Bab 1
"Maaf, Nathan. Aku nggak bisa
menikah denganmu!"
Grup Sebastian, di dalam ruangan CEO.
Emilia Sebastian, CEO Grup Sebastian,
yang mengenakan gaun renda hitam itu memperlihatkan ekspresi dingin. Nada
bicaranya juga terkesan acuh tak acuh.
Di depannya duduk seorang pria tampan
dengan pakaian sederhana.
"Emilia, apa maksudmu? Bukankah
kita sudah sepakat?"
Ekspresi wajah Nathan tercengang.
Padahal mereka sudah berjanji
sebelumnya. Di hari Grup Sebastian terdaftar sebagai perusahaan tercatat,
mereka akan mengakhiri masa pacaran tiga tahun mereka dan resmi memasuki
jenjang pernikahan. 2
"Apa pun yang terjadi, kita juga
pernah bersama, jadi aku akan berterus terang."
Emilia merapikan rambutnya yang
menjuntai keluar di telinganya. Lehernya terlihat begitu indah dan wajahnya
juga sangat cantik. Setiap gerakannya memancarkan keanggunan seorang wanita
cantik.
"Nathan, apa kamu nggak merasa
kesenjangan di antara kita terlalu besar sekarang?"
"Ibaratnya langit dan bumi.
Kalau kita terus memaksakan diri untuk bersama, nggak akan ada gunanya bagimu.
Kamu hanya akan menjadi beban bagiku!"
Beban?
Nathan tertegun. Dia tidak menyangka
Emilia akan mengucapkan kata-kata seperti itu.
Jika bukan karena Nathan, Keluarga
Sebastian pasti sudah hancur. Apa perusahaan mereka masih akan tercatat seperti
yang terjadi hari ini?
Prestasi yang dicapai Emilia saat ini
semuanya juga berkat bantuan Nathan.
Namun, Nathan sama sekali tidak
menyangka, setelah Emilia menjadi kaya, dia malah akan dibenci dan dianggap
sebagai beban.
"Aku tahu kamu sulit menerima
keputusan ini."
"Begini saja, anggap saja aku
berutang padamu. Setelah pernikahan ini dibatalkan, aku akan memberimu
kompensasi sebuah vila dan juga sebuah mobil mewah. Aku rasa semua ini sudah
cukup bagimu untuk menjalani hidup dengan layak!"
Sembari berbicara, Emilia mengeluarkan
pena dan cek dari tas mahalnya.
Nathan diam-diam menatapnya. Wanita
itu menandatangani cek senilai 16 miliar. Untuk sesaat, Nathan merasa begitu
asing dengan wanita di depannya.
"Apa hubungan kita yang sudah
terjalin selama bertahun -tahun ini hanya bernilai beberapa angka di
matamu?"
Ada emosi rumit yang muncul di wajah
Emilia, tetapi hanya sesaat dan segera tergantikan oleh ekspresi dingin.
"Kalau kamu merasa nominal ini
terlalu sedikit, aku bisa menambahkannya sampai kamu puas!"
Emilia mengira dirinya merasa nominal
ini terlalu sedikit?
Nathan memandangnya lekat-lekat. Ada
rasa pedih di matanya. "Sepertinya kamu sudah bertekad untuk membatalkan
pernikahan ini?"
Emilia mengerucutkan bibir merahnya
yang basah dan menoleh ke luar jendela. "Kalau kamu bersikeras memahaminya
seperti itu, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa lagi."
Kini, Emilia adalah seorang CEO
triliuner dan juga wanita idaman yang dikagumi banyak orang di Beluno.
Sebaliknya, dilihat dari sudut
pandang mana pun, Nathan sama sekali tidak cocok dengannya. Bahkan, pria itu
juga tidak berada pada level yang sama dengan Emilia.
Pernikahan seperti ini bukanlah yang
diinginkan Emilia, karena terlalu biasa-biasa saja!
"Tak kusangka, hubungan yang
sudah terjalin begitu lama ini, berbagai kenangan manis yang nggak terhitung
jumlahnya, segala lika-liku yang kita hadapi bersama, pada akhirnya, aku masih
saja kalah karena biasa-biasa saja
"Benar juga. Kamu sekarang
adalah CEO Grup Sebastian, wanita terkenal di Beluno dan punya banyak
pengagum."
"Sebaliknya, aku hanyalah lelaki
biasa. Jadi, tentunya nggak layak untuk CEO cantik sepertimu!"
Nathan mentertawakan dirinya sendiri.
Dia merasa putus asa.
Emilia mengerutkan kening dan
menatapnya, "Nathan, kuakui kamu sudah melakukan banyak hal untukku, tapi
ini bukanlah yang aku inginkan 11
"Lupakan saja. Aku tahu nggak
peduli seberapa banyak pun aku bicara, kamu juga nggak akan memahami
perasaanku. Ambillah uang ini. Anggaplah sebagai bayaran kerja kerasmu selama
ini!"
Sambil berbicara, dia menyodorkan cek
itu kepada Nathan.
Sayangnya, Nathan tidak berniat
melihatnya sama sekali.
"Enam belas miliar untuk biaya
putus. Emilia, kamu sungguh bermurah hati. Tapi sayangnya, aku nggak
membutuhkannya!"
Setelah bangkit dari tempat duduknya,
Nathan langsung pergi. 1
Melihat Nathan pergi begitu saja,
Emilia makin mengerutkan keningnya. Nada bicaranya juga berubah serius.
"Nathan, sebaiknya kamu terima
uang ini. Jangan hanya karena takut kehilangan rasa hormat dan harga diri, kamu
malah bertindak seperti orang bodoh! Pernahkah kamu membayangkan mendapatkan
uang sebanyak ini? Mustahil dokter kecil sepertimu bisa memperolehnya dalam
hidup ini!"
Nathan sama sekali tidak
menggubrisnya.
Enam belas miliar. Terus terang saja,
dia sama sekali tidak membutuhkan uang itu.
"Tunggu sebentar."
Tepat di saat ini, seorang wanita
dengan riasan tebal yang kurang pantas dan juga dibalut perhiasan emas
mendorong pintu hingga terbuka dan masuk.
Melihat sosok itu, Nathan segera
memanggil, "Bibi!"
Yang muncul bukanlah orang lain,
melainkan Tamara Winarto, calon ibu mertua Nathan.
"Huh! Bibi apanya? Jangan
memanggilku seperti itu!"
"Sebelum kamu pergi, bawa semua
barang-barangmu keluar. Vila Keluarga Sebastian kami nggak akan menampung
sampah-sampah milikmu!"
Tamara mendengus dingin. Dia
mengeluarkan sebuah kotak dan kartu bank dari tasnya, lalu meleniparkannya pada
Nathan.
Ekspresi lembut yang barusan muncul
di wajah Nathan seketika tergantikan oleh ekspresi dingin.
Itu adalah cincin berlian pertunangan
dan juga mahar yang dia persiapkan dengan sepenuh hati untuk Emilia.
Sekalipun kedua belah pihak tidak
mencapai kesepakatan, juga tidak perlu menyakiti perasaannya seperti itu, 'kan?
"Bahkan Bibi pun bersikap
seperti itu? Aku ingin tahu, apakah aku pernah bersikap nggak sopan kepada Bibi
sebelumnya?"
Tamara tersenyum sinis. Nada suaranya
begitu tajam.
"Kenapa, Nathan? Aku sudah
menyentuh luka dalam hatimu?"
Emilia mengerutkan kening dan berteriak,
"Bu, jangan bicara lagi!"
Sayangnya, Tamara makin memanfaatkan
situasi tersebut.
"Cuih! Kenapa aku nggak boleh
bicara? Dia itu bagaikan pungguk merindukan bulan. Dia kira sudah bisa
mengandalkan Keluarga Sebastian kita. Huh, jangan bermimpi!" 1
"Oh ya, Nathan. Aku lupa
memberitahumu satu hal lagi. CEO kami, Emilia, akan segera bertunangan dengan
putra sulung Keluarga Halim. Sekarang kami hanya tinggal menunggunya kembali
dari luar negeri."
"Kamu tahu nggak, kesenjangan di
antara kamu dengan putra sulung Keluarga Halim itu bagaikan bumi dan
langit?"
Berbicara sampai di sini, wajah
Tamara penuh dengan kesombongan dan sarkasme.
Saat pandangan Nathan tertuju pada
Emilia, ada kilatan dingin yang muncul di mata pria itu.
Padahal, pernikahan mereka masih
belum dibatalkan, tetapi Emilia sudah bersiap mencari penggantinya.
Bagaimana wanita ini tega melakukan
hal seperti itu?
Menghadapi tatapan dingin Nathan,
Emilia refleks menghindarinya. Namun, kata-katanya begitu tegas.
"Keluarga Halim termasuk keluarga
besar di Beluno. Mereka punya pengaruh besar dalam dunia militer, politik, dan
bisnis! Kerja keras di dalam beberapa generasi mereka telah menjadikan mereka
salah satu keluarga yang paling berkuasa di Beluno."
"Putra sulung Keluarga Halim
kelak pasti akan menjadi kepala keluarga mereka. Asalkan Emilia menikah
dengannya, Grup Sebastian kami tentunya akan punya kesempatan langka untuk
berkembang makin maju!"
Masalah sudah sampai di tahap seperti
ini.
Nathan pun memilih untuk melepaskan
hubungan ini dan menerima semua itu dengan lapang dada. Pria itu hanya memasang
ekspresi datar.
"Benarkah? Kalau begitu, pria
miskin sepertiku ini hanya bisa mendoakan Emilia dan Keluarga Sebastian meraih
kesuksesan dan kejayaan secepatnya."
Selesai berbicara, Nathan pergi tanpa
menoleh ke belakang sedikit pun dan juga tanpa penyesalan apa pun.
Melihat punggung Nathan yang berlalu,
Emilia merasakan emosi yang bercampur aduk.
Dia mengira Nathan yang mendengar
tentang pernikahannya dengan putra sulung Keluarga Halim pasti akan marah besar
dan memohon padanya.
Namun dari awal hingga akhir, Nathan
tampak begitu tenang. Bahkan, pria itu sepertinya tidak peduli sama sekali.
"Bu, apa tindakanku tadi sudah
keterlaluan?"
Tamara memarahinya.
"Keterlaluan? Pria miskin seperti itu berangan-angan ingin menikahimu?
Bukankah itu lebih keterlaluan namanya?"
"Emilia, setelah Edward kembali
dari luar negeri dan kalian berdua bertunangan, Keluarga Sebastian kita akan
punya harapan dan menjadi keluarga tingkat atas di Beluno."
"Sebaliknya, Nathan bukanlah
siapa-siapa. Aku harap dia tahu diri kali ini dan mau bekerja sama. Kalau
nggak, aku pasti akan beri pelajaran padanya!"
Emilia tidak menanggapinya, tetapi
hatinya terasa hampa.
Seakan-akan barang yang sangat
penting dalam dirinya hilang begitu saja.
No comments: