Bab 1155
Di kediaman keluarga Gunawan, di
dalam ruang meditasi, Adriel masih menutup mata dan fokus latihan.
Dia duduk bersila, sementara aliran
energi sejati yang kuat terus mengalir dari tubuhnya, membentuk naga putih yang
berputar di sekelilingnya, kemudian diserap kembali melalui hidung dan mulutnya
dalam siklus yang tak henti- hentinya.
Aroma obat yang kuat menyebar dari
tubuh Adriel. Pada saat itu, dia tampak seperti obat hidup. Hanya dengan
menghirup aroma yang keluar dari tubuhnya, orang biasa bisa sembuh dari segala
penyakit.
Begitulah kekuatan Racun Sembilan
Raja Ular. Setelah Adriel berhasil meramunya menjadi pil, setiap latihannya
menjadi makin pesat.
"Huh!"
Adriel membuka matanya dengan tajam,
menghembuskan napas panjang.
Seketika, kabut obat di dalam ruangan
bergulung seperti tornado, angin kencang berhembus, menciptakan pusaran di
udara.
Dor!
Terdengar suara ledakan dari dalam
tubuh Adriel, seolah-olah kembang api meledak di dalam tubuhnya.
Namun, ada hambatan yang tak terlihat
yang menahan Adriel untuk menembus ke tingkat berikutnya.
Setelah mencapai master puncak
tingkat enam, setiap kenaikan satu tingkat menjadi jauh lebih sulit. Terlebih
lagi, Adriel telah melampaui banyak batasan terlalu cepat, sehingga hambatan
untuk meneruskan pendakiannya makin besar.
Dengan mata bersinar tajam, Adriel
berbicara dengan tegas, "Kekuatan dari Pil Sembilan Raja Ular ini sepuluh
kali lipat lebih kuat daripada pil biasa. Hambatan kecil ini berani menghalangi
jalanku? Hancurkan!"
Seiring dengan kata-katanya, kekuatan
yang luar biasa bangkit dari dalam tubuhnya dan mulai mengatasi hambatan itu.
Hambatan itu seperti balon yang siap
meletus.
Bom!
Ketika mencapai titik kritis,
hambatan dalam tubuh Adriel sepenuhnya hancur!
Namun, saat kekuatannya terus
meningkat dengan cepat, Adriel tiba-tiba berteriak, "Hentikan!"
Seketika, aliran energi di dalam
tubuhnya melambat dan berhenti.
"Cukup untuk saat ini,"
gumam Adriel sambil menghela napas lega.
Hambatan pada master puncak tingkat
enam tidak lagi menjadi masalah besar, tetapi Adriel sengaja menahan diri agar
tidak terus menembus terlalu cepat.
Dia perlu memperlambat lajunya untuk
menstabilkan fondasi kekuatannya.
Seperti pegas yang ditarik ke
belakang, terkadang menarik diri bukanlah bentuk kelemahan, melainkan persiapan
untuk lompatan besar yang lebih kuat di masa depan.
"Satu-satunya hal yang kurang
menyenangkan adalah energi hangat di tubuhku makin meningkat... " gumam
Adriel. Dia merasa tubuhnya menjadi lebih panas, dengan rasa panas yang lebih
kuat daripada sebelumnya.
Ini adalah efek samping dari Racun
Sembilan Raja Ular. Racun ular terkenal dengan sifatnya yang menggoda, ditambah
lagi sifat Adriel yang sudah cenderung kuat, serta latihannya yang berfokus
pada kekuatan hangat melalui Jurus Naga Gajah Penghempas Langit. Kombinasi ini
hampir membuat tubuhnya mendidih, mendesak untuk segera dilepaskan.
"Ah, biarlah. Efek samping
adalah efek samping. Masih banyak cara untuk menenangkan diri ...
Terobosan ke tingkat Guru Bumi nggak
terlalu jauh lagi. Sedikit kesabaran akan sangat menguntungkan, " ujar
Adriel sambil tersenyum puas.
Sekarang yang dia butuhkan hanyalah
waktu untuk menstabilkan kekuatan barunya.
"Tuan Adriel masih belum keluar
dari ruangan?"
Sementara itu, di luar ruang
meditasi, Hendro tampak cemas sambil menatap pintu yang masih tertutup.
Di belakangnya, Dante dan beberapa
anggota keluarga Gunawan lainnya juga mulai merasa khawatir.
Kini, berita sudah tersebar luas. Di
daerah Majaya, energi darah telah sepenuhnya meledak, membentuk awan darah yang
menutupi wilayah luas, kekuatan mengerikannya terasa hingga ke kejauhan.
Bahkan orang bodoh sekali pun tahu
bahwa ini adalah tanda bahwa harta karun Iblis Darah telah benar-benar terbuka.
Selain keluarga Buana dan Maswa, tak
terhitung ahli dari seluruh Sagheru, bahkan dari luar wilayah itu, sudah mulai
berkumpul di Majaya untuk memperebutkan harta karun tersebut.
Namun, Adriel masih belum selesai
dengan latihannya...
"Jika Tuan Adriel nggak segera
keluar, kita mungkin akan terlambat," kata salah satu anggota keluarga
Gunawan dengan cemas.
"Leluhur, perjalanan ke Majaya
butuh waktu seharian. Kalau kita terlambat, dan pihak Buana serta Maswa
bergerak lebih cepat... " Dante mengungkapkan kekhawatirannya.
"Diam!"
Hendro memotong ucapan Dante dengan
wajah tegang. "Adriel sudah memberi perintah untuk nggak mengganggu selama
dia sedang latihan. Kamu nggak boleh melanggar!" tegurnya.
Dante hanya bisa mendesah dan
menunduk.
Di antara kerumunan, Siska berdiri
dengan wajah pucat. Setelah menjalani hukuman keluarga selama tiga hari penuh,
tubuhnya yang putih bersih kini dipenuhi bekas luka, dan kakinya hampir tidak
bisa menopang tubuhnya dengan stabil.
Meskipun demikian, karena keluarga
Gunawan sangat membutuhkan orang untuk menjelajahi harta karun Iblis Darah,
bahkan dia pun harus ikut serta.
Namun, dalam hatinya, dia penuh
dengan penghinaan terhadap Adriel. Dia mengira bahwa Adriel sengaja menggunakan
alasan latihan untuk menghindari perebutan harta karun, sementara leluhurnya,
Hendro, telah tertipu.
Namun, dia tidak berani mengungkapkan
pikirannya.
"Jika nggak ada pilihan lain,
kita mungkin harus bergerak lebih dulu," pikir Hendro yang juga mulai
gelisah.
Jika Adriel terlalu lama menunda,
mereka mungkin akan terlambat.
Tepat saat dia bersiap untuk bergerak
lebih dulu, tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam ruang meditasi. Semua
orang mendongak, wajah mereka berubah terkejut.
Mereka melihat aliran energi sejati
yang sangat kuat meledak keluar dari dalam, membentuk angin badai yang melesat
ke segala arah.
Seketika, pintu ruang meditasi
terbuka dengan keras, dan Adriel melangkah keluar. Di atas kepalanya, aliran
energi sejati yang kuat menembus langit, membawa serta aroma obat yang kuat.
No comments: