Bab 1162
"Hanya makanan pembuka bagi
Iblis Darah," kata Adriel sambil tersenyum ketika melihat mereka semua
terkejut.
"Tuan Muda, apa jangan jangan
Tuan Muda sudah tahu ini sejak lama?"
Oscar melihat Adriel dengan tidak
percaya, dia terkejut dalam hati.
Padahal tadi Adriel terlihat sangat
yakin, seolah- olah dia sudah meramalkan semuanya.
"Sekadar tahu saja."
Adriel tersenyum sinis dan berkata,
"Bagaimana mungkin Iblis Darah itu nggak menyadari ada orang yang
berencana untuk mencuri harta karunnya?
Tentu saja dia akan memasang
perangkap, dan ternyata dia berhasil menipu banyak orang bodoh...
Tiba-tiba, semua orang saling
memandang satu sama lain, seolah-olah Adriel juga sedang mengatai mereka...
Kalau bukan karena Adriel
mengingatkan, mungkin sekarang mereka semua sudah mati tak bersisa
"Tuan Muda, kenapa kamu bisa
tahu semua ini?" kata Oscar dengan penuh keheranan dan keraguan.
"Apa yang Pak Adriel nggak
tahu?"
Melihat ekspresi terkejut mereka,
rasa superioritas Hendro muncul di hatinya. Tampaknya, mereka tidak tahu
identitas pewaris Iblis Darah, Adriel.
Dia berkata dengan tenang,
"Ingat, Pak Adriel adalah satu-satunya raja di tempat ini!"
"Kamu baru saja mempertanyakan
Pak Adriel. Sungguh konyol!"
Dante juga berusaha menjadi anjing
setia. Dia. tersenyum sambil menatap Oscar.
Tiba-tiba, wajah Oscar menjadi
canggung, tetapi dia memiliki pendapat yang lebih tinggi tentang Adriel. Tuan
Muda tampaknya lebih misterius daripada yang dia bayangkan...
"Tuan Muda, sekarang kita harus
bagaimana?" tanya Dennis.
Semua orang juga menatap Adriel,
menunggu dia membuat keputusan.
"Harus bagaimana? Apa kamu nggak
lihat semua orang keluar? Tentu saja kita harus masuk sekarang.
"Apa?"
Semua orang menjadi bingung lagi.
Bahkan, Hendro, yang saat ini sedang
melihat energi darah yang meledak di kejauhan, juga agak ragu-ragu. Jika dia
masuk ke dalam, mungkin tidak akan ada tulang belulang yang tersisa ...
"Saat orang lain serakah, aku
takut. Saat orang lain takut, aku berani."
Adriel tersenyum, lalu berjalan masuk
ke dalam energi darah itu tanpa rasa takut.
"Tuan Muda!"
Ekspresi Dennis seketika berubah. Dia
buru-buru menghentikan Adriel.
"Tunggu dulu, kita lihat
perkembangannya..."
Tiba-tiba, Oscar terkejut. Dia juga
ikut tercengang melihat Adriel masuk ke tempat yang penuh dengan energi darah
sambil melemparkan bubuk obat dengan sembarangan dari tangannya.
Ketika obat itu bertemu dengan energi
darah, energi darah itu seakan-akan mengeluarkan suara desisan, seolah-olah
bertemu dengan musuh bebuyutan, kemudian menghilang.
Seiring dengan langkah yang diambil
oleh Adriel, gelombang energi darah yang sangat berbahaya dan mampu memusnahkan
Guru Bumi memisahkan energi menjadi dua bagian.
Semua orang terkejut lagi, mereka
sampai ternganga dan tidak bisa berkata-kata.
"Tuan Muda masih punya trik
ini..." kata Dennis dengan bingung.
"Tampaknya kalian masih kurang
memahami kehebatan Pak Adriel."
Hendro juga tertegun, tetapi melihat
ekspresi kaget dari orang-orang, perasaan superioritasnya menjadi makin kuat. Dia
tersenyum, lalu mengikuti Adriel.
Dante juga segera mengikutinya.
Hanya saja, Siska mengernyit dan
menatap Adriel dengan sedikit kebingungan, kemudian juga diam- diam
mengikutinya.
Saat ini, Adriel memimpin jalan. Dia
menggunakan obat untuk menghilangkan energi darah di sepanjang jalan, dan di
depannya adalah lembah yang dalam. "Obat yang digunakan oleh Guru sangat
efektif."
Ini adalah bubuk obat yang dulu
dipelajari oleh Tabib Agung untuk menyelamatkan masyarakat, khusus untuk
mengatasi Iblis Darah yang jahat itu.
"Tak kusangka, dulu guruku
membunuhmu. Sekarang, aku datang untuk menghancurkanmu Jangan membuatku kecewa,
berikan aku ledakan yang hebat!"
Tepat setelah Adriel dan yang lainnya
pergi, tiba- tiba bayangan-bayangan yang agak kacau bermunculan dari energi
darah yang pekat itu.
Mereka adalah Herios dan pendeta tua
serta beberapa pengikut lainnya.
Namun sekarang, mereka semua terlihat
pucat dan berantakan.
Kompas di tangan pendeta tua itu
sudah hancur.
Saat ini, mereka menatap kabut Iblis Darah
yang terus bergelombang di kedalaman lembah itu dengan ekspresi suram.
"Pak Galen, bukankah kamu bilang
sekarang adalah waktu terbaik untuk masuk ke harta karun Iblis Darah?"
Wajah pendeta tua itu menjadi pucat.
Dia dengan takut berkata, "Aku nggak menyangka Iblis Darah akan begitu
licik. Dia bahkan menyembunyikan sesuatu dan sengaja membentuk Formasi Lima
Elemen Yin dan Yang pada saat ini untuk melepaskan energi darah dan memusnahkan
semua pengintai."
Plak!
Herios sangat marah dan langsung
menamparnya sambil berkata, "Dasar nggak berguna."
Pendeta tua itu menunduk dengan wajah
bengkak dan tidak berani banyak bicara. Tadi, kalau bukan karena Herios membawa
harta karun berharga keluarga Maswa di tubuhnya, semua orang akan mati dalam
ledakan energi darah tadi.
Meskipun begitu, tadi juga banyak
anggota keluarga Maswa yang mati...
"Ledakan energi darah tadi
membuat semua orang terluka parah, tapi sekarang keadaannya masih stabil."
Herios memang layak disebut sebagai
sosok pahlawan. Meskipun mengalami kerugian besar, dia tetap tenang dan menganalisis
situasinya dengan jelas.
"Tuan, ini, ini adalah mayat
Marcus!"
No comments: