Bab 1089
Adriel berpikir tentang utang budi
ini. Dia merasa bingung dan pergi ke arah Gunung Violet sesuai janji.
Setelah tiba, dia melihat Wendy duduk
bersila di puncak Gunung Violet yang menghadap ke arah matahari terbit dan
sedang meditasi dengan mata tertutup.
"Musuhku, ternyata kamu masih
ingat aku."
Adriel tampak sedikit terkejut saat
mendengar suara menawan yang tidak asing.
Adriel melihat ternyata Diana sedang
berdiri di samping Wendy. Dia meletakkan tangannya di belakang dan sambil
tersenyum manis menatap Adriel. Wajahnya kehilangan sedikit pesona, matanya
terlihat seperti sedang tertawa, tetapi juga membawa sedikit rasa rindu yang
lama tersimpan.
Tidak.
Kenapa kamu begitu sehat?
Aku malah berusaha keras untuk
menyelamatkanmu.
"Bu Wendy yang menyelamatkanku.
Sekarang aku menjadi pelayan Bu Wendy!" kata Diana.
Diana seolah-olah tahu apa yang ingin
ditanyakan oleh Adriel. Dia menikmati ekspresi terkejut di wajah Adriel, sambil
tersenyum menjelaskan semuanya.
Ternyata tidak lama setelah Adriel
pergi, Wendy langsung menyelamatkannya. Hanya saja Diana tahu bahwa situasi
Adriel saat itu sangat sulit, jadi Diana khawatir Adriel tidak fokus karena
dirinya, sehingga dia memilih untuk merahasiakan semua ini.
Saat ini Wendy membuka matanya dan
menatap Adriel sambil berkata, "Semuanya sudah beres?"
"Bu Wendy, ini... " Adriel
berkata sambil melihat ke arah Diana.
"Aku menyembuhkannya secara
kebetulan saja," kata Wendy dengan acuh tak acuh.
"Secara kebetulan..."
"Siapa Tabib Agung
sebenarnya?"
"Bu Wendy, aku benar-benar nggak
bisa meniru sikap sombongmu yang santai ini."
"Kalau sejak awal kamu
mengatakan bisa menyembuhkannya, bagaimana mungkin aku harus repot-repot
mencari bahan obat untuk meracik ramuan?"
"Semua ini sia-sia!" Adriel
bergumam dalam hatinya.
Adriel berkata dengan tulus,
"Terima kasih banyak, Bu Wendy! Utang budi ini sangat besar, aku... "
"Ingin memberikan balasan padaku
lagi?" tanya Wendy.
Wendy tersenyum.
"Pamanku, Gary," kata
Adriel.
Adriel tersenyum tak berdaya. Lalu
dia mengeluarkan token Gary Tak Terkalahkan dari Ruang Penyimpanan Surgawi dan
berkata, "Parman Gary tahu bahwa kamu sangat baik padaku, jadi dia ingin
berikan kamu sedikit bantuan. Tapi sekarang ini... Aku akan kembali dan
berbicara dengannya lagi. ini memang sedikit memalukan."
Setelah itu, Adriel ingin menyimpan
kembali token tersebut.
Memberikan pelayanan kepada orang
hebat seperti Wendy merupakan kehormatan bagi Gary.
"Bagaimana bisa mengambil
kembali barang yang sudah diberikan?" kata Wendy.
Wendy tersenyum tipis, lalu
mengangkat tangannya dan dengan cepat mengambil token itu.
"Terima kasih, Bu Wendy,"
ucap Adriel.
Adriel mengucapkan terima kasih
karena Wendy tidak hanya menyelamatkannya, tetapi juga menjaga perasaan
hatinya.
Dia benar-benar membuat Adriel ingin
menangis
"Selain itu, ini sedikit
dariku... " tutur Adriel.
Wendy begitu baik hati, tentu saja
Adriel tidak boleh pelit. Dia langsung mengeluarkan beberapa buku teknik dari
sakunya.
Itu adalah bagian dari warisan Dewa
Obat yang sangat berharga. Tingkatannya sangat tinggi dan mungkin berguna untuk
Wendy.
Warisan ini tidak ada hubungan dengan
inti ilmu Tabib Agung. Jadi melalui latihan ini juga tidak dapat mengetahui
identitas Adriel.
Ini bukan karena Adriel pelit, tetapi
karena Tabib Agung mengatakan bahwa tidak boleh memberitahu identitasnya kepada
siapa pun.
Saat ini, Wendy tersenyum dan melihat
beberapa buku itu. Lalu dia mengambalikannya kepada Adriel sambil berkata,
"Latihanlah dengan baik."
"Apa kamu nggak
membutuhkannya?" tanya Adriel.
Adriel sedikit terkejut. Apakah Wendy
tidak membutuhkan bantuan dari warisan Dewa Obat?
Seberapa hebatnya Wendy itu ...
"Aku nggak mengatakan bahwa
teknik ini buruk, hanya saja minat setiap orang berbeda-beda. Aku tertarik
untuk mempelajari makanan lezat dan minum anggur merah saja. Aku nggak tertarik
pada seni bela diri, bahkan nggak suka berlatih," Wendy berkata dengan
santai.
"Enggak suka berlatih pun bisa
mengalahkan tingkat langit bebas?" pikir Adriel.
Adriel terdiam. Raja sombong di Kota
Silas hanya pantas untuk Wendy.
Kelak siapa yang berani bilang aku
adalah raja sombong, aku akan marah padanya!
No comments: