Membakar Langit ~ Bab 1154

  

Bab 1154

 

Mendengar hal itu, wajah Kevin langsung berseri seri penuh kegembiraan. Kuil Sentosa sangat terkenal di tiga provinsi tengah, terutama karena keahlian mereka dalam menaklukkan ilmu hitam dan kekuatan jahat seperti Iblis Darah.

 

"Aku nggak akan datang tanpa persiapan," ujar Bastra dengan senyum percaya diri.

 

"Apakah Adriel datang atau nggak, itu nggak penting. Selama kita memiliki Tetua Fahjar, itu sudah cukup!"

 

Di puncak gunung, sebuah tempat peristirahatan sementara telah didirikan. Di bawahnya, sebuah sungai mengalir deras, dikelilingi oleh hutan hijau yang indah, sementara di kejauhan, kabut darah membubung tinggi ke langit.

 

Di puncak tersebut, berdiri seorang pria paruh baya yang gagah, dengan sungai di bawah kakinya dan kabut darah di kejauhan. Sikapnya penuh dengan aura yang sulit dijelaskan, memancarkan wibawa yang luar biasa.

 

Di sampingnya, seorang pria paruh baya berjubah hitam dengan mata tajam berdiri tegak. Aura yang terpancar darinya menunjukkan bahwa dia adalah Guru Bumi tingkat rendah.

 

Di sisi lainnya, seorang lelaki tua berpakaian jubah hitam, dengan wajah segar bugar, memegang sebuah Kompas Harmoni. Dia tampak misterius, seolah sedang meramal sesuatu.

 

Tiba-tiba, mata lelaki tua itu berbinar, lalu berkata, ""Tuan Herios, satu jam lagi, tepat pada saat bulan matahari bersinar, darah akan melemah. Itulah saat yang tepat bagi kita untuk masuk!"

 

"Bagaimana dengan situasi di pihak Guda?" tanya Herios dengan datar.

 

"Kami mengirim orang untuk menenggelamkannya di sungai. Kevin telah mengirim kepala Waren ke kediamanmu di kota," jawab pria paruh baya bernama Hasan dengan tatapan serius.

 

Mendengar itu, lelaki berjubah hitam mendengus, " Tuan Herios, kamu sudah menunggu di tempat paling berbahaya ini selama tiga hari tiga malam, sementara Guda hanya mengirim bawahannya, dan dia sendiri bersembunyi di kota. Jika berbicara tentang keberanian, dia sangat jauh di bawahmu! Membandingkan dia denganmu? Itu benar-benar penghinaan! Setelah mendapatkan harta karun Iblis Darah, kamu harus menghukumnya dengan baik!"

 

Herios tampak tak terganggu, hanya menjawab dengan datar, "Hasan."

 

"Ya, Tuan Herios, "balas Hasan segera.

 

"Pergi temui Guda dan katakan padanya, dia membunuh orangku dan melindungi Gary dan Adriel. Aku nggak akan melepaskannya begitu saja. Akan ada balasannya," perintah Herios.

 

"Siap!" Hasan menyeringai kejam. "Balasan apa yang kamu ingin aku berikan padanya, Tuan Herios?

 

"Kamu."

 

Hasan terkejut sejenak mendengar itu.

 

Namun, sebelum dia bisa bereaksi, Herios tiba-tiba melepaskan kekuatan dahsyat. Dia melancarkan satu pukulan dengan telapak tangannya, energi yang sangat kuat meledak keluar.

 

Hasan bahkan tak sempat menghindar. Matanya membelalak, darah mengalir dari tujuh lubang di wajahnya, tetapi kekuatan hidup seorang Guru Bumi membuatnya masih bisa bernapas, meski dalam kondisi yang sangat buruk. Dia menatap Herios dengan ketidakpercayaan.

 

"Aku melatihmu menjadi Guru Bumi, tapi kamu malah jatuh dalam perangkap Guda. Apa kamu pikir aku nggak mengetahuinya?" ujar Herios sambil mendengus dingin.

 

Dia merapatkan dua jarinya seperti pedang dan memotong kepala Hasan dengan sekali tebas. Kepala itu dia lempar kepada pria berjubah hitam

 

dan berkata, "Bawa kepala ini kepada Guda."

 

"Dan katakan padanya, dulu dia memang seorang tokoh yang patut diperhitungkan. Tapi setelah terlalu lama berkecimpung dalam dunia bisnis, dia kehilangan keberaniannya. Pedagang yang takut kehilangan keuntungan nggak akan pernah jadi besar. Begitu aku mendapatkan harta karun Iblis Darah, dia nggak lagi pantas dibandingkan denganku."

 

"Siap..." jawab pria berjubah hitam dengan penuh hormat.

 

Inilah pandangan luas dan visi seorang penguasa besar!

 

Lelaki tua itu begitu tersentuh oleh aura kepemimpinan Herios sehingga dia rela meninggalkan gurunya dan turun gunung untuk mengabdi kepadanya.

 

"Sayang sekali, Serangga Racun Iblis Darah nggak berhasil membunuh Guda... " ujar pria berjubah hitam sambil mengerutkan alisnya. "Kudengar, Adriel yang memecahkan racun itu."

 

"Dia bahkan berhasil menyembuhkan penyakit racun darah. Sepertinya dia punya cara untuk menaklukkan kekuatan Iblis Darah. Jika dia membantu Guda, mungkin kita akan menghadapi beberapa masalah."

 

Herios tetap tak terpengaruh. "Jika dia berani muncul, dia akan mati," balasnya.

 

"Dan jika dia berlutut memohon ampun?" tanya lelaki tua itu dengan ragu.

 

Dengan tubuh tegap dan penuh wibawa, Herios menjawab dengan tegas, "Siapa pun yang melawanku, berlutut atau nggak, tetap akan mati!"

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1154 Membakar Langit ~ Bab 1154 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 31, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.