Bab 1166
"Adriel, apakah kamu melihat
seorang ahli di sini?" tanya Kevin dengan tidak sabar.
"Kalian juga datang untuk
mencari ahli itu, ya?" tanya Adriel balik dengan bibir berkedut.
"Kamu benar-benar tahu?"
tanya Guda yang langsung gembira. Lalu dia melanjutkan, "Kalau kamu tahu,
maka katakanlah. Aku akan menganggapmu berjasa!"
Namun, pada saat ini, Herios menatap
Guda dengan sinis dan berkata, "Aku yang mengundang ahli itu, dia sudah
setuju untuk bekerja sama denganku. Enyahlah dari sini, atau kamu akan
mati!"
"Sialan!" seru Adriel yang
terkejut, lalu dia bertanya, "Sejak kapan aku setuju untuk kerja sama
denganmu?"
"Pecundang! Di sini nggak ada
tempat untukmu bicara! Diam!" seru Herios dengan marah.
"Adriel! Jangan mencemarkan nama
ahli itu!"
Ekspresi Guda sedikit berubah dan dia
menegur Adriel. Kemudian, dia berkata kepada Herios, " Tipuan apa yang
kamu lakukan padaku? Mungkin kamu bahkan belum pernah melihat wajah ahli itu,
kamu malah berani mengungkit masalah kerja sama?"
"Aku memang belum pernah bertemu
dengan ahli itu, tapi jika aku membunuhmu, maka aku nggak akan punya pesaing
lagi. Bunuh!" seru Herios.
Begitu perkataan itu diucapkan,
pendeta di belakang Herios langsung melangkah maju. Namun, dia tidak menyerang
Guda, melainkan langsung menyerang Adriel!
Harus memaksa Adriel memberikan
petunjuk tentang ahli itu.
"Guru Fahjar!" teriak Guda.
Sebuah mantra terdengar dan cahaya
emas muncul, Fahjar juga turut bertindak.
Mereka adalah saingan satu sama lain,
keduanya adalah pemangsa. Bagi mereka, Adriel hanyalah orang lemah yang hanya
pantas untuk mereka rebut dan kendalikan.
"Adriel, ayahku sudah cukup
sopan padamu, cepatlah ke sini. Apakah kamu benar-benar ingin mati?"
Kevin juga berteriak, dia tidak
mempedulikan moral generasi kedua tingkat puncak. Dia sama sekali tidak
menganggap Adriel.
"Bodoh," ucap Adriel.
Adriel hanya sedikit menggelengkan
kepala, tampaknya kedua keluarga ini tidak bisa membedakan orang bodoh sebenarnya...
Hal ini membuat Adriel agak tidak
sabar.
"Dua cecunguk kecil berkeliaran.
Awalnya aku nggak ingin bertindak, tapi kalian memaksaku!" seru Adriel.
"Apa katamu?" tanya Herios
dengan marah.
"Bocah, beraninya kamu!"
Guda juga berteriak.
Bagi mereka, Adriel hanyalah sebuah
barang dagangan yang bisa diperebutkan sesuka hati, tetapi barang dagangan itu
malah menyerang orang?
Namun, pada saat ini, Adriel hanya
menatap mereka dengan dingin, lalu berkata, "Nggak tahu diri di hadapan
orang kuat. Menyedihkan!"
"Bangkit!" teriak Adriel
sambil menggenggam segel di tangannya.
Seketika, lembah itu sedikit
berguncang seperti gempa bumi!
Lalu, di bawah tatapan terkejut semua
orang, energi darah yang kental tiba-tiba meledak dan kabut darah membumbung
tinggi. Seolah-olah diberkahi spiritualitas, energi darah berubah menjadi ular
berbisa yang tak terhitung jumlahnya dan menjerat di dalam lembah!
Suhu di sekitar tiba-tiba menurun.
Daerah di sekitar Lembah Iblis Darah
ini memang sangat dingin dan suram, sekarang menjadi seperti musim dingin.
Banyak orang yang merinding dan
tatapan mereka penuh ketakutan.
"Apa ini?"
Mata semua orang hampir terbelalak.
Bahkan Pak Dennis dan yang lainnya
juga terkejut dan merasa bingung.
"Energi darah meletus. Meletus
lagi? Nggak mungkin!" seru Guda dengan terkejut.
"Apa mungkin itu dia?"
gumam Herios sambil melihat Adriel dengan tidak percaya.
Namun, hanya terlihat Adriel yang
menghadap kerumunan orang, di belakangnya ada ular darah tak berujung yang
melingkar di bawah kakinya.
Tatapan Adriel menyapu semua orang,
lalu dia berkata, "Awalnya ingin berinteraksi dengan kalian dengan
identitas orang biasa, sayangnya kalian nggak menghargainya. Kalau begitu,
bantu aku menghabiskan energi darah Iblis Darah saja."
Adriel berdiri dengan tangan di
belakang punggung, energi darah di belakangnya meluap seperti memiliki kekuatan
yang dahsyat dan semua orang di tempat tercengang!
No comments: