Bab 1172
Namun, ular raksasa itu tidak
bergerak sedikit pun, sama sekali tidak menghiraukan Adriel. Matanya hanya
memancarkan kilatan rakus. Ia membuka mulut besarnya, hendak menelan Herios
dalam satu gigitan.
Jelas bahwa Herios adalah mangsa yang
paling diinginkannya!
Mulut besar yang penuh darah
mendekat, mengeluarkan bau busuk yang menusuk hidung.
Herios merasa seperti jatuh ke dalam
lubang es. Wajahnya pucat pasi. Apakah hari ini benar-benar akan menjadi akhir
hidupnya?
"Mati bersama badut sepertimu
adalah penghinaan bagiku!"
Herios merasa marah dan tidak rela.
Jika dia harus mati, seharusnya dia mati dengan cara yang heroik, bukan di
tangan seseorang yang rendahan seperti Adriel. Meski mati pun, dia tidak akan merasa
tenang.
Namun, pada saat itu terdengar suara
pelan, " Anggap saja kamu beruntung. Menyingkirlah ke samping."
Adriel menendang Herios yang terluka
parah dan tidak mampu melawan ke samping.
Jika bukan karena ular raksasa ini
akan menjadi lebih kuat setelah menelan Herios dan membuatnya sulit ditangani,
Adriel mungkin tidak akan mau repot repot menyelamatkannya.
Namun untuk saat ini, demi harta
karun Iblis Darah, Adriel terpaksa menyelamatkan pria tua itu!
Adriel berdiri sendiri di hadapan
ular raksasa itu. Setelah kehilangan mangsanya, ular itu akhirnya mengalihkan
pandangan dinginnya yang kejam ke arah Adriel.
Perbandingan ukuran mereka sangat
mencolok. Ular berkepala dua itu seperti gedung pencakar langit, sementara
Adriel tampak seperti seekor semut.
Namun, Adriel hanya memandang ular
itu dengan tenang, lalu berujar, "Formasi besar yang dibuat oleh Iblis
Darah hanya dalam dua tahun berhasil melahirkan makhluk seperti dirimu. Meski
ada seorang ahli tingkat langit bebas yang datang pun, mungkin dia nggak akan
bisa mengalahkanmu."
"Kalau kamu diberi beberapa
tahun lagi, kamu mungkin bisa mencapai tingkat ilahi. Sayangnya, kamu bertemu
denganku," lanjut Adriel.
Sambil berkata demikian, Adriel
melangkah perlahan mendekati ular itu.
"Seperti semut hina, masih saja
membual!" ejek Herios sambil mendengus setelah mendengar kata- kata
Adriel.
Dengan kekuatan leluhurnya, dia pun
tidak mampu melawan ular ini. Ucapan besar Adriel hanya membuatnya terlihat
konyol!
"Kita seharusnya membunuh Adriel
lebih awal agar bencana ini nggak terjadi!" kata Guda yang juga sangat
marah hingga menggertakkan gigi.
Namun, belum sempat dia menyelesaikan
ucapannya, ekspresi kebenciannya tiba-tiba membeku.
Mereka melihat di sekitar tubuh
Adriel, kabut hitam mulai berputar!
Ketika kabut hitam itu menyebar,
wajah Herios dan Guda berubah drastis!
"Itu adalah Serangga Racun Iblis
Darah!"
Herios sangat terkejut.
Dia mengenali Serangga Racun Iblis
Darah itu karena dia sendiri yang menangkapnya menggunakan harta karun
berharga.
"Bagaimana mungkin Serangga
Racun Iblis Darah ada di tangan Adriel?"
Guda juga merasa terkejut. Tiba-tiba,
dia menyadari sesuatu.
Apakah mungkin orang hebat itu
sebenarnya adalah Adriel?
"Lihat bubuk obat itu!"
seru pendeta tua itu dengan kaget.
Mereka melihat Adriel menaburkan
bubuk obat ke udara. Bahkan, saat ular raksasa itu melihat bubuk tersebut, ia
menunjukkan ketakutan yang sangat manusiawi, seperti sedang melihat musuh
bebuyutannya!
Ular itu langsung mundur belasan
meter!
Harus diketahui bahwa Herios dan yang
lainnya harus mengerahkan seluruh kekuatan mereka hanya untuk membuat ular itu
mundur beberapa meter saja!
Semua orang terpaku dalam sekejap,
seolah-olah mereka telah menjadi patung.
Semua sudah jelas....
Identitas Adriel kini tak perlu
diragukan lagi!
Namun, ini belum berakhir.
Ketika Serangga Racun Iblis Darah dan
bubuk obat itu menyerang ular raksasa, ular itu menunjukkan ketakutan yang
makin besar, terus mundur.
Pada saat itu, Adriel mengeluarkan
pedang setengah jadinya.
Pedang setengah jadi itu panjangnya
hanya sekitar satu meter, tampak kuno dan kasar, dengan kilatan petir yang
berkumpul di permukaannya!
Pedang itu memancarkan aura
penghancur yang seolah-olah dapat melenyapkan segalanya!
Seolah-olah pedang ini adalah hukuman
ilahi yang dikirim dari langit untuk menghakimi semua kejahatan!
Saat ular raksasa itu melihat pedang
petir tersebut, ketakutan di matanya tampak makin mendalam. Seakan-akan ia
ingin melarikan diri kembali ke kedalaman lembah!
"Ini... Apa ini... "
Herios menyaksikan pemandangan ini
dengan ekspresi penuh keterkejutan.
Di bawah tatapan semua orang, Adriel
melompat ke udara, lalu berkata dengan tenang, "Sudah lama aku menunggumu,
tapi kamu malah ingin pergi?"
Adriel melompat hingga ketinggian
ratusan meter, tepat di atas kepala ular raksasa itu. Pedang setengah jadi di
tangannya diselimuti petir, dengan kilatan petir yang memenuhi langit. Adriel
terlihat seperti makhluk surgawi yang turun ke bumi, memegang petir besar yang
siap menghakimi ular itu!
Herios dan yang lainnya tertegun.
Pemandangan ini sungguh luar biasa!
"Satu tebasan, hancurkan semua
kejahatan!"
Adriel mengayunkan pedang yang
diselimuti petir. Dengan suara gemuruh, petir itu menjadi makin kuat. Adriel
menebas ke bawah, menciptakan kilatan petir yang menakjubkan di langit!
No comments: