya. Dia kemudian menatap tubuh Felicia, lalu tersenyum
dan berkata, "Aku bukanlah orang yang bisa mengingkari janji, tapi ini
bukanlah tempat yang cocok untuk membahas hal ini, bagaimana kalau kita pindah
ke tempat lain?"
Mendengar ini, Felicia langsung
mengerutkan keningnya dan menatapnya dengan tatapan yang sangat jijik.
Namun ketika terpikir dengan Harta
Karun Iblis Darah, Felicia hanya bisa menahan rasa jijiknya, lalu tersenyum
manis sambil meletakkan anak catur di tangannya. Dia kemudian menatap Herios
dan berkata, "Apakah Kak Herios mau istirahat bersama? 11
Herios langsung meletakkan anak catur
di tangannya dengan ekspresi yang senang. Dia kemudian bergegas bangkit untuk
pergi. Namun, di saat yang bersamaan ...
No comments: