Bab 1164
Semua orang menghela napas lega. Jika
melawan ahli itu, mereka sungguh tidak berani.
"Bagaimana kalau ahli itu nggak
bersedia?" Tanya pendeta dengan ragu.
Herios terdiam sejenak, lalu
menjawab, "Kita bisa bertukar keuntungan dengannya. Intinya nggak boleh
melawannya, terlebih lagi nggak boleh membiarkannya bekerja sama dengan
keluarga Buana!"
Pendeta langsung merasa lega dan
segera mengangguk.
"Ayo, pergi. Mari kita lihat
siapa sebenarnya ahli di sana," ujar Herios dengan nada serius, lalu
segera mengikuti jalan yang dilalui oleh Adriel.
Namun, tidak lama setelah mereka
pergi, ada beberapa sosok lagi.
Mereka keluar dari dalam energi darah
dengan keadaan berantakan.
Itu adalah Guda, Kevin, dan Guru
Fahjar. Namun, keadaan mereka juga tidak jauh lebih baik dari Herios. Setiap
orang memiliki luka di tubuh mereka..
Di lengan Guda ada sepotong darah
daging yang membusuk dengan cepat, wajah Guda sangat pucat, dia mengangkat
tangan dan memotong sepotong darah daging tersebut.
Sementara itu, Guru Fahjar
mengucapkan mantra dan energi sejati berwarna emas muncul di tangannya. Dia
meletakkan energi itu di atas luka pada lengan Guda, lalu luka itu langsung
sembuh sedikit demi sedikit.
"Iblis Darah ini benar-benar
licik! Dia membuatku kehilangan separuh anak buah. Selain itu, seharusnya aku
bisa memanfaatkan kekacauan untuk membunuh Herios, tapi dia lari dengan cepat,
"maki Guda.
Setelah energi darah meletus, Guda memutuskan
untuk memanfaatkan kekacauan dan membunuh Herios. Dia diam-diam mengikuti
sampai ke sini, tetapi tidak menyangka bahwa Herios tiba-tiba menghilang!
"Tunggu, ayah. Sepertinya mereka
pergi lagi ke kedalaman Lembah Iblis Darah!" seru Kevin.
Kevin sedikit tertegun dan menyadari
ada yang tidak beres. Dia melihat jalan yang dilalui oleh Adriel ...
"Bisa mengendalikan energi darah
dengan begitu mudah, siapa itu? Apakah itu pendeta dari keluarga Maswa?"
tanya Kevin dengan ekspresi yang berubah setelah melihat jalan yang dilalui
Adriel.
"Nggak mungkin!" seru Guru
Fahjar sambil menggelengkan kepala, lalu dia berkata dengan meremehkan,
"Aku tahu betul seberapa besar kemampuan pria tua itu. Dia sama sekali
nggak mampu menembus energi darah yang begitu pekat ini. Selain itu, di sini
masih ada jasad Marcus
Fahjar melihat jasad Marcus, lalu
melanjutkan dengan nada serius, "Aku berlatih ilmu tengkorak putih, dapat
mengenali bahwa orang ini adalah Marcus dari tulang yang tersisa. Selain itu,
aku juga bisa melihat bahwa dia dibunuh oleh Serangga Racun Iblis Darah yang
dikendalikan oleh seseorang!
"Apa?" tanya Guda dengan
terkejut.
"Kalau begitu, di sini masih ada
ahli misterius?" ucap Kevin dengan nada terkejut.
"Benar," ucap Fahjar sambil
mengangguk dengan serius.
Guda segera menatap Fahjar dan
bertanya, "Jadi, kalau kamu dibandingkan dengan ahli itu, siapa yang lebih
kuat?"
"Aku?" tanya Fahjar balik
sambil tersenyum kecut. Lalu dia menggelengkan kepala dan berkata, "
Dibandingkan dengan ahli itu, bagai langit dengan bumi, nggak layak
disebut."
Tiba-tiba, Guda dan Kevin terkesiap.
"Siapa sebenarnya ahli itu? Aku
tahu tentang orang- orang yang mencari harta karun Iblis Darah, tapi aku nggak
pernah mendengar tentang tokoh ini. Mengapa nggak ada sedikit pun informasi
tentang kedatangan orang sehebat ini?" gumam Guda sambil mengerutkan
keningnya dengan cemas.
Kevin mendadak ragu sejenak, lalu dia
berkata, " Mungkinkah itu Adriel?"
Begitu pertanyaan itu diucapkan,
Kevin melihat Guda menatapnya dengan wajah masam, pandangannya seolah-olah
sedang melihat orang bodoh.
Kevin berkata, "Ayah jangan
marah, aku juga sudah kehilangan akal hingga bicara sembarangan... "
Guru Fahjar menunjukkan ekspresi
tidak senang dan berkata, "Pak Kevin, meskipun Adriel bisa menghancurkan
Iblis Darah waktu itu, dia hanya mengandalkan pedang setengah jadi jurus
halilintar, menggunakan bantuan benda luar saja.
Sedangkan ahli misterius ini dapat
mengendalikan Serangga Racun Iblis Darah, bahkan dapat menerobos energi Iblis
Darah dengan mudah. Kamu membandingkan Adriel dengan ahli itu, sama saja dengan
mencemarkan ahli itu!"
Guda juga menunjukkan ekspresi
meremehkan dan berkata, "Adriel mungkin bahkan nggak memiliki kemampuan
sebesar satu persen dari Guru Fahjar, bagaimana mungkin dia bisa dibandingkan
dengan ahli itu. Mungkin dia bahkan nggak berani datang ke sini!"
"Ya, aku sudah
mengingatnya..." sahut Kevin.
Kevin juga memaksakan senyum,
menyesal karena pikirannya kacau. Kenapa bisa teringat pada Adriel, pengecut
itu sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan ahli ini!
"Ayah, apa yang harus kita
lakukan sekarang?"
tanya Kevin.
"Apa yang harus dilakukan? Omong
kosong! Tentu saja segera pergi dan memohon untuk kerja sama kepada ahli itu.
Menurutku, seharusnya Herios juga berpikiran seperti itu, itulah sebabnya dia
pergi ke kedalaman Lembah Iblis Darah... " ujar Guda.
Ucapan Guda terdengar percaya diri,
tetapi dia merasa bahwa jalan di depan sangat sulit. Dia menghela napas, ahli
itu belum tentu bersedia bekerja sama dengannya...
Semoga ahli itu bisa menyukai
dirinya...
nb: 26 bab dulu ya, masih ada hampir 100 bab lagi yang mau di copy dan edit. Kembali diingatkan, bagi yang mau novel file word, sebagai bacaan menunggu pergantian tahun, promonya cuma tinggal sampai hari ini ya.. Terima Kasih..
No comments: