Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 14

 

BAB 14

 

Geng Ular Berbisa menempati sebuah bangungan tua yang tidak terlalu besar. Darko bersama lima orang kawannya masuk ke dalam sebuah ruangan dengan tata cahaya remang-remang. Hanya terdapat kursi-kursi dan sebuah meja di sana.

 

Pada dua kursi tersebut, duduk dua orang berwajah tengik. Yang satu berkulit kecokelatan. Ia adalah Gilang Yunando, Wakil Ketua Geng Ular Berbisa.

 

Yang satu lagi berkulit lebih putih dan berwajah oriental. Orang itu Malvin Ananda, ketua dari kelompok mereka. Keduanya ditemani oleh empat orang anggota mereka yang lain

 

Begitu melihat salah satu anak buahnya datang, Gilang mendelik pada Darko dengan tatapan dingin. "Bagaimana, apakah urusan Kiko sudah kamu selesaikan?"

 

"Maaf, Bang Gilang. Kami tidak berhasil menemui orang tersebut."

 

Jawaban Darko membuat Gilang mengarahkan pandangannya pada Malvin. Sang ketua menyesap rokoknya terlebih dahulu, barulah berucap.

 

"Kalau kamu tidak dapat menemui orang yang mematahkan tangan Kiko, bawa saja adiknya kemari, agar bisa kita pakai ramai-ramail Dasar dungu!"

 

Dua bawahan Malvin dan Gilang terkekeh tanpa suara pada saat pimpinan mereka berkata demikian. Darko terlihat canggung,

 

"Maaf, Ketua. Kami tidak kepikirkan sampai sana."

 

Gilang bangkit lalu mendekati Darko. Tahu-tahu saja, dia meraih bagian kerah baju bawahannya dan menarik Darko lebih dekat padanya.

 

"Aku tahu kamu itu tidak bodoh, Darko. Tapi sekarang, kamu melakukan kekonyolan yang tidak bisa ditolerir. Bagaimana bisa kamu..."

 

Tanpa disadari oleh semua orang di situ, ada salah satu kawan Darko yang bergerak ke arah samping belakang Gilang. Lalu, orang yang mengenakan jaket bertudung dan syal menutup wajah itu menepuk bahu Gilang.

 

"Apa ka-"

 

Tap!

 

"Hgkhhh...!"

 

Segera itu Malvin dan anak buahnya yang bersama dia bangkit berdiri. Darko dan teman-teman mundur beberapa langkah ke belakang.

 

"Gadis yang kalian bicarakan itu adalah adikku, sekali lagi kau berbicara macam-macam tentang dia, aku patahkan lehermu dalam sekali remas!"

 

Jackie. Sembari berkata, ia menyingkirkan tudung dari jaket yang dirinya kenakan dan membuka syal yang mengalangi setengah wajahnya. Sementara, tangan kanannya terus mencengkeram leher lawan.

 

Terang saja apa yang dilakukan Jackie membuat Malvin dan seluruh anggotanya tercengang. Mereka tak berani berbuat apa-apa karena lambat-lambat namun pasti, tubuh Gilang terangkat oleh lawan mereka.

 

Sebagai wakil ketua geng, sudah barang tentu Gilang tidak bisa dianggap remeh. Tubuhnya saja penuh dengan otot. Tetapi sekarang, semua kawan-kawan dia bisa melihat, badannya diangkat begitu mudah oleh Jackie.

 

"Hmmmph..., hmmmph...!" Gilang yang mulai merasa kehilangan napas berusaha melepaskan diri. Dia menyentuh-nyentuh lengan Jackie, tapi tidak ada gunanya. Cengkeraman lawan begitu kuat.

 

"Apakah kamu ingin kehilangan napasmu dengan cepat atau pelan-pelan, bedebah?" ancam Jackie bertanya. Semakinlah Gilang panik.

 

Malvin hanya bisa memandang Jackie dengan penuh ketertegunan. Sebagai pendiri geng, dia sudah berhadapan dengan banyak orang. Kini, ia bisa melihat. Jackie pastilah bukan orang sembarangan.

 

"Tunggu, lepaskan temanku. Kita bisa membicarakan hal ini. Kamu Jackie 'kan?" ucap Malvin.

 

"Aku tidak datang ke sini untuk ngobrol. Kalian sudah mengganggu keluargaku, jadi aku rasa, berunding bukanlah jalan keluar," balas Jackie.

 

Musuh beruntung. Jackie menahan cekikannya sehingga Gilang tidak langsung kehabisan napas. Walau demikian, embusan napasnya tercekat.

 

"Hufffth... hufffth..."

 

"Aku lihat kamu bukanlah orang sembarangan. Kita lupakan saja apa yang telah kau lakukan terhadap Kiko dan kami tidak akan menyinggung adikmu lagi." Malvin kembali angkat suara.

 

"Aku tidak akan melupakan kalian sebelum kalian semua bertekuk lutut di hadapanku," balas Jackie tanpa memandang ke arah Malvin. Ia terus menatap Gilang yang wajahnya memucat.

 

"Jackie, bagaimana kalau kita bekerja sama? Sepertinya, kamu bisa mengisi posisi penting di perkumpulan kami ini. Kau ingin mendapat bagian berapa? Kamu juga ingin wanita, bukan? Kami dapat dengan mudah memberikanmu selir-selir..."

 

"Orang miskin macam kamu tidak akan mampu membayarku. Wanita? Tidak usah kalian beri juga mereka akan mendekat dengan sendirinya padaku. Dasar dungu!"

 

"Kau salah menilaiku. Aku ini banyak uang, Jackie!" Malvin masih berusaha membujuk.

 

"Aku tidak peduli. Aku tahu kamu banyak uang, tapi kau sama saja dengan Kiko. Orang kaya bodoh yang malah menginvestasikan duit kalian untuk perbuatan tidak terpuji. Sungguh tidak elegan. Aku tidak mau berteman dengan orang-orang menjijikkan seperti kamu!"

 

Ucapan Jackie terhadap Malvin membuatnya menjadi salah tingkah. Siapa sangka, sudah dirayu sedemikian rupa, Jackie sama sekali bergeming.

 

"A-a-awas... ka-kamu... kalaupun ka-kamu..., bi-bisa pergi... dari sini, aku..., akan membalas... ap-apa yang kau l-la-lakukan terhadapku..., pada keluarga... mu!"

 

Sempat-sempatnya Gilang yang mungkin bisa dibilang menjelang sekarat mengancam Jackie. Orang yang digeretak terlihat tenang-tenang saja. Ia membalas.

 

"Oh, begitu. Terima kasih sudah mengingatkan. Sayangnya, kamu tidak akan mampu melakukan itu."

 

Grrrk!

 

"Kkk... hhh..."

 

Bluk!

 

Gilang Yunando adalah seorang residivis. Akhir-akhir ini dia sulit dibekuk karena ada Malvin di belakangnya. Di Bawah Sembilan, Jackie mendengar nama Gilang disebutkan berkali-kali.

 

Beberapa kawan Jackie di sana menaruh dendam pada Gilang karena mereka menjadi tahanan akibat ulah Gilang yang mengorbankan mereka sementara dia tidak tersentuh.

 

Satu kali, seorang petinggi kepolisian yang membawa istrinya untuk diobati-hanya perawatan kecantikan-oleh Jackie mengeluhkan tingkah Geng Ular Berbisa. Kemudian pejabat polisi itu berkata, "Gilang itu sudah membuatku geregetan. Jika saja ada orang yang mau membantuku untuk mengenyahkan dia secara diam-diam,

 

akan kuberi dia imbalan dan aku lindungi dia."

 

Siapa sangka, perwira polisi yang juga pernah sakit dan disembuhkan oleh Jackie itu bagai meramalkan bahwa Gilang akan dientaskan oleh orang yang telah merawat dia dan istrinya.

 

"Aku sudah menghubungi Pak Gatot di jalan tadi. Dia sudah memastikan, buntut dari semua ini dia yang urus," Jackie mengingatkan dirinya sendiri.

 

"Gilang...?!" kaget Malvin tatkala melihat partner kiriminalnya tergolek tak bernyawa di dalam ruangan tersebut.

 

Lucu. Menyaksikan apa yang terjadi, Darko dan kawan-kawan bergerak mundur. Bagaimana mereka tidak gentar? Selama ini seluruh anggota Geng Ular Berbisa segan pada Gilang. Tetapi sekarang, wakil ketua mereka telah ditaklukkan.

 

"Kurang ajar kau! Aku sudah berusaha agar urusan ini tidak panjang, Jackie. Tapi ternyata kamu memilih untuk menempuh jalan yang rumit!" hentak Malvin penuh emosi.

 

"Siapa yang bilang urusan ini menjadi panjang? Justru aku akan memastikan bahwa kelompok cacing kalian yang tidak penting ini akan berakhir di sini. Jadi, tidak ada urusan yang bakal menjadi panjang," santai Jackie menanggapi perkataan musuh.

 

"Berengsek! Anak-anak, mari kita habisi dia!" titah Malvin.

 

Mendengar perintah atasannya, bawahan Malvin mengambil senjata mereka. Pisau, celurit, sampai golok dihunus oleh para anggota Geng Ular Berbisa.

 

Bab Lengkap

Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 14 Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 14 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 26, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.