Membakar Langit ~ Bab 1147

  

Bab 1147

 

"Sebenarnya orang seperti apa sih yang keluarga Gunawan singgung!" desis Hendro dengan kaget, sekujur tubuhnya tampak gemetar.

 

Sepanjang hidupnya, baru pertama kali ini dia bertemu orang seperti Adriel. Apa yang terjadi benar -benar tidak masuk akal. Perbedaan level kekuatan seolah tidak ada artinya bagi Adriel!

 

Latihan keras yang Hendro jalani selama bertahun- tahun juga terlihat seperti lelucon!

 

"Tolong ampuni kami, Pak Adriel!"

 

Para anggota keluarga Gunawan sontak menjadi pucat pasi setelah menyaksikan semua ini. Mereka langsung berlutut dengan tubuh yang gemetar, ekspresi mereka terlihat ketakutan.

 

"Hei, jangan berlutut! Serangga racunnya itu terbatas, dia nggak mungkin sanggup membunuh kita semua!" bentak Hansen.

 

"Oh? Ternyata nyalimu sebesar itu, ya?" sahut Adriel sambil tersenyum dengan dingin. Dia muak sekali dengan orang-orang yang menjebak orang lain untuk mati. Berani-beraninya si Hansen?

 

Baik, bagaimana jika membunuhnya lebih dulu?

 

Sekumpulan serangga racun pun segera menyerang ke arah Hansen!

 

"A... aku... aku..."

 

Wajah Hansen langsung berubah menjadi pucat. Dia sebenarnya hanya asal bicara. Dia justru sangat menyayangi nyawanya.

 

Begitu melihat serangga racun itu menyerang ke arahnya, Hansen pun sontak berlutut. "Tolong ampuni aku, Pak Adriel!".

 

Adriel kembali tersenyum merendahkan. Dia menatap Riko dan yang lainnya dengan sorot menghina.

 

Mereka bisa apa lagi setelah leluhur mereka dikalahkan?

 

"To... tolong ampuni aku, Pak Adriel!" pinta Riko sambil berlutut ketakutan lagi dengan wajah pucat pasi.

 

"Leluhur..."

 

Siska menggertakkan giginya dengan keras, dia marah sekali. Akan tetapi, dia jauh lebih keras kepala daripada Hansen dan Riko. Alih-alih berlutut, dia justru menoleh menatap Hendro.

 

Adriel mengarahkan pedangnya ke Hendro sambil bertanya dengan nada angkuh, "Mau menyerah atau nggak?"

 

Hendro sudah tidak berkutik lagi di atas tanah. Dia menatap mata Adriel yang terlihat dingin dengan ketakutan. Dia tahu jika dia salah bicara, semua serangga racun itu akan langsung mencabut nyawanya!

 

"A... aku menyerah! Keluarga Gunawan mengaku salah!" ujar Hendro dengan suara gemetar sambil perlahan berlutut.

 

Seorang Guru Bumi Tingkat Sembilan malah bersujud di hadapan Adriel!

 

Hendro, pemimpin keluarga Gunawan, salah satu dari empat keluarga besar, yang sebenarnya!

 

Tentu saja ini adalah fakta yang menggemparkan penjuru Sagheru!

 

Amarah Siska sontak tersulut.

 

"Mulai sekarang, Dante-lah yang akan menjadi kepala keluarga Gunawan. Kamu keberatan?" tanya Adriel.

 

"Sama sekali nggak!" jawab Hendro dengan segera.

 

Dia pun menatap Dante dan berujar dengan tegas, " Mulai sekarang, kamu-lah kepala keluarga Gunawan!"

 

"Hah? Aku ... "

 

Dante yang sebenarnya masih kaget dengan kemenangan Adriel pun terkesiap saat mendengar pernyataan Hendro. Rasanya dia seperti sedang bermimpi.

 

Mulai sekarang dia adalah kepala keluarga Gunawan?

 

Rasanya seperti mimpi...

 

"Kamu juga harus memberiku ganti rugi berupa bahan obat berusia seribu tahun. Keberatan nggak?" tanya Adriel dengan santai.

 

"Bahan obat berusia seribu tahun... " gumam Hendro sambil mengatupkan bibirnya. Sebenarnya, dia sengaja menyimpan bahan obat itu untuk memperpanjang umurnya...

 

Akan tetapi, begitu menengadah menatap sorot tatapan Adriel yang dingin dan angkuh itu, Hendro pun menggertakkan giginya sambil berkata, "Ng... nggak keberatan!"

 

"Kamu seharusnya bersikap seperti ini biar semua ini selesai lebih cepat," sahut Adriel sambil tersenyum menyindir. Dia pun menyimpan kembali Pedang Racun Iblis Darahnya.

 

Adriel juga tidak begitu memaksakan kehendak. Karena energi kehidupan Serangga Racun Iblis Darah akan berkurang setiap kali Adriel menggunakannya.

 

Bahkan kabut racun itu sekarang sudah menipis, itu berarti jumlah Serangga Racun Iblis Darah juga berkurang. Adriel harus memusatkan mereka pada situasi yang lebih mendesak...

 

Berakhirnya pertempuran pun membuat suasana sontak menjadi hening.

 

Angin sepoi-sepoi membawa aroma darah dan daging yang membusuk.

 

Untung saja pertempuran ini berakhir dengan cepat. Jika terlalu banyak memakan korban jiwa, pemandangannya pasti akan lebih mengerikan.

 

Iblis Darah benar-benar merupakan makhluk yang luar biasa, kehadirannya saja sudah cukup membuat semua orang menjadi ketakutan.

 

Contohnya saja sekarang. Begitu Adriel melirik, semua anggota keluarga Gunawan langsung bersikap seolah sedang menghadapi leluhur mereka. Sama sekali tidak ada yang berani bersikap sombong seperti sebelumnya.

 

Sementara itu, para anggota keluarga Gunawan yang terluka masih merintih kesakitan.

 

Hendro tidak mengacuhkan mereka. Dia justru menatap Adriel dengan kagum sekaligus takut, lalu bertanya, "Apa kamu benar-benar keturunan Iblis Darah?"

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1147 Membakar Langit ~ Bab 1147 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 31, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.