Bab 307
"Pergi dan minta maaflah dengan
baik kepada Pak Adriel," bujuk Andrian.
Adriel sudah menakut-nakuti Aurel.
Sekarang, Aurel sangat membencinya, tetapi juga takut padanya. Aurel berjalan
menghampirinya, kemudian membungkuk untuk meminta maaf.
Adriel melambaikan tangannya dan
tidak ingin berdebat dengan Aurel lagi.
"Ayah, tolong suruh orang untuk
mengambil koperku di dalam mobil. Aku mau ganti celana ... " kata Aurel
dengan nada pelan.
Andrian pun mengambil kunci mobil
Aurel, kemudian memberikan kunci itu kepada sang sekretaris untuk mengambil
kopernya.
Andrian tidak bisa menahan diri untuk
bertanya, "Pak Adriel, kamu punya masalah
apa dengan Pak Benny?"
Adriel pun menceritakan dengan
singkat apa yang terjadi di rumah pensiunan hari ini. Sementara itu, Aurel
hanya diam-diam mendengarkan dari samping.
"Pak Adriel menganiaya anak
Jenderal Garnisun sampai terluka parah hanya untuk orang yang nggak dikenal dan
nggak penting?" tanya Aurel dengan kaget.
Adriel meliriknya, lalu berkata
dengan nada
datar, "Aku nggak sebaik itu.
Aku memukulnya karena dia terlalu sombong di hadapanku."
"Kalau kamu tahu bajingan itu
adalah Pak Benny, apa kamu tetap akan menyerangnya? " tanya Aurel.
Adriel balik bertanya,
"Menurutmu?"
Adriel tiba-tiba terdiam. Aurel
sangat membenci dan takut terhadap tindakan Adriel, tetapi setelah mendengar
hal ini, dia merasa Adriel adalah orang yang sangat adil. Hal ini patut
diacungi jempol.
Setelah mendengar hal ini, Andrian
tahu bahwa konflik antara Adriel dan keluarga Herman tidak dapat diselesaikan.
Namun, dia dan dokter lain harus menderita karena menanggung sebagian amarah
Joshua.
Pada saat itu, ponsel Andrian
tiba-tiba berdering.
Setelah mengangkat telepon,
ekspresinya langsung berubah. Lalu, dia berkata, "Aku akan segera ke
sana!"
"Pak Adriel, ada masalah dengan
operasi anak perempuan itu. Mungkin nyawanya berada dalam bahaya," kata
Andrian dengan cepat.
"Bawa aku ke sana."
Adriel segera beranjak pergi. Dia
pergi ke rumah sakit karena khawatir operasi akan berjalan tidak lancar.
Apalagi, dia yang paling tahu seberapa parah luka anak perempuan itu.
"Aurel, kamu tunggu kopermu di
sini saja. Nanti, kamu pergi ke asramaku untuk mandi dan ganti baju."
Setelah berpesan kepada Aurel,
Andrian pun bergegas membawa Adriel pergi ke ruang operasi.
Setelah membawa Adriel pergi
mengganti baju operasi yang telah disterilkan, Andrian pun masuk ke ruang
operasi melalui pintu masuk lain.
Pada saat ini, Joshua sedang berada
di luar ruang operasi. Namun, Adriel tidak ingin bertemu dengannya.
Kalau dia benar-benar bertindak,
kekuatan Joshua sebagai mahaguru tingkat sembilan sudah cukup untuk
menghancurkan Adriel.
Setelah masuk ke ruang operasi, dokter
bedah yang bertanggung jawab saat ini tidak tahu harus berbuat apa. Adriel
segera menggunakan Jarum Takdir untuk menyelamatkan gadis kecil itu. Adriel
sendiri yang mengoperasinya.
Adriel tidak memiliki pengalaman
untuk mengoperasi manusia. Jika mata gandanya belum berevolusi, mungkin dia
tidak akan berani melakukan operasi dengan gegabah.
Namun sekarang, dengan bantuan mata
ganda tembus pandangnya, operasi apa pun tidak akan sulit baginya.
Pratikno sudah tiba di luar ruang
operasi, sementara Dalan yang terluka parah juga dibawa ke rumah sakit.
Joshua melihat cedera Dalan lebih
parah dari cedera Benny.
Meskipun Benny juga terluka parah,
lukanya tidak fatal. Namun, luka Dalan sangat parah, dia bahkan sudah sekarat.
"Dasar berengsek!" umpat
Joshua dengan wajah pucat.
Dalan adalah wakil jenderal
kepercayaannya. Mereka sudah seperti saudara, tetapi kini hidupnya terancam.
Bagaimana mungkin dia tidak marah?
"Cepat, panggil Andrian untuk
segera mengatur operasi penyelamatan!" seru Joshua dengan marah.
Saat melihat Dalan yang bersimbah
darah dan hampir mati, Alliya juga sangat terkejut.
"Sebenarnya siapa orang ini?
Kenapa dia berani melakukan hal itu? Dan kenapa dia bisa sekuat itu?"
No comments: