Bab 1169
Mendengar perkataan ini, Hendro dan
lainnya terlihat bingung.
Sementara itu, Adriel hanya melihat
ular raksasa itu dengan wajah tanpa ekspresi. Ini merupakan perwujudan dari
formasi mata Iblis Darah.
Dirinya bahkan membutuhkan usaha
keras untuk menghadapinya sendiri. Kebetulan saat ini ada orang yang
membantunya untuk menguras tenaga ular raksasa itu.
Bagaikan malam pertama pernikahan, di
mana pengantin wanita dibaringkan di ranjang tanpa daya, bagaimana mungkin
Adriel melewatkan kesempatan ini?
Harus diakui keluarga Maswa dan
keluarga Buana memang orang yang baik hati.
Saat ini, terdengar suara raungan
dari medan perang.
"Bunuh dulu ular raksasa itu,
kemudian bunuh Adriel!"
Mental Herios hampir hancur. Dia
berharap bisa menghancurkan tubuh Adriel menjadi berkeping - keping.
Namun, saat ini dia berteriak sambil
melepaskan energi sejatinya bersama dengan pendeta dan menyerang ular itu
dengan ganas!
Ketika energi sejati itu bertabrakan
dengan ular raksasa, hanya membuat ular raksasa kehilangan sedikit energi
darah. Ular rasasa itu hampir tidak terluka sedikit pun.
"Sialan! Dasar Adriel sialan!
Kalau tahu sejak awal, seharusnya aku langsung membunuh manusia ini!" ujar
Guda
Di sisi lain, Guda juga terlihat
tidak baik.
Wajah Guru Fahjar memerah. Dia sedang
terus melepaskan segel singa garang, tetapi tidak bisa mengalahkan ular
raksasa.
Seketika Guda merasa dirinya
benar-benar akan mati di sini hati ini!
Tiba-tiba Gua berteriak marah,
"Herios! Jangan sembunyi dan berjaga-jaga terhadapku. Mari kita serang
bersama, kalau nggak, kita semua akan mati!
Setelah itu, dia berteriak keras dan
dengan berani berlari ke arah ular raksasa itu tanpa memikirkan nyawanya.
Pada waktu bersamaan, dia
mengeluarkan sebuah labu. Labu tersebut memancarkan energi pedang yang tajam
dan mematikan, seolah-olah memotong segalanya. Bahkan energi darah pun terpaksa
mundur sedikit.
Jelas ini adalah cara terakhirnya!
Awalnya untuk Herios, tetapi sekarang
dia tidak bisa lagi menyembunyikan kekuatan aslinya!
Saat ini Kevin juga menyerang dengan
gigih!
Meskipun kultivasinya tidak berarti,
tetapi saat ini dia hanya bisa bertarung sampai mati!
Di belakangnya ada cahaya emas yang
berkilauan. Itu adalah Fahjar yang sedang berusaha dengan keras, membentuk
segel mantra untuk menindas ular raksasa itu!
Dalam waktu bersamaan, Herios juga
tidak ragu mengeluarkan sebuah obat pil dan lalu menelannya. Seketika energi
darahnya mendidih.
Melepaskan energi sejati yang
melebihi sebelumnya. Dia yang awalnya seorang Guru Bumi tingkat sembilan,
tetapi setelah mengonsumsi obat itu, dia melepaskan aura setengah tingkat
langit!
Pendeta di sampingnya terus
mengayunkan senjatanya. Membentuk menjadi tiga ribu benang putih yang
berkilauan dengan cahaya hijau dan menyerang ke arah ular darah dengan ganas.
"Pak Adriel, bagaimana kalau
kita ikut bertarung?" tanya Hendro.
Saat ini Hendro tampak sedikit panik.
Ular raksasa itu terlalu menakutkan.
"Nggak perlu," jawab Adriel
sambil tersenyum santai.
Seketika beberapa orang itu
mengerahkan kekuatan mereka secara bersamaan dan pemandangannya menjadi sangat
besar.
Beberapa kekuatan besar menyerang
ular raksasa secara bersamaan.
Membuat ular raksasa itu mendesis
kesakitan dan mundur beberapa meter.
Namun, mereka semua terkejut karena
ular raksasa itu ternyata tidak terluka sedikit pun. Bahkan dalam raungan yang
menggemparkan, keganasannya menjadi semakin meningkat.
"Serangan penuh dari kita bahkan
bisa mengalahkan master tingkat langit, tetapi kenapa ular raksasa ini begitu
kuat!" ujar Guda terkejut.
Namun, saat ini ular raksasa itu
sepertinya sedang marah besar. Dia membuka besar mulutnya, menderu dengan suara
yang mengguncangkan hati semua orang.
Kemudian ular raksasa itu tiba-tiba
mengeluarkan setengah tubuhnya dan langsung menggigit ke arah Gudal
"Sialan, kenapa aku!" ujar
Guda.
Ekspresi wajah Guda berubah drastis.
Segera tersadar dan melarikan diri ke
belakang. Tetapi masih juga terkena gigitan ular di bagian perutnya.
"Aduhh!" teriak Guda
kesakitan.
Luka ganas muncul di antara dada dan
perut, mendesis dan terkorosi. Tubuhnya langsung terlempar keluar oleh kekuatan
besar itu dan terjatuh dengan keras di sisi lembah. Dirinya hampir jatuh ke
lautan darah yang tak berujung!
"Ayah!" teriak Kevin dengan
suara sedih.
"Tuan Herios, kita juga nggak
bisa mengalahkannya, "pendeta itu berkata dengan gemetar sambil menarik
Herios.
No comments: